Perasaan itu masih ada di antara mereka berdua. Meski Xander masih tidak percaya kalau Travis memberikan seks oral di mobil yang sebenarnya mobil ibunya tapi dia tidak mau memikirkannya karena itu membuat semua semakin parah. Tapi astaga, itu di tempat umum, pikirnya. Meski kacanya gelap, tetap saja ia panik kalau ada orang dengan kekuatan super yang pandangannya bisa menembus kaca kemudian bisa melihat mereka.
Sebenarnya ia juga kasihan kepada orang dengan kekuatan super yang bodoh seperti itu.
Kemudian ia menoleh ke arah ujurng ruangan, tidak percaya kalau tempat sampah itu berisikan DNA-nya. Jadi, kalau tiba-tiba ada kejadian menimpa Travis, bisa saja ia dijadikan tersangka utama oleh polisi karena ada bekas kondom di kotak sampahnya lalu ia akan dicap pembunuh dan dipenjara 10 tahun hanya karena melakukan seks dengan mantannya. Sedangkan pembunuh berantai itu bebas, membunuh orang lain.
"Baiklah itu berlebihan." Gumamnya.
Seharusnya ini semua tidak pernah terjadi. Seharusnya mereka hanya berbicara, Travis akan mengerti lalu mereka pergi masing-masing. Tapi tidak.
Pagi ini mengingatkannya akan kejadian empat bulan lalu. Namun bedanya kali ini tanpa truth or dare, mereka langsung saja melakukannya.
Seperti di film-film, ia menulis surat di lembar memo kecil namun bedanya tulisannya sangat buruk. Tapi ia yakim Travis sudah biasa melihat tulisan ceker ayam-nya jadi tentu itu tak akan jadi masalah.
I wish I could be myself
Kemudian saat ia ingin beranjak pergi. Bibi Jesslyn, orang yang biasa membersihkan rumah Travis menghampirinya di ruang makan.
"Temannya Travis ya?" Sapanya sambil tersenyum.
Xander mengangguk.
"Baguslah." Ia ikut mengangguk juga. "Akhir-akhir ini dia suka kelihatan sedih dan tidak mau makan. Senang akhirnya ada yang paham dengan keadaannya dan mau menemaninya."
"Iya." Balas Xander singkat namun tetap ramah. "Saya pergi dulu ya, bi."
"Pagernya?" Tanya Bibi Jesslyn. "Kan saya yang bukain."
"Oh iya."
***
"Abis dari mana aja lo?"
Xander tidak menjawab meski kakaknya sudah berkali-kali bertanya sepanjang ia berjalan dari garasi ke rumahnya.
"Mama nyariin mobilnya tau gak?" Aaron menarik lengan baju adiknya agar ia berhenti berjalan. "Kemana aja?"
"Rumah Travis!" Bentak Xander. "Gue mau nyelsain masalah, tapi yang ada malah jadi masalah."
"Emangnya kenapa?" Mereka akhirnya masuk ke kamar Aaron dan duduk di ujung kasur.
"We just had sex, dude."
Aaron yang terkejut langsung mendorong Xander hingga jatuh ke lantai, "JANGAN DUDUK DI KASUR GUE!"
"Kali ini bukan gue bottom-nya, kok!" Xander mengangkat tangannya. "Lagian gue selalu jadi top kalau sama dia. Kalem aja, gak ada bekasnya!"
"TETEP AJA! KASUR GUE INI KASUR SUCI DAN MILIK ORANG SUCI!" Ia langsung menepuk-nepuk kasurnya dengan sapu lidi.
"Heleh, liat Ivy pake hot pants sama tank top aja paling udah berdiri!" Xander menunjuk ke arah celana pendek Aaron.
"Gak lah!" Balas Aaron. "Enak aja... Gue bakal tetap virgin sampai nikah."
"Oh iya, kakak gue ini kan alim sekali." Cibir Xander.
"Oh tentu dong."
"Kemarin pesta sama siapa aja?" Xander menunjukkan handphonenya yang berisi video Aaron yang sedang minum bir bersama dengan dua perempuan berbaju seksi yang mencium pipinya. Mereka terlihat mabuk hingga perempuan-perempuan itu tidak sadar kalau laki-laki yang ia goda itu anak culun di sekolah.
Aaron berusaha merebut handphone Xander tapi ia langsung memasukkannya ke saku celananya.
"Pulang jam berapa semalem?"
"Jam 4 pagi. Itupun gue masih pusing. Padahal gak minum banyak."
Xander mengangguk, "Good luck deh gak ketahuan kepala sekolah."
"Kayak dia bakal peduli aja." Balas Aaron. "Eh kok lu bisa begituan lagi sama Travis? Balikan?"
"Nggak." Xander menggeleng. "Lagi horny aja di mobil, jadi langsung gas."
"DI MOBIL MAMA?" Aaron makin kaget. "Eh lu sinting kali ya? Itu kalo berceceran gimana?"
"Bentaran doang itu." Balas Xander. "Sisanya lanjut di rumah dia."
"Oh." Aaron langsung bisa bernafas lega. "Terus kalian balikan?"
"Ya pengennya sih gitu." Xander menghela nafas. "Tapi gue takut ketahuan mama, nanti jadi masalah lagi. Mama udah curiga kan sebelumnya?"
"Lagian suruh siapa itu pintu kaga dikunci?" Aaron memutar bola matanya.
Xander selalu befikir kalau ibunya sudah tahu mengenai hubungannya dengan Travis yang kebetulan lebih dari sekedar teman dekat. Berawal dari ibunya yang masuk ke kamarnya tiba-tiba dan menemukan mereka keluar dari kamar mandi secara bersamaan. Mereka bilang kalau Travis ingin membersihkan luka di punggungnya jadi ia harus buka baju.
Kemudian ibunya membawakan obat sore seperti biasa, kali ini ia menemukan Xander memeluk Travis sambil bermain PS. Alibi mereka saat itu cukup lemah, "Oh itukan tanda persahabatan!", jadi wajar saja kalau ibunya mulai curiga.
"Setidaknya waktu itu Travis gak lagi ngasih lu blowjob." Aaron berusaha menghibur.
Namun Xander tertawa, "Itu mah udah pasti langsung dicoret dari kartu keluarga."
KRING!
Travis : Udah di rumah?
Wajah Xander langsung memerah melihat pesan dari Travis. Tapi ia berusaha menepisnya, ia tidak mau ada masalah lagi.
Xander : Udah kok.
Xander : Oh btw, jangan anggap serius soal kemarin.
Xander : Lu udah baca pesan dari gue kan?
Travis : Udah.
Travis : Sebenarnya gak masalah sih. Let it flow aja. Tapi kalau lu gak bisa, jangan dipaksa.
Tiba-tiba ibu yang baru datang mengetuk pintu dan membukanya, "Xander, kamu dari mana aja?! Dugem ya?"
"Gak lah!" Balas Xander. "Aku sih dari rumah Travis, tau deh kalau Aaron..."
"Mana mungkin abangmu ke tempat dugem kayak gitu? Apalagi mainan cewek. Contoh tuh abangmu! Udah kelas sebelas bukannya tobat." Ibu melepas roll rambutnya satu persatu lalu kembali pergi ke kamarnya. "Ayo mandi, temenin mama ke mall!"
"Modal muka alim doang lu emang!" Kata Xander sambil menunjuk ke muka abangnya. "Belum liat aja dia videonya Aaron lagi joget sama cewek."
"Eh jangan lah anjir." Pinta Aaron. "Lagian dapet darimana sih lu itu video?"
"Dari Kevin. Lagian udah kesebar kok."
"HAH?" Aaron langsung kaget.
"Kalem aja." Balas Xander dengan santai. "Tapi Ivy udah ngeliat sih..."
"JUSTRU ITU BAGIAN PARAHNYA!" Aaron makin panik. "Bodo amat satu sekolah tau, banyak juga kok yang tau kalau gue minum, tapi Ivy... Hancurlah reputasi gue!"
"Mandi dulu ah." Balas Xander cuek. "Makanya, gak usah sok alim. Jadi diri lo sendiri aja.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dropped
Teen Fiction"Mungkin suatu saat kita akan mati, entah esok, lusa atau bahkan 50 tahun lagi. Tapi pop-punk tak akan pernah mati! Karena dia akan selalu hidup berdampingan dengan kegilaan dunia ini." Xander, Ivy, Travis dan Kevin. Empat sahabat dengan potret hidu...