belum saatnya

256 15 2
                                    

Zia dan Anzo sekarang berada diruang sidang karena pengurus mendapat laporan kalau mereka berdua menghilang.

"Sekarang jelaskan" titah ustad Somad, melihat keduanya terdiam membuat kepalanya mau pecah.

"Kalian ini santriwan dan santriwati kenaps bisa menghilang secara bersamaan?" Lanjutnya lagi.

Zia dan Anzo menghela nafas pasrah, tanpa ada rasa takut mereka berdua tetap diam tak ada yang ingin membuka mulut sejak setengah jam yang lalu.

"Sudah kalau kalian tidak mau berbicara, siap-siap saja berhadapan sama pak kyai" putus ustad Somad.

"Maaf ustad, abah sudah tiba" lapor Slamet,

"Bagus, biar tahu rasa ini dua manusia," dumel ustad.

"Assalamualaikum warohmatullah" sapa pak Kyai, beliau baru pulang dari rumah kerabatnya.

"Walaikumsalam warrohmatullah wabarokatuh" jawab mereka serempak.

Pak kyai tersenyum menatap Zia dan Anzo, lalu melanjutkan langkahnya tak lupa dengan takdim mereka untuk menyalami dan menuntun pak Kyai.

"Ada apa ini, kok wajah kalian pada murung?" Tanya pak kyai selepas dari duduknya, Yang ditanya pad ngedumel enggak jelas.

"Ini lo bah, mereka enggak mau ngaku semalam pergi kemana dan kenapa bisa barengan" jawab ustad somad menggebu.

"Nak Zia, nak Rian memang bener kalau kalian semalam menghilang?" Tanya pak kyai memastikan, sementara mereka berdua mengangguk.

"Memang kalian pergi kemana?"

Rasa bosan menghinggapi Zia, percayalah dia lebih berani dihadapkan dengan mafia kelas tinggi daripada harus berhadapan dengan pak Kyai yang mempunyai wibawa tinggi..

Merasakan keresahan Zia disampingnya membuat Anzo tidak tega, sepertinya kali ini biarkan dirinya yang turun tangan.

"Saya...._" jawab Anzo menggantung, dirinya melirik Zia sekilas untuk meminta persetujuan. "_semalam pergi nangkap maling pak kyai" Lanjutnya santai, membuat mereka yang ada disana tercengang.

"Nangkap maling?" gumam mereka. Disana ada Ustad Somad beserta 2 pengawal setianya, ada juga Slamet dan teman Anzo serta Zia uang turut menjdi saksi.

,"Jadi semalam ada maling dipesantren, karna saya mendengar kegaduhan ya saya pergi eh enggak tahunya Zia juga ke kandang. Jadilah kita tarung sama malingnya" ucap Anzo santai.

"Heh jangan ngarang kamu ya" Ustad Somad bersungut.

"Iya mana buktinya" lanjut Slamet.

Anzo menyingkap lengan kiri baju kokonya, disana terlihat luka gores yang mulai mengering. "Ini karena semalam malingnya bawa pisau, jadi kena tangan" katanya santai.

"Zia tolong buka lengan baju kamu" Perintah Anzo membuat yang lain kaget bahkan pak Kyai. Zia menurut, dia menyingkap lengan bajunya sedikit, disana juga terlihat luka basah yang cukup dalam membuat mereka meringis.

"Tapi kalian tenang saja, malingnya sudah tidak berani kesini kok" kata Zia.

"Kenapa kalian enggak bangunin kita?" Omel Zidan.

"Kalau kita bangunin kalian, yang ada itu maling kabur duluan" lanjut Zia, "Lagian saya juga enggak sengaja kesana karena mendengar keributan waktu selesai dari kamar mandi putri, eh taunya ada 2 maling." sepertinya melanjutkan rencana kakaknya bagus juga, maafin Zia yang suka bohong ya :v.

"Apa, dua?" Sahut Jumi heboh.

"Jadi sekarang permasalahannya sudah jelas kan?" tanya Pak kyai. Mereka semua mengangguk.

Secret Agent In PesantReN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang