Sabtu pagi telah datang dan aku adalah orang pertama yang membuka mata.
Semalam aku menyuruh Jongin untuk memelukku dan dia sempat menolak, tapi lihatlah sekarang, dia memelukku seolah tidak ada hari esok, seolah aku ini adalah istrinya- tunggu, itu bukan perumpamaan yang bagus. Biar kuulangi, saat ini Jongin memelukku seolah aku adalah.. guling pemanas. Ya, guling pemanas. Dia memelukku dengan sangat erat.
Ugh, leherku sampai terasa sakit.
Aku berusaha mendongak untuk melihat wajahnya meskipun sedikit kesulitan karena dia memelukku erat sekali (dan tubuhku juga terasa sakit saat bergerak). Aku bisa merasakan hembusan napas Jongin yang teratur menerpa wajahku. Wajah tenangnya yang masih tertidur tidak terlihat bergeming sama sekali.
Dan sialnya, kini aku mulai kepanasan. AC-nya memang masih hidup, tapi aku ingat kalau semalam aku sendirilah yang menaikkan suhunya (dan kalian tahu demi siapa aku melakukan itu).
Aku mencoba memeriksa suhu tubuh Jongin dengan cara lebih merapatkan tubuhku ke tubuhnya (tolong jangan berpikiran yang tidak-tidak) dan aku bersyukur karena ternyata suhunya sudah lebih baik dari hari kemarin. Masih sedikit hangat memang, tapi dilihat dari banyaknya bulir keringat di keningnya sudah cukup untuk menunjukkan kalau demamnya sudah reda.
Aku mencoba keluar dari pelukannya karena aku tidak bisa selamanya berada dalam posisi ini dan lagi aku harus menjadi tuan rumah yang baik. Tapi belum sempat aku bertindak lebih jauh, Jongin tersadar dari tidurnya.
"Hmm?" keningnya berkerut heran (atau mungkin karena bias cahaya yang masuk lewat jendela kamarku).
"bisa kau lepaskan aku sebentar? Nanti aku akan kembali" Aku berkata seraya berusaha keluar dari pelukannya, tapi si pemilik tangan ini tidak juga mau melepaskanku.
"Kau mau kemana?" dia malah bertanya membuatku menatapnya dengan kesal.
"lepaskan saja!" Jongin langsung melepaskanku sesaat setelah aku membentak seperti itu, hah! Rasakan!
Aku berguling dari tubuhnya dan mengambil napas sebentar sebelum menyeret tubuhku keluar dari ruangan ini.
"Istirahatlah saja dulu. Aku akan keluar sebentar" aku memberitahunya dan Jongin yang tadi sempat cemberut (karena bentakanku, huh dasar bocah) mengangguk.
"selamat pagi, Soo." Yuri Noona yang secara tekhnis adalah pengasuhku menyapa, tidak seperti Jongin yang selalu di panggil 'Tuan Muda' oleh para pembantunya, aku selalu menolak jika Yuri Noona memanggilku seperti itu. Kedengarannya tidak nyaman sekali jika dia melakukannya mengingat Yuri Noona sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri.
Aku menengadah melihat jam dinding yang menujukkan waktu pukul 10 tepat. Pagi apanya-_-
"Noona, hari ini ada makanan apa?" Aku bertanya tapi sepertinya aku harus melihat keadaan dulu sebelum melakukannya karena saat ini Yuri Noona sedang membawa keranjang pakaian yang lumayan besar.
Keluarga kami tidak memiliki banyak pembantu seperti di rumah Jongin, hanya ada Yuri Noona yang sudah menjagaku sejak aku masih kecil dan juga Bibi Jung yang hanya akan datang setiap pagi untuk bantu bersih-bersih juga mengurus kebun (lalu akan pulang kerumahnya saat hari sudah mulai siang seperti sekarang).
"Aku sudah membeli kimchi dari supermarket tadi pagi dan berniat untuk membuatkanmu nasi goreng kimchi. Tapi sepertinya aku harus mencuci ini dulu" Dia berbicara sambil memungut sebuah handuk yang tergeletak di sofa. "aku akan melakukannya dengan cepat kok, tunggu sebentar oke?"
"Tidak usah. Aku akan membuat makanan sendiri saja" Aku menjawab dengan cepat karena tidak ingin menambah pekerjaannya dan juga berpikir kalau lelaki yang sedang sakit di lantai atas itu tidak seharusnya memakan makanan berat seperti kimchi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SICK (REMAKE) KAISOO VER.
Teen FictionKyungsoo tidak pernah mengira kalau hidupnya akan menjadi tidak karuan hanya demi uang sebesar 450.000 won. Yang lebih buruk, dia harus mengalami manis pahitnya cinta dengan seorang 'Pria' bernama Kim Jongin. "Kyungsoo... jadilah pacarku" "AKU TID...