12

7.5K 1K 189
                                    

Chapter 12 : Cinta?

Apa aku harus menikah muda?




Sejak siang tadi, sepulang dari rumah Jungkook, Jimin mendadak pendiam. Seokjin pamit membawa Jimin pulang karena tak ingin merepotkan keluarga Jeon lebih lama meskipun sakitnya Jimin adalah ulah Jungkook, jika saja reflek Jungkook tak separah itu-mendorong Jimin dari atas tubuhnya hingga Jimin terjungkal dan mendaratkan bokongnya dengan amat sangat keras dilantai-mungkin Jimin takkan sampai merepotkan begini, bahkan Jungkook yang pantang ijin pun sampai melewatkan kuliahnya demi menemani Jimin ke Rumah Sakit.

Seokjin merasa Jimin jengkel karena masih ingin bersama Jungkook namun ia malah mengajak si manis pulang kerumah.

"Jiminie marah sama Ibu ya? Kenapa diam terus?".
Seokjin mengelus rambut sang anak lembut, bertanya dengan nada bersalah.

Jimin menggeleng.

"Lalu kenapa? Coba bicara nak".

Jimin makin menunduk.
'Jungkook masih kuliah, kasihan kalau harus menikah muda'

"Jiminie? Jangan main rahasia dengan Ibu".

Jimin ingin bersuara namun bibirnya seolah terkunci rapat. Lebih tepatnya ia belum siap mengatakan yang sebenarnya.

'Apa aku harus berbohong?'

"Jangan berpikir untuk berbohong. Kau tak pandai melakukan itu sayang".
Ucapan Seokjin membuat Jimin mendongak kaget menatap Seokjin seolah tak percaya bahwa Ibunya mampu membaca isi kepalanya.

"Katakan, apa yang kau takutkan?".

Jimin menarik nafas panjang, mempersiapkan dirinya untuk jujur pada sang Ibu.

"Jungkook...

Seokjin menatap lekat putranya dan dengan sabar menunggu kelanjutan kalimat Jimin.

... a-ku...

...m-melihat a-ku...

...Jungkook t-telanjang... a-aku...

Seokjin sangat terkejut mendengar kata telanjang. Namun ia masih belum paham dengan inti dari kalimat Jimin yang terputus-putus.

"Katakan yang jelas sayang. Jangan seperti ini".

"J-jungkook... a-aku telanjang. Dan J-jungkook... hiks".

Jimin menangis dan Seokjin memijit pelipisnya dengan kencang meluapkan emosi karena tak mungkin ia melampiaskan pada sang anak saking gemas dan kesalnya. Kenapa Jimin ini selalu menangis?

"Sayang jangan menangis. Jangan apa-apa itu harus diselesaikan dengan menangis. Kau sudah besar".

Jimin tertohok, pertama kalinya sang Ibu tidak membujuk atau bahkan membesarkan hatinya saat ia menangis. Seokjin berubah. Dan Jimin bertambah sedih.

"Kenapa diam? Jangan begini Jimin, umurmu sudah 23 tahun. Setidaknya apa-apa jangan dibiasakan menangis. Kau harus lebih kuat".

Jimin hanya bisa mengangguk sambil menahan tangisnya sekuat tenaga.

"Bisa kau jelaskan lagi tentang telanjang tadi?".

Annoying Neighbour [AN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang