22.Dia Lagi

13.9K 902 58
                                    


Di dalam ruang kerja Kia, baik Devan maupun Kia sendiri tidak ada yang membuka suara. Keduanya sama-sama diam membisu.

Sampai akhirnya Devan meraih tangan Kia dan menggenggamnya.
"Kenapa waktu itu kamu pergi begitu saja??" tanya Devan.

"A-a.. Aku.." ucap Kia gugup.
Kia menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan.

"Untuk apa kamu mencariku??" Kia bertanya balik.

"Tentu saja untuk menemuimu" jawab Devan.

"Untuk apa kamu ingin menemuiku??"

"Mempertanggung jawabkan perbuatanku"

"Tidak perlu, aku tidak apa-apa. Sebaiknya sekarang kamu pergi" Kia mengusir Devan.

"Tidak apa-apa seperti apa yang kamu maksud?? Kamu sedang mengandung anakku, dan lihat keadaanmu sekarang. Kamu terlihat sangat jauh berbeda dari yang ku temui waktu itu" ucap Devan.

Kia tidak membalas ucapan Devan. Jika diperhatikan, Kia memang jauh berubah sejak dua bulan belakangan. Tubuhnya lebih kurus meskipun saat ini ia sedang mengandung, wajahnya tirus, kantung matanya terlihat jelas akibat sering tidak tidur.

Setiap hari Kia menyibukkan dirinya dengan pekerjaan untuk mengalihkan pikirannya dari masalah hidup yang sedang ia hadapi.

Devan semakin kuat menggenggam tangan Kia, sampai Kia meringis merasakan sakit.

"Kamu tidak bisa menolak, sekeras apapun kamu menolak aku akan tetap bertanggung jawab" sambung Devan.

"Tidak perlu, aku bisa menjaga anakku sendiri" tolak Kia.

"Bagaimana kamu mau menjagaganya?? Menjaga dirimu saja kamu tidak bisa. Sudah aku katakan sekeras apapun kamu menolak, aku tetap bertanggung jawab. Aku akan menikahimu secepatnya"

Kia mengernyit tidak suka.
"Secepatnya kapan?? Tunggu anak aku lahir dulu, iya?? Lebih baik kamu tidak usah bertanggung jawab" amarah Kia meluap.

"Orang lain akan menganggapku wanita yang tidak baik, bahkan sekarang orang-orang sudah mulai menghindar dariku, aku hamil tanpa seorang suami, aku sudah jelek dimata orang-orang. Jadi kamu tidak perlu bertanggung jawab lagi. Aku sudah bisa terima" suara Kia semakin melemah, tanpa terasa air matanya menetes.

Devan tidak sanggup melihat wajah sedih Kia. Direngkuhnya tubuh kurus itu dan membawanya kedalam pelukan yang penuh kehangatan.

"Aku minta maaf. Seharusnya aku tidak melakukan hal itu padamu. Seandainya aku menemukan kebaradaan mu lebih cepat, semua ini tidak akan terjadi" sesal Devan.

"Kalau begitu ayo kita menikah hari ini juga" ajak Devan.

Kia yang mendengarnya kaget tidak percaya. Bagaimana mungkin menikah dalam hari ini juga, menikahkan butuh persiapan.

"Aku tau apa yang sedang kamu pikirkan, kita menikah untuk mensahkan hubungan kita saja dulu. Untuk selebihnya mari kita menikah setelah anak kita lahir" ujar Devan.

Kia menatap mata Devan, disana Kia melihat keseriusan dari dalam diri Devan.
"Apa aku terima saja tawarannya?? Lagipula, ia memang ayah dari anakku, aku tidak mau kalau anakku lahir tanpa seorang ayah. Dan aku juga sudah berjanji pada diriku untuk menerima siapapun ayah dari anakku" batin Kia.

Setelah berperang melawan batinnya, akhirnya Kia menganggukkan kepala tanda setuju.

Arkhan dan Alana masuk kedalam ruang kerja Kia. Setelah membuka pintu, Alana melihat Kia dan Devan sedang berpelukan.

"Ups, maaf. Kami akan kembali lagi nanti" ucap Alana mengejutkan Kia dan Devan.

Kia segera melepaskan dan menjauh dari Devan.
"Ada apa Ana??" tanya Kia.

ALANA (Jodoh Pilihan Ayah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang