Detik demi detik, menit demi menit.
Rasa gugup menyelimuti Risa.
Gadis berbalut mukena putih itu mondar mandir di ruang tamu. Setelah sholat magrib, ia mendapatkan sebuah kabar mengejutkan.
Kabar yang sangat membuatnya bergetar berlipat-lipat. Bagaimana tidak ?
Ibu dan abangnya tanpa persetujuan Risa langsung mengutus seorang pemuda untuk membimbing nya dalam membaca Al Qur'an, Hadist serta Kitab-kitab lainnya.
Seperti hal nya guru privat atau lebih tepatnya ustadz privat. Namun tenang saja, mereka tidak berdua Ibu nya selalu mendampingi Risa.
Tok tok tok
"Assalamualaikum." Terdengar salam dari luar pintu.
Duh.
Jantung Risa semakin gugup. Ia sangat takut dan gugup karena ia takut banyak bacaan salah dalam membaca Alquran.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabbarokatuh." Sahut ibu seraya membukakan pintu.
"Silakan masuk nak." Ibu mempersilahkan masuk.
Deg.
Ustadz itu?
"Assalamualaikum Risa." Ujar laki-laki yang kini tengah memandang Risa.
"Wa-Wa'alaikumsalamwarahmatullahiwabarakatuh." Risa masih tak percaya, ustadz yang akan membimbing nya tidak asing lagi bagi nya.
"Nah sekarang, nak Azzan bisa mulai membimbing Risa." Ujar ibu.
Ya, Ustadz Muda itu Azzan.
Flashback
Azzan mendengar ada seseorang yang berbincang dengan ibu nya.
"Azzan, sini nak." Panggil ibunya.
Azzan bergegas menuju panggilan.
"Begini nak, ini ibu Musyidah ibunya Risa, kamu kenal Risa kan?"
"Nggih buk, Azzan kenal."
"Jadi ibunya Risa ini meminta tolong untuk kamu bisa membimbing Risa dalam membaca Al Qur'an dengan baik dan serta fasih, dan juga mengajarkan Hadist serta Kitab-kitab yang pernah kamu tuntut di Pesantren untuk membagi kepada Risa. Ini semua murni kemauan ibu nya Risa, karna Beliau tau putri kesayangannya harus dibekali ilmu agama yang semaksimal mungkin. Mungkin ini sebagai gantinya karna dari bangku sekolah dasar Risa selalu memaksakan diri untuk bisa ke pesantren namun ibunya selalu menolak. Bukan karena tidak mau namun karena Risa tidak bisa ditinggal sendirian. Dan banyak alasan lain yang harus sangat dipertimbangkan. Jadi meski hanya seperti ini namun ibu Risa berharap kamu bisa menuntunnya semaksimal mungkin." Jelas ibu Azzan.
"Iya nak Azzan, jika kamu tidak keberatan Ibu berharap kamu bisa membimbing Risa." Sambung ibu Risa.
"MasyaaAllah nggih bu Insyaallah Azzan akan melaksanakan amanah ibu. Terima kasih telah mempercayai Azzan yang masih harus banyak belajar ini. Semoga Azzan bisa menjalankan nya dengan baik." Ujar Azzan.
Flashback off
Kini mereka tengah duduk di sofa ruang tamu Risa dengan keadaan canggung dan hening.
"Ibu diruang televisi ya."
Jarak antara ruang televisi dan sofa ruangan itu tidak terlalu jauh dan umi masih bisa memantau perkembangan Risa.
"Risa apa tidak capek melihat ke bawah terus? kalau kamu menunduk terus bagaimana saya bisa mendengar suara mu? Makhorijal huruf harus sangat jelas didengar dan diucapkan."
Azzan menjelaskan semuanya secara detail.Dia memulai dengan mengajarkan membaca induk surah. Surah Al Fatihah dengan benar, jelas dan sesuai dengan Makhorijal huruf.
Azzan tegas namun sangat lembut dan penuh kesabaran dalam membimbing Risa. Bahkan disela sela mengajarkannya ia tak segan untuk menghibur Risa dengan candaan. Dengan begitu Risa tidak akan merasa terbebani.
Adzan Isya Berkumandang.
Shodaqallahhuladzim.
Allahummahamnabil Qur'an.
Alhamdulillahirobbil'alamin.
Setelah Azzan membacakan doa penutup.
Ia memberi sedikit nasihat untuk Risa Agar terus semangat dalam bertholabul ilmi.
"Tetap semangat dan rajin lah menghafal. Jangan berhenti ketika sudah hafal tetapi amalkan dan praktikkan." Ujar Azzan.
"Masih banyak yang harus kamu hafalkan,
saya titip 5 surah tadi, setiap harinya saya akan kasih kamu 5 surah untuk dibaca dengan baik dan benar, kemudian hafalkan, mengartikan dan menelaah hukum-hukum tajwidnya. Mungkin baru pertama terasa berat untuk kamu, tapi percayalah semakin lama kamu akan semakin terbiasa dan saya yakin kamu pasti bisa" Lanjutnya.
"Insyaallah Risa akan menjalankan amanah dengan semaksimal mungkin. Terima kasih untuk ilmu nya." Sahut Risa.
Setelah berpamitan Azzan bergegas menuju masjid karena adzan isya telah berkumandang.
🌼🌼🌼
Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB
Kamar
Tok tok tok.
"Assalamualaikum." Ucap ibu Risa.
"Wa'alaikumsalam, masuk aja bu. Pintunya gak ditutup." Sahut Risa, menyadari suara ibunda nya.
"Anak ibu belum tidur?"
"Belum Bu, Risa belum mengantuk dan ini belum larut malam jadi Risa mau mengerjakan PR yang tadi Azzan kasih."
"Alhamdulillah, selalu Istiqomah ya nak" Ujar ibu sambil mencium kening Risa.
"Aamiin, selalu doakan Risa ya bu." Balas Risa dengan pelukan.
"Nak." lirihnya, sembari melepas pelukan.
"Ada yang ingin ibu bicarakan."
Risa segera membenarkan posisi duduknya dan menutup Al Qur'an nya.
"Ada apa bu?"
"Risa tau alasan ibu meminta seseorang untuk mengajarkan kamu dan membimbing kamu untuk memperdalam lagi ilmu agama?"
Risa menggeleng.
"Ibu ingin kamu menjadi anak yang sholehah, ibu ingin satu satunya anak putri berguna untuk orang lain, berguna untuk agama.
Ibu ingin anak ibu lebih baik kehidupan nya dari pada ibu. Kehidupan di dunia dan kehidupan akhirat." Ibu meneteskan air mata, tak kuat menahan beban selama ini untuk berusaha menjadi single parents.
"Ibu, Risa telah terlahir dari rahim seorang ibu seperti ini sudah sangat bersyukur, masalalu jangan diungkit kembali biarkan kita ambil pelajaran dari masa lalu. Ibu adalah ibu yang paling kuat yang paling terbaik di muka bumi ini, Risa bangga bisa jadi anak ibu," Ujar Risa.
Mereka berpelukan dengan air mata.
"Oh ya Risa, mau tau juga gak kenapa ibu dan abangmu memilih Azzan?"
"Kenapa bu?"
"Nak Azzan itu anak yang baik. Akhlaknya jangan ditanya lagi, bakti dengan orang tua nya menyerupai Uwais al-Qarni. Dia pandai, ilmu dan adab nya sangat luar biasa." Ujar ibu menjelaskan.
"Dahulu ayah dan ibu bertemu ketika ibu masih belajar mengaji di tempat kakeknya azan, beliau orang yang sangat terhormat di kampung ini, ilmu yang beliau ajarkan mampu membekas sampai saat ini." Sambungnya.
"Dan kamu tau nak,Azzan memiliki jiwa seperti kakeknya. Luruh dan budi pekertinya bak ilmu keturunan. Tak heran kenapa Azzan sangat berwibawa dengan ilmunya karena kakeknya dahulu seperti itu. Jadi ibu dan abangmu memilih ia." Jelas nya.
"MasyaaAllah jadi begitu bu, Risa baru tahu." Ujar Risa.
"Nah nak, menurut ibu meskipun kalian tidak jauh umurnya, tidak baik kalau Risa memanggilnya hanya sebutan nama, ia lebih tua dari Risa meski berjarak hanya 1 tahun. Tapi dia seorang laki laki dan dia sekarang gurumu, ustadz mu. Adab seorang murid kepada gurunya harus lebih diutamakan dengan begitu ilmu yang Azzan berikan akan bisa mudah masuk ke dalam hatimu. Kamu mengerti maksud ibu nak?" Jelasnya.
"Astaghfirullah, maaf bu Risa tidak sadar dengan hal itu." Sahut Risa.
"Tak apa, bagaimana kalau Risa panggil dengan sebutan pak ustadz? Kang? Mas ? Kak? Atau apa?" Tanya ibunya.
"Nanti Risa tanyakan sama Azzan aja ya bu. Takut Risa salah panggil." Jelas Risa.
"Baguslah kalau gitu, sekarang kamu istirahat ya sudah malam."
Risa membenarkan dirinya dengan berbaring dan ibu risa menyelimuti dan mencium keningnya.
🌼🌼🌼🌼
To be continued...
Dear pembaca setia.
Terima kasih sudah membaca cerita ini ya.Saling menghargai penulis yaa. Dengan cara Follow, Vote dan Komen yaa!
Tinggalkan jejak setelah membaca♡Bisa mampir ke akun Instagram author ya @risa_ryss.
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLUNARISSA ( SUDAH TERBIT )
RomanceSUDAH TERBIT ✨✨✨ NEW TITLE ALERT⚠️ Cinta Bersemi di Baiturrahim changed the tittle to ARCLUNARISSA ⚠️ Please enjoy the story ❗ ______________🧚🏻♂️ Bukanlah tentang bagaimana kalian saling memandang, namun bagaimana tentang kalian melihat ke arah y...