01.Perjodohan Alana

34.6K 1.5K 32
                                    


Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi. Namun gadis itu masih tertidur pulas di atas tempat tidurnya yang empuk. Tengkurap menjadi gaya favorit Alana saat tidur, seperti yang sedang ia lakukan saat ini.
Alana tidak menghiraukan suara-suara berisik dari luar yang dapat mengganggu tidur cantiknya.
Untung saja, Alana sedang tidak dalam masa bersekolah.

Adiba memasuki kamar putrinya yang kini sudah beranjak dewasa itu namun tetap bertingkah seperti anak-anak. Kamar tidur itu terlihat begitu kacau, sangat berantakan untuk seorang anak perempuan.
Adiba menghela nafas kasar melihat kebiasaan putrinya yang tidak pernah mau membersihkan ruang pribadinya itu.

"Ana, bangun nak" Adiba menepuk-nepuk punggung Alana.

Alana mengerang namun tidak membuka matanya. Ia malah semakin membenamkan wajahnya pada bantal.
Adiba menarik tangan Alana hingga Alana duduk kemudian berbaring lagi, hal itu terulang beberapa kali hingga Adiba habis kesabaran.

"Alana Valeria" bentak Adiba dan berhasil membuat mata Alana terbuka sempurna.

Alana tau, kalau Adiba sudah menyebut namanya dengan lengkap, itu berarti Adiba sedang dalam kemarahan level 8 yang harus Alana waspadai.

"Berdiri dan masuk kamar mandi, sekarang juga" perintah Adiba dan langsung dijalankan oleh Alana.

Selagi Alana berada dalam kamar mandi, Adiba merapikan kamar Alana yang sudah mirip kapal pecah itu, sangat berantakan.

"Punya anak perawan atu, ko begini ya Allah" keluh Adiba sambil terus membereskan kamar Alana.

Hanya butuh beberapa menit saja, Alana sudah selesai mandi.
"Kamu mandi atau apa dengan waktu secepat itu??" tanya Adiba.

"Ya mandilah bun" jawab Alana.

Alana hendak memakai baju, mamun Adiba menghentikannya saat Alana akan mngambil baju yang biasa ia kenakan.

"Tunggu" Alana menghentikan kegiatannya.

"Ada apa bun??" tanya Alana.

"Kamu pakai baju yang udah bunda pilihkan" Adiba meberikan sebuah dres pada Alana.
"Kamu pakai yang ini" kata Adiba.

Alana menatap dres itu dan Adiba bergantian.
"Bunda gak salah nyuruh Ana pakai baju beginian??" Adiba menggeleng.

"Tapi salah untuk Ana bun"
Adiba tidak berkata, ia hanya menatap Alana dengan tatapan yang sulit di artikan.

Hanya dengan tatapan seperti itu, Alana bisa menutup bibirnya rapat-rapat. Alana memang paling tidak bisa membantah kedua orang tuanya.

Alana mengambil dres tersebut dari tangan Adiba lalu memakainya. Adiba tersenyum penuh arti, lalu keluar dari kamar Alana.

Setelah mengenakan dres tersebut, Alana mematut dirinya di depan9 cermin.
"Bukan aku banget, ya ampun" ucapnya.

Adiba kembali dengan membawa sebuah kotak yang Alana tidak tau kotak apa itu.
"Sini, bunda mau merubah wajah kamu" sontak saja Alana mundur mendengar ucapan Adiba.

"Bunda tega bener, mau merubah wajah anak sendiri"

"Udah jangan drama. Buruan ayah udah nunggu di bawah" Adiba menarik paksa tangan Alana dan mendudukkan di depan cermin.

Adiba mulai mengeluarkan alat makeup nya. Alana hendak berdiri setelah melihat benda-benda yang sangat di antikannya itu, namun Adiba memaksanya kembali duduk.

"Bun, please. Jangan lakukan itu pada Ana" Alana memohon.

"Apa sih, kamu mau dipercantik aja udah seperti orang yang mau digantung"

ALANA (Jodoh Pilihan Ayah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang