"Kira-kira Travis kenapa ya?" Curhat Xander kepada kakaknya.
Mereka berdua di balkon kamar Aaron yang menghadap ke arah lahan kosong nan angker. Tapi mereka seakan sudah tidak peduli lagi mau melihat hantu atau psikopat di lahan itu.
Aaron mengeluarkan kotak rokok dari saku celananya yang mengundang beberapa pertanyaan dari Xander.
"Gue kira lu udah tobat." Sindirnya.
"Persetan." Aaron menyalakan rokoknya, menghembuskan asap yang seketika melebur bersama dengan angin malam. "Gue lagi stress berat."
"Gara-gara Ivy?" Xander mengangkat alis, Aaron mengangguk cepat. "Kecil itu mah. Intinya lu harus tau mau dia apa, lu pasti bisa."
"Lu tuh ya, gaya ngomongnya kayak pakar tapi isinya kayak level bocah SD."
Langsung ia meninju pelan lengan kakaknya, "Kurang asem lo ya!"
"Ya udah. Lu nyanyi juga paling dia seneng." Xander berusaha memperbaiki pendapatnya tadi.
"Kayak lu waktu nembak Travis dong?" Balas Aaron sambil tertawa. "Eh ngomong-ngomong, gimana tuh? Udah baikan?"
"Kan." Xander menghela nafas. "Males nih dibahas-bahas lagi."
"Ya lagian, masa sesama mantan saling bertengkar?"
"Bacot." Mendengar kakaknya bilang begitu, ia langsung menutup telinga dan bertingkah seakan ia tidak mendengar. "Gak denger, gue pake headset."
"Gue tiup juga terbang lu!"
"UDAH JAM SEPULUH, TIDUR!!" Teriak ibu yang diperkirakan berada di depan pintu kamar Aaron.
"Eh matiin, anjir!" Ujar Xander yang panik langsung membuang putung rokok kakaknya secara sembarang ke arah lahan kosong. "Alah, belom sempet gue dapet bagian."
"Permen karet gue mana?" Aaron mengibas-ngibaskan tangannya agar bau rokok di balkon hilang seketika. "Ambil baju gue!"
Buru-buru Xander mengambilkan Aaron baju putih garis-garis yang ia beri parfum sebanyak mungkin. Seraya itu, Aaron mengunyah 5 permen karet mentol sekaligus.
"Kalian ngapain sih?" Tanya ibu setelah Aaron membuka pintu kamarnya.
"Curhat sambil gitaran, ma."
Ibu melirik ke arah TV, "Nonton video porno ya?"
"KAGAK!" Mereka teriak bersamaan.
"Kalem." Ibu terlihat terkejut melihat reaksi kedua anak laki-lakinya. "Tidur, udah malem. Sini cium dulu."
Tanpa ucapan kata apapun, ibu langsung mencium kening Aaron dan Xander.
"Wangi banget kamu." Tanya ibu kepada Aaron. "Mandi parfum?"
Aaron hanya membalas perkatan ibunya dengan tertawa pelan. Ketika ibunya menutup pintu, mereka langsung mengehela nafas lega.
"Sok ngide sih lu!" Bisik Xander. "Ya udah ayo lanjut nyebatnya."
"Ye! Sama aja.."
KRING!
Xander langsung memeriksa handphone-nya yang berbunyi.
Travis : Lu kapan ada waktu?
Travis : Gue pengen ngomong tapi berdua aja dan jangan di sekolah.
"Ciaa ketemu mantan." Aaron mengintip handphone adiknya.
Xander : Besok
Xander : Di rumah lu aja
"SUSAH BANGET YA DIBILANGIN TIDUR INI BOCAH-BOCAH!" Ibu kembali berteriak.
Xander langsung lari ke kamarnya, mematikan lampu dan masuk ke dalam selimut. Sebenarnya ia tak bisa telelap karena sibuk berfikir apa yang akan Travis bicarakan dan bagaimana juga ia harus menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dropped
Teen Fiction"Mungkin suatu saat kita akan mati, entah esok, lusa atau bahkan 50 tahun lagi. Tapi pop-punk tak akan pernah mati! Karena dia akan selalu hidup berdampingan dengan kegilaan dunia ini." Xander, Ivy, Travis dan Kevin. Empat sahabat dengan potret hidu...