Chapter IV

1.4K 239 12
                                    

Jaemin menatap Duke yang sudah tertidur nyenyak tanpa suara.

Sepanjang malam Duke terus mengenang masa mudanya bersama Taeyong di sela-sela batuknya yang kian parah.

Kemarin sore batuk Johnny tidaklah parah. Hanya sesekali ia terbatuk darah tapi sepanjang malam batuknya hampir tidak pernah berhenti.

Jaemin menatap wajah tua itu dengan pilu. Tidak adakah yang bisa dilakukannya untuk menyenangkan Duke? Tidak adakah yang bisa dilakukannya untuk memenuhi keinginan terakhir sang Duke?

Jaemin tidak bisa memenuhi keinginan ayahnya ketika ia sekarat. Hingga detik ini ia terus menyesalinya. Walau pada akhirnya keinginan ayahnya terwujud, Jaemin terus berharap ia dapat memenuhi keinginan ayahnya sebelum ia meninggal. Keinginan terakhir ayahnya adalah bertemu dengan Duke Johnny dan menyerahkan sendiri putrinya dalam asuhan Duke. Duke memang datang tapi ia terlambat. Jaemin tahu keterlambatan itu telah membuat penyesalan yang mendalam di hati Duke. Sekarang Jaemin tidak ingin membuat penyesalan lagi di hati Duke. Ia tidak ingin melihat orang yang dicintainya pergi tanpa dapat mewujudkan keinginan terakhir mereka.

Maka Jaemin memutuskan. Selagi ia masih punya waktu, ia akan mewujudkan keinginan terakhir Duke! Sekalipun ia harus membuang wajah dan harga dirinya!

Tak sampai setengah jam kemudian Jaemin berdiri di depan sepasang mata menyelidik Mark.

Berlawanan dengan Jaemin, rambut pirang Mark yang bersinar cemerlang tersisir rapi. Kemeja putihnya yang licin dipadu dengan celana hitam, membuatnya tampak begitu gagah. Satu-satunya yang merusak penampilannya yang menawan adalah sepasang mata biru tuanya yang memandang Jaemin dengan penuh tanda tanya dan jijik.

Penampilan Jaemin saat ini jauh dari menawan. Rambut kuning pucatnya berantakan. Matanya yang sembab masih membengkak setelah menangis sepanjang malam. Hidungnya memerah. Goresan hitam di bawah matanya membuatnya kian kelam dan terlebih dari itu, gaunnya acak-acakan bahkan sebuah kancing di dadanya jatuh terlepas oleh pergumulannya dengan Jisung semalam.

"Apakah tujuan Anda datang pagi-pagi?" Mark menahan keinginannya untuk mengusir pemandangan tidak sedap ini.

"Dengan membuang segala harga diri, saya memohon Anda pergi bersama saya ke Sternberg," Jaemin langsung ke pokok pembicaraan.

"Ke Sternberg."

"Saya percaya Duke Johnny telah meminta Anda untuk mengambil saya sebagai istri," Jaemin akhirnya mengutarakan pokok pembicaraan yang paling tidak ingin dibahasnya. "Saya mohon kembalilah bersama saya ke Sternberg dan berkata pada Duke bahwa Anda akan mengambil saya sebagai istri."

Tawa Mark meledak.

Reaksi Mark tepat seperti dugaan Jaemin.

"Saya tidak meminta Anda untuk bersungguh-sungguh," Jaemin melanjutkan, "Yang saya minta hanyalah sebuah kalimat persetujuan Anda."

"Apakah yang membuatmu berpikir aku akan pergi denganmu?" cibir Mark.

"Ini adalah permintaan terakhir orang yang menjelang ajal," terang Jaemin, "Anda tentu bersedia membantu saya memenuhi keinginan terakhir orang yang sekarat."

Mark tertawa geli. "Apakah kau pikir aku akan percaya padamu? Sekalipun aku harus berbohong, aku tidak akan menerima lamaran terkonyol kalian. Engkau memang cantik tapi kau tidak cukup cantik untuk membuatku ingin menikahimu." Dan kau adalah gadis yang melacurkan dirinya ketika ayahnya terbaring sakit, Mark menambahkan pada dirinya sendiri.

"Sejujurnya saya pun tidak tertarik untuk menikah dengan Anda apalagi berhubungan dengan Anda," Jaemin tahu ia telah membuat Mark kesal namun demi keberhasilan rencananya, ia harus menekan amarahnya dalam-dalam. "Saya hanya ingin Anda membantu saya."

Kisah Cinta [MarkMin ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang