24

5.8K 610 52
                                    

Chapter 24



Ngetiknya dari 27 feb padahal. Dan baru kelar 😂

No edit,
Salah-salah,
Atau ada part yg ga nyambung harap maklum. Hehe.👐


Hal pertama yang Jimin lihat saat membuka mata pagi ini adalah sosok sang suami, Jungkook tertidur disisi ranjang rumah sakit dimana Jimin dirawat sejak kemarin malam. Ia juga melihat ibu mertuanya tertidur pulas diatas sofa yang ada dikamar rawatnya. Senyum tipis terkembang, menyadari bagaimana pedulinya mereka terhadapnya.

Bayangan kejadian kemarin, dimana ia meminta maaf pada Jungkook karena merasa tidak berguna sebagai istri tiba-tiba melintas. Jimin masih merasa sangat bersalah, terlebih Jungkook hanya memberinya senyum dan usapan lembut pada surainya tanpa mengucap apapun. Rasa sesak kembali ia rasakan. Ia bertanya-tanya apakah Jungkook masih akan mencintainya jika ia tak mampu memberikan anak?

Hari sudah sore saja, Jimin lega karena hari ini terasa berjalan lebih cepat.
"Tidak berkerja?"
Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut si manis.

"Libur, kau sedang sakit, aku harus disampingmu". Sore ini Jungkook meliburkan diri dari tumpukan pekerjaannya, ia tengah mengemas pakaian istrinya karena besok siang Jimin dipastikan sudah boleh pulang.

"Ibu?".

"Baru saja pulang sayang, kasihan nanti ayah pulang kerja malah ibu tidak dirumah".

Jimin mengangguk kecil, ia baru saja bangun dari tidur siangnya. Dan sekarang ia lapar.

"Jungkook..".

Jungkook lekas mengalihkan pandangan dari ponselnya kearah Jimin. "Hm?" Sahutnya singkat. Melihat itu membuat rasa laparnya menghilang. Ia pikir aneh kenapa Jungkook lebih pendiam sejak kemarin? Memang Jungkook tak mengabaikannya, hanya saja ia tidak banyak bicara, seperti melihat Jungkook yang dulu.

"Tidak jadi".

Jungkook memasukkan kembali ponselnya, berjalan mendekat kearah Jimin yang kini menatap tanpa minat kearah jendela.

"Katakan, kenapa?". Mata Jimin terpejam menikmati sentuhan tangan Jungkook pada surainya.

"Aku rindu ibu". Masih menatap jendela.

"Mereka kan masih di Jepang, telfon saja bagaimana?".

"Tidak mau, nanti rindunya semakin tidak bisa ditahan".

Jungkook tersenyum tipis. Namjoon dan Seokjin sudah 2 bulan ini tinggal di Jepang karena ia dipindah tugaskan. Sudah biasa bagi keluarga itu berpindah-pindah, pertemuan Jimin dan Jungkook pun terjadi karena ia pindah kemari bukan? Namun lain kali ini, Jimin tak ikut bersama orang tuanya.

"Peluk?".
Tanpa menjawab, tentu saja Jimin mau. Ia sangat membutuhkan Jungkook disaat seperti ini.

"Jangan lagi berpikir sendirian, apa gunanya aku kalau kau seperi itu?".
Jimin hanya mengangguk dan merasa bersalah.

"Maaf".

"Maaf juga, aku tidak tau kalau sikapku ikut membuatmu tertekan. Lain kali jangan diam, marah lah kalau aku salah"

Annoying Neighbour [AN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang