13

1.8K 242 27
                                    

Suatu saat nanti,
Jangan heran dengan perubahan hati.
🍻
(Hermione and Her Huge Regret)
.
.

"HARIMU pasti sedang berat, ya," ujar Draco penuh kelembutan.

Pelukan itupun tak kunjung lama, ketika pisau itu tertancap sempurna di punggung Draco Malfoy.

Telapak tangan Hermione gemetar masih memegangi pisau dengan simpahan darah segar dari punggung Draco yang kini mengerang. Gadis itu menangis sangat keras dan memanggil-manggil siapa saja yang ada.

"Malfoy! Malfoy! Maafkan aku! Jangan mati!" jerit Hermione. Tangisnya mendominasi suara yang kini serak, menghadapi kedua permata samudera pria Slytherin yang mulai sayu. Bibir tipis lelaki itu pun memutih persis menyerupai kulitnya.

Tak lama kemudian, datang dua orang murid yang sepertinya kembar.

"Granger! Kau membunuh Malfoy?!" teriak salah satunya.

Hermione menggerung, menangis kebingungan dan memohon agar tidak menghujani pertanyaan. Ia berharap mereka berdua dapat membawa Draco ke Tales segera.

"Parvati, kau lebih baik panggil Harry dan Ron. Cepat!" pinta si kembar yang sedikit lebih berisi.

Parvati langsung berderap memenuhi perintah saudarinya. Tak lama kemudian, dua golden diikuti Luna dan Neville pun datang.

"Hermione?" suara Harry serak melihat pemandangan di depannya.

Draco telah pingsan beberapa menit yang lalu. Dan, pisau itu dipegang oleh Hermione sendiri.

"Tolonglah, bawa Malfoy agar diobati! Setelah ini aku akan jelaskan. Tolonglah, tolong. Aku tidak ingin membunuh orang lagi," pinta Hermione bak mengemis belas kasihan.

"Lagi?! Jadi, kau pernah membunuh orang sebelumnya?!" jerit Parvati.

"Kita harus membawa Draco ke Madame Pomfrey sebelum dia kehilangan banyak darah," sela Luna sebelum terjadi perdebatan.

Hermione sangat setuju. Mereka segera bertindak menyelamatkan Draco.

🍻

"Kenapa preman kampus ini bisa ditikam? Apakah kalian berkelahi?"

Tak ada jawaban, kecuali mereka hanya melirik Hermione. Gadis yang dilirik cukup menunduk, menghitung berkali-kali jumlah kancing seragamnya.

Prof.Snape menaruh catatan detensinya di meja rumah sakit.

"Jika sampai aku mengetahui siapa yang mencelakai Mr.Malfoy, atas dasar dendam atau apapun, akan kuhukum. Maupun semua mahasiswa yang menyembunyikan kesalahan si pelaku, akan kuhukum," ultimatum Prof.Snape memandangi masing-masing mahasiswanya dengan tatapan jijik, lalu berderap pergi.

Draco masih tertidur. Beruntung, Malaikat Pencabut Nyawa belum diberi tugas menemui Draco satu jam yang lalu. Sebab, Madame Pomfrey sendiri berkata bahwa luka pangeran Malfoy itu lumayan parah. Satu menit saja ia terlambat ke Tales, nyawanya akan hilang.

"Pisau yang ditancapkannya beracun," tegas Madame Pomfrey.

Selang beberapa waktu, Madame Pomfrey membelit pinggang Draco dengan perban yang cukup tebal, kemudian meminta mereka menjaga pria itu karena beliau harus mengobati yang lain.

Amortentia ☑️ | Dramione SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang