( BAGIAN 7 ) MALAM TAKBIR

153 42 4
                                    

Malam hari yang ramai
Bersama gaungan takbir yang berkumandang di setiap corong masjid
Langit malam yang berhias kembang api beraneka rupa dan warna
Semoga indahnya damai dan kata maaf jauh lebih indah dari kemilap kembang api.

******


Risa POV

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar.
LailahallahAllahu akbar.

Kumandang takbir memenuhi malam ini.
Begitu syahdu dan menenangkan.
Indahnya bulan dan bintang ikut serta merayakan.
Gemerlap obor yang mengiringi takbir keliling malam ini.
Sungguh aku tersentuh.

Malam ini adalah acara puncak takbir.
Acara takbir keliling menguatkan kebersamaan.
Anak-anak madrasah berkumpul di depan masjid dengan berbaris seraya membawa obor, senyum dan tawa mereka tak pernah lepas menyambut malam takbir ini.
Mereka sangat bersemangat.

Kami panitia bertugas mengamankan anak-anak dan membantu menunjukkan rute pawai takbir tersebut.
Aku dan Karin mengawasi bagian anak-anak yang membawa obor.
Perjalanan memutari ke penjuru desa dengan mengumandangkan takbir serta arakan bunyi tabuh semakin memeriahkan acara.

Aku bersyukur,
Allah masih memberiku kesempatan untuk melihat semua ini, merasakan kebersamaan bersama orang-orang terkasih.
Sungguh Allah Maha Baik.

Aku terdiam sejenak, memperhatikan seseorang yang tak asing bagiku.

"Azzan?”
Bagaimana mungkin? Penampilan nya berbeda?!!!
Sungguh mengejutkan.
Bagaimana aku tak terkejut?
Ia yang biasanya memakai setelan koko dan sarung serta peci yang membentuk karakternya, di acara seperti ini malah memakai trenning sekolah dan jaket?
Dia pikir mau piknik? Tak habis pikir dengan tingkahnya, ada-ada saja.

Dia ini sungguh menyebalkan, ingin rasanya aku menegur, tapi sayang aku tak punya nyali untuk itu.
Dasar pria aneh. Sudahlah, memikirkannya hanya membuatku pusing .
Lebih baik aku melaksanakan tugasku.

🌼🌼🌼🌼

Setelah semua selesai para panitia tidak diperbolehkan pulang ada satu acara yang tak boleh terlewatkan.
Ya! Bagi kami memang inilah acara inti, apa kalau bukan
Makan-makan! Hi hi.

Sepertinya cacing di perutku sudah demo.
Ayam bakar, ya itulah menu makan kami.
Bakar-bakaran adalah tradisi kami yang tidak boleh ditinggalkan ketika malam takbir tiba, membakarnya sendiri lebih terasa nikmat dibandingkan harus membeli.
Aku pun ikut dalam menyiapkan peralatannya, seperti daun pisang, kayu bakar, nasi dan lain-lain.

Kami berkumpul di Madrasah, keceriaan dan kebersamaan terasa sangat hangat.
Sungguh momen yang mengesankan.
Asap kebulan itu membuat mata ku perih. Ku putuskan untuk masuk ke dalam madrasah.

Sambil menunggu, aku dan Rara iseng memainkan sebuah alat, yaitu rebana.
Aku penasaran dengan alat ini, aku pun mencoba memainkannya meskipun aku tidak bisa dan alhasil suaranya pun berantakan, ah tidak apa yang penting aku senang.
Dengan sedikit alunan shalawat dari bibirku, aku menikmatinya. Ah syahdunya meskipun lumayan cempreng.

Cekrekk..
Bunyi jepretan kamera membuyarkanku.
"Rara, ngapain?" Aku terkejut.
Ternyata Rara sedang memotretku.

"Abis kamu serius amat sih."Menunjukkan foto itu padaku

"Nih liat, bagus ris."

Saking asik nya,
Kemudian seseorang menghampiri kami.

"Gak bisa mainin nyabeh. :v" Kekeh seseorang yang melamunkanku.
Ah dia lagi.

"Bisa kok" jawabku.

"Hahaha suara hancur kaya gitu koh bilangnya bisa, sini aku ajarin." Ia merebut rebana yang ada ditanganku.
Dasar menyebalkan.

"Hey, mau di ajarin gak? Malah melamun?" Ucapnya.

"Ngapain kamu kesini?" Tanyaku.

"Loh memangnya kenapa? toh didepan sudah selesai, kamu gak makan? Makan dulu, laparkan?" Ajaknya.

"Iya nanti aku menyusul." Jawabku.

"Hey tidak bisa nanti-nanti, kamu harus makan sekarang nanti keburu habis. Kamu pasti belum makan." Tegasnya memerintahkan ku untuk segera makan.

"Ga kok, nanti aku gampang."Ujarku.

"Aku ambilkan ya." Ujarnya membuatku kaget.

"Eh gak usah." Tolak ku segera.

Dia langsung pergi dan datang lagi dengan membawa sebuah nasi dengan ayam beserta sambal dengan alas daun pisang.

"Kok beneran di ambilin sih. Kan tadi aku udah bilang, gak usah Azzan aku bisa ngambil sendiri kok." Ucapku sedikit tidak enak.

“Santai aja Ris, udah makan keburu dingin jangan nanti-nanti, kesehatan penting loh."

Tenang jantung, jangan loncat-loncat. Batin ku.

"Ekhem iya ris makan dulu aja, cuma kamu sendiri loh yang belum makan, aku udah makan, Azzan juga sudah makan. Sekarang kamu yang makan." Ucap Rara.

"Eh iya ini aku makan, makasih ya." Ucapku.

"Sama-sama, makan yang banyak ya.” Lagi-lagi dia membuat sel-sel saltingku berloncatan ke sana kemari.

Gelak tawanya membuat ku tersenyum lega.

Setelah acara selesai aku pulang dengan Karin.
"Tadi Azzan ngambil nasi sama ayam buat kamu ya?" Tanya Karin kepadaku.

"Eh, Iya." Ujarku.

"Cie Azzan perhatian banget." Ucapnya.

"Ah gak bukan gitu, sudah yuk pulang." Ucapku seraya mempercepat langkah kaki.

Sesampainya di rumah aku disambut Abang ternyebelin sedunia wal akhirat.
"Assalamualaikum." Ujarku memberi salam pada bang Farhan.

"Wa'alaikumsalam adik abang.” Ucapnya menggoda adik satu-satunya.

"Ih bang Farhan, efek jomblo ya? godain adiknya mulu."Ucapku sambil melipat kedua tangan.
"Dasar adik cengeng abang." Ledek bang Farhan.

"Aish, oh iya ibu dimana bang? Sudah tidurkah?" Tanyaku.

"Sudah dek, itu ibu di kamar. Sekarang kamu ke kamar terus istirahat. Besok pagi anterin abang ya?" Ucap bang Farhan.

"Kemana bang?" Tanyaku.

"Adadeh, Rahasia.” Ujarnya.

"Ih, ya udah Risa ke kamar dulu ya, selamat malam Abang." Aku memeluk bang Farhan.

"Selamat malam juga adik kesayangan Abang.” Kecup nya di keningku.

Lalu aku beranjak menuju kamarku.
Ah lelah sekali.

Ya Allah semoga lelahku menjadi Lillah.. Aamiin.
Kututup kedua mataku, tetapi nihil.
Bayangannya mulai memasuki pikiranku.
Dia lagi?

🦋🦋🦋🦋

Effect butterfly nya udah kerasa belum?🤭
Stay tune terus ya! Jangan lupa pencet bintang 🌟!! GRATISSS

ARCLUNARISSA ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang