[ A/N : By the way, part ini dan setelahnya bakal ada adegan 18+. Jadi kalau kurang berkenan bisa di-skip dan kalau misalkan kurang 'mantab' (eh? xD) boleh kritik dan sarannya karena ini cerita pertamaku yang mengandung unsur 18+, terima kasih! ♡ ]
"Fuck it." Xander menangkup pipi Travis, mengarahkannya ke wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan lalu mencium bibirnya.
Travis awalnya terkejut, tapi tak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan bibir mantan pacarnya. Kaca mobil Xander kebetulan gelap, jadi tidak ada yang memedulikan mereka.
Pikiran kotor dan ide gila muncul di kepala mereka. Travis semakin tidak berhenti menggoda Xander, seakan memaksanya untuk melakukannya di sini, yang meskipun di dalam mobil namun tetap saja tempat umum.
"Kamu yakin? Di sini?" Namun Travis mengacuhkannya dan malah mulai mencium leher Xander. "O...kay, lanjut aja."
"Aku bisa tahan sampai rumah," Ujar Travis sambil membuka resleting celana Xander. "but I dont think you could."
Tapi memang benar, celana Xander sudah terasa sempit sejak tadi. Travis yang sudah paham betul mulai menarik turun sedikit celana Xander dan jemarinya mulai mencari-cari apa yang ia inginkan.
"Can't wait to put this on mine later." Travis tersenyum sambil mengelus penis Xander yang sudah menegang.
Xander tersenyum sambil mengelus kepala Travis seperti tanda isyarat untuk mengabulkan permintaan birahinya sekarang juga. Untungnya Travis cepat mengerti, jadi langsung saja ia memasukkan milik Xander ke mulutnya.
Sudah berapa lama mereka tidak melakukan ini? Sebulan? Atau dua? Xander sudah tidak peduli lagi, isi kepalanya makin kacau ketika lidah Travis mulai ikut bermain. Perasaan bersalah, nikmat dan rasa ingin memilikinya lagi bergabung menjadi satu sampai tidak ada kalimat yang keluar dari mulutnya, hanya desahan dan dirty talks yang ia ulang terus menerus. Konsentrasinya buyar.
"Mau mampir?" Ujar Travis yang menatap Xander dari bawah. "We can finish this there."
Xander mengangguk dan langsung menancap gas ke rumah Travis. Lagipula besok hari libur, Aaron pasti berfikir kalau ia pergi ke rumah teman atau terlalu mabuk dan menginap di bar dan begitu pula ibunya, ia akan percaya saja kalau anaknya sibuk mengerjakan tugas sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dropped
Teen Fiction"Mungkin suatu saat kita akan mati, entah esok, lusa atau bahkan 50 tahun lagi. Tapi pop-punk tak akan pernah mati! Karena dia akan selalu hidup berdampingan dengan kegilaan dunia ini." Xander, Ivy, Travis dan Kevin. Empat sahabat dengan potret hidu...