"Lu pernah gak sih suka sama orang?"
Ivy yang sibuk mengerjakan PR ekonominya langsung menoleh.
"Hah?"
"Gue disuruh pulang jam 12, nganter bokap gue balik kerja. Gue kemungkinan baru bisa latihan jam 4-an. Gimana?"
Melihat Xander buru-buru mengganti topik malah membuat Ivy semakin bingung jadi ia ikut mengangguk saja lalu kembali mengerjakan PR-nya yang harus dikumpul siang ini.
"Apa gue cabut aja ya?"
"Ya gimana coba? Kakak lu pasti nyariin lah!"
"Iya juga sih."
Travis yang baru selesai makan dari kantin duduk di sebelah Ivy, "Ekonomi ya? Liat dong!"
"Nih." Ivy melempar buku catatannya. "Kalo salah gak nanggung."
"Yang penting mah ada. Ya gak?" Balas Travis sambil mengangkat alis ke Xander yang ikut setuju.
"Eh. Itu sprite kan?" Tanya Xander sambil menunjuk ke arah botol yang ditaruh di sebelah tangan kiri Travis.
"Iya."
"Sini." Buru-buru ia merebut botol soda itu dan meneguknya.
Ivy dan Travis saling bertatapan.
"Dia pengen cabut." Ujar Ivy, Travis seketika langsung paham.
"Bodo amat gak ikut latihan, gue gak mau ketemu bokap." Ujar Xander. "Gue ke UKS dulu ya."
***
Benar, belum berselang 20 menit perut Xander langsung sakit. Untung ia sudah buru-buru ke UKS jadi ia bisa langsung istirahat.
"Lu ngapain lagi sih?" Tanya Aaron. "Makan pedes ya?"
Xander menggeleng lemah, "Gak kok."
Aaron diam sambil berusaha menutupi rasa paniknya. Ia tahu kalau adiknya sakit, pasti dia yang bakal disalahkan.
"Udah minum obat?"
Xander mengangkat bahunya, "Tadi sih udah, tapi keluar lagi."
Perutnya memang sakit, tapi sebenarnya tidak separah itu. Karena ia rasa ia harus sedikit melebih-lebihkan agar menimbulkan rasa iba untuk tidak membawanya bertemu ayahnya lagi.
"Iya kata Ivy juga lu dari pagi udah sakit." Ujar Aaron yang mulai terpancing kebohongan adiknya. "Gue SMS mama deh."
Xander kembali memejamkan matanya sambil memegangi perutnya yang sakit karena minum soda. Dari kecil, Xander memang tidak bisa minum minuman yang terlalu manis, bersoda dan susu sapi.
"Kata mama lu nanti dianter pulang aja."
***
"Kamu ini makannya gak teratur sih." Omel ibu saat diperjalanan pulang.
Sakit di perutnya sebenarnya sudah hilang, tapi tetap bertingkah seperti ia masih lemas.
"Tadi pagi gak makan kan kamu? Pantes lah sampe sekolah muntah-muntah." Ibu masih lanjut ngomel. "Ke dokter deh nanti sorenya."
Ibu memberhentikan mobilnya. Meminta anak sulungnga untuk mengantar adiknya ke kamar untuk istirahat.
"Lho, kenapa?" Tanya ayahnya yang sudah beres siap-siap.
"Biasa. Kambuh maag-nya." Balas Aaron.
Ayahnya mengangguk, "Gak disiplin sih.."
"Nih." Aaron menaruh botol minyak kayu putih dan beberapa kresek di sebelah kasurnya. "Jaga-jaga aja.."
Setelah kakaknya keluar dari kamarnya, seketika Xander langsung mengambil handphone-nya dan mengetik pesan ke Ivy dan Travis.
"Yuk latihan jam 2, bisa nih gue.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dropped
Teen Fiction"Mungkin suatu saat kita akan mati, entah esok, lusa atau bahkan 50 tahun lagi. Tapi pop-punk tak akan pernah mati! Karena dia akan selalu hidup berdampingan dengan kegilaan dunia ini." Xander, Ivy, Travis dan Kevin. Empat sahabat dengan potret hidu...