Dekat.

479 20 0
                                    

Hari ini cuaca nampak sedikit buruk,  panas mentari terasa menyengat kulit tetapi meski begitu kegiatan pesantren tetap berjalan seperti biasa.

Banyak dari mereka yang tidak mengetahui kejadian sesungguhnya yang terjadi semalam dibelakang pondok.

Disana  ada dua orang cewek yang sedang berjalan, cewek disampingnya terus berceloteh ria dan tidak bisa diam sedangkan lawannya hanya tenang mendengarkan dalam diam sesekali merespon dengan gumaman, sungguh perpaduan yang sangat sempurna.

"Zia pokonya kamu harus liat wajah sianak baru itu sungguh tamvan sekali ciptaanmu yaAllah oh iya tapi awas kalo kamu sampai naksir yes,  larangan keras dont naksir-naksir itu jatah aku okey."

"hmmm," respon Zia sekedarnya,  pasalnya temannya itu sudah memperingatkan Zia sejak bangun tidur tadi "eum mungkin sudah ke 45kalinya tuh anak ngomong gitu"  pikirnya.

Hari sabtu ini tidak kegiatan wajib yang harus dilaksanakan di pesantren,  para santri menggunakan waktu luang ini untuk berolah raga main basket misalnya tetapi meski begitu tetap ada batasan antara santriwan dan santriwati.

Setelah berjalan cukup jauh dari kamarnya Zia dan Jumi sampai ditempat latihan basket untuk para cowok,  disini para santriwati diperbolehkan melihat dari batas yang ditentukan pihak pesantren.

"Zia itu tuh lihat disana aduhh asome banget tuh orang" teriak Jumi histeris,  sedangkan Zia mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Asome apaan Jum?" tanyanya.

"aduh Zia kamu itu bisa bahasa inggris gak sih?  YaRabb ituloh ganteng Zia ganteng kamu teh gak pernah belajar bahasa inggris ya?" omel Jumi,

"Pfftttt" seakan mengerti maksut Jumi Zia sibuk menaha tawa agar tidak menyembur keluar bisa berabe kalau dia ketawa ditengah orang yang lagi fokus menonton pertandingan.

"Riann oper sini," teriak Reza.

Dengan cekatan Rian mengoper bolanya sesuai intrupsi, dalam kesibukan orang-orang Rian saling tatap dengan Zia,  memastikan cewek itu tetap baik-baik saja setelah mentransfer tenaganya semalam.

Senyum merekah ditunjukkan Zia saat netra coklat gelap dan terang tersebut bertemu,  "I'm Fine my brotha," batin Zia menjawab kekhawatiran yang terpancar.

"Hahhhh" nafas lega berhembus dari mulut Rian disebrang sana,  setidaknya dia bisa tenang melanjutkan permainan,  rasanya lama sekali dia tak melatih kekuatannya bermain basket.  Mari kita lihat.

"Huuuuuu Riaannn"

"Ayo Riaannnnn"

"semangat kakak"

Entah sejak kapan para santriwati membentuk barisan pendukung Rian,  sepertinya pengaruh ketampanan juga hal yang mendominasi selain keterampilan,  padahal dalam islam sendiri tidak boleh berlebihan dalam memuji ataupun mengagumi seseorang.

"Good job bro"

"ganteng banget oi"

"Ayo bos lanjutkan"

Teriak heboh santriwan dan santriwati kala Rian berhasil melakukan triple poin yang membuat bola masuk tanpa halangan.

"Wah gilaa pandai banget tuh orang"

"Diem lu kaya kagak pernah liat orang main aja"

Zia mendengar krasak-krusuk disebelahnya bahasa yang digunakan juga lumayan gaul.

"Mereka itu pindahan dari kota juga sama kaya kamu tapi mereka lebih lama disini dan menganggap remeh peraturan disini, " jelas Jumi "maksud lo eit maksud kamu mereka?" tanya Zia memastikan.

Secret Agent In PesantReN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang