Edelweiss (2)

184 26 32
                                    

Terima kasih telah menjemputku dengan caraNya.

🌵🌵


Anisa tidak bisa menghubungi bunda maupun Aisyah.

Dia pasrah namun tetap waspada setelah insiden Aditya mengaku menjadi suami Anisa.

Tetapi Aditya memiliki bukti konkret yaitu buku nikah.

Mau tidak mau Anisa tidak bisa mengelaknya, namun dia lupa apa yang terjadi.

🍀🍀

"Yaampun mba ngelamun mulu, senyum dong."

Marzia menaik turunkan alisnya.

"Biasanya kalau setelah nikah orang itu selalu berbahagia loh, apalagi awal-awalnya. Hmmm dunia seperti milik permanen."

Mendengar Marzia mengucapkan kata "nikah" Anisa tersadar.

"Zia, mba mau nanya. Tapi dijawab jujur ya."

Marzia menganggukkan kepalanya, tapi sebelum Anisa bertanya lonceng di pintu berbunyi tanda seseorang masuk.

"Nissaa......."

Seorang wanita dengan jilbab lebarnya berlari dan memeluk Anisa.

🍀🍀

Ananda dan Marzia dibuat tercengang dengan pengakuan Anisa, bagaimana bisa dia lupa bahwa dia sudah menikah?

Mereka berdua saling menoleh dan mengangguk bersamaan.

"Aku tahu kenapa kamu lupa." ucap Ananda.

Sedangkan Marzia mengangguk semangat.

🍀🍀

🍒🍒

Flashback On

Aditya Pov

"Cukup...cukup...cukup..."

Aditya terbangun dari mimpinya dan beristighfar.

Di dalam mimpinya Anisa memegang buket edelweis sambil mengerlingkan mata dan mendekatinya.

Tiba-tiba Aditya tersipu.

"Astagfirullahaladzim mikirin apa sih."

🍒🍒

"Sehat? Astagfirullah panas banget. Efek cinta ya begini."

Raka menyentuh kening Aditya dan meloncat-loncat bertingkah seakan tangannya akan terbakar kepanasan.

"Lebay."

Aditya berlalu setelah memukul perut Raka.

"Woy Dit tunggu sakit beneran ni."

Altharafisqi [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang