Chapter V

1.5K 242 34
                                    

Aku up ini karena merasa lelah dengan tugas ospek😀 *sesicurhat

Hm...setelah ku baca lagi, sebenernya radak nggak tega juga bikin Jisung punya character kek gini😔



Jaemin merapatkan syal di sekeliling bahunya. Matanya menatap kejauhan di puncak bukit berumput yang luas itu. Pikirannya kosong tapi hatinya begitu damai. Rasanya sudah lama Jaemin tidak merasa setenang ini.

Pagi ini ia terbangun sebelum matahari terbit. Di keningnya ada sebuah kain kering. Di sisi tempat tidur ada baskom penuh berisi air.

Jaemin tidak perlu berpikir lama untuk mengetahui apa yang telah terjadi. Pasti Jenolah yang telah menjaganya sepanjang malam dan saat ini pemuda itu pasti sudah berada di ladangnya.

Jaemin mengenal Jeno enam tahun lalu ketika ia dan ayahnya menetap di Hauppauge, desa pertanian ini karena sakit ayahnya. Semenjak itu mereka menjadi teman baik.

Rumah yang saat ini menjadi milik Jaemin adalah dulu adalah bagian dari milik keluarga Jeno. Ketika mereka datang enam tahun lalu, ayah Jaemin menyewanya. Rumah itu memang kecil dan hanya mempunyai satu tempat tidur. Namun saat itu hanya inilah yang bisa dilakukan mereka dengan kondisi keuangan mereka yang terbatas. Mereka membutuhkan tempat untuk merawat sakit ayah Jaemin. Bagi Jaemin sendiri, ia tidak membutuhkan tempat tidur karena ia harus selalu berada di sisi pembaringan ayahnya.

Setelah kematian ayahnya, keluarga Jeno bermaksud baik dengan mengambil Jaemin sebagai putri angkat mereka. Namun beberapa hari setelahnya Duke of Cookelt datang oleh permintaan Taeyong.

Tampaknya sebelum meninggal Taeyong mengirim surat pada Duke Johnny. Ia meminta Duke untuk merawat Jaemin setelah kematiannya dan atas keinginannya sendiri, jasadnya dibakar dan abunya ditebar di laut.

Taeyong benar-benar seorang petualang. Matipun ia tidak mau berdiam diri di suatu tempat.

Untuk Jaemin, Duke Johnny membeli rumah yang menjadi tempat persinggahan terakhir Taeyong. Duke Johnny juga membuat nisan ayah Jaemin di belakang pekarangan rumah mungil ini agar Jaemin dapat mengunjungi ayahnya sesering mungkin.

Duke Johnny tidak pernah melarang Jaemin pulang ke rumah ini setiap bulannya selama satu atau dua hari untuk mengunjungi Taeyong. Bahkan dalam beberapa kesempatan, ia menemani Jaemin.

Namun setelah Duke Johnny jatuh sakit, Jaemin tidak pernah pulang. Itulah sebabnya Jeno begitu senang ketika melihatnya kemarin sore – sepulangnya dari ladang keluarga mereka.

Melihat satu-satunya teman baik dan orang yang terdekat dengannya, Jaemin tidak dapat menahan diri. Ia menjatuhkan diri di pelukan pemuda itu dan kembali menangis tersedu-sedu.

"Jeno, oh, Jeno...," isaknya.

"Ada apa, Jaemin? Apa yang terjadi" tanya Jeno cemas, terlebih lagi setelah ia menyadari gaun hitam Jaemin dan sebuah koper besar di depan pagar rumah mungil Jaemin.

"Oh, Jeno, Johnny," isak Jaemin, "Johnny..., ia... i-ia sudah pergi."

Jeno terperanjat. "Katakan padaku, Jaeminku yang manis, apa yang terjadi pada Duke Johnny?" Jeno merangkum wajah Jaemin.

Melalui matanya yang basah, Jaemin melihat ketegangan di wajah pemuda itu. Jaemin belum menjawab ketika Jeno terpekik kaget.

"Ya, Tuhan! Badanmu panas sekali, Jaemin!" serunya kaget. Tangannya berpindah ke kening Jaemin. "Kau demam!" ia mengumumkan dan seketika itu pula ia membopong Jaemin ke dalam rumah.

Kisah Cinta [MarkMin ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang