13

987 105 68
                                    


Sejak malam itu, Jongin seolah memulai semuanya dari nol lagi. Sama halnya denganku. Saat-saat seperti ini merupakan waktu yang sangat sulit bagi kami berdua. Dia masih harus fokus berlatih dengan band-nya sementara aku harus berkonsentrasi dalam menyiapkan acara besar ini.

Meskipun begitu, aku sebisa mungkin menyempatkan diri untuk menghiburnya, memberinya lelucon demi melihatnya tersenyum.

Jongin nampak sangat tertekan beberapa hari setelah kejadian itu, tapi seiring berjalannya waktu, dia akhirnya mulai membuka diri dan menerima candaan-candaan garingku dengan senyuman.

Sedikit demi sedikit, Jongin mulai terlihat baik-baik saja. Mungkin karena masih banyak hal yang harus ia lakukan dan dia tidak ingin membuat orang lain khawatir -ada saat dimana teman-temannya mulai menyadari sesuatu sampai-sampai mereka datang padaku untuk bertanya. Tapi bukan tempatku untuk mengatakannya, jadi aku hanya mengatakan kalau aku tidak tahu apa-apa.

Namun kadang, aku juga bisa merasakan kalau senyuman Jongin masih belum kembali seutuhnya. Senyumannya masih belum terlihat secerah dulu. Kepercayaan dirinya masih belum nampak di pancaran matanya.

Dan aku cukup berani untuk mengatakan bahwa aku rela melakukan apa saja untuk mengembalikan semua itu pada Jongin.

_________

Hari ini adalah satu hari sebelum acara Live Contest, dan aku masih punya segudang pekerjaan. Ada masalah dengan beberapa pengeras suara yang kami butuhkan untuk dipakai nanti, sehingga aku harus memanggil tukang servis untuk memeriksanya.

Karena tahun ini kami mengadakan acaranya di aula olah raga, kami harus memindahkan semua peralatannya kesana.

Yang aku maksudkan dengan 'kami' adalah aku dan beberapa anggota klub ku yang sudah terbebas dari jam pelajaran (karena kami tidak punya dana yang tersisa untuk menyewa orang-orang untuk melakukannya).

Aku tengah kesulitan mengangkat bass dan pengeras suara saat Junmyeon datang dan menawarkan diri untuk membantu. Aku mengijinkannya dengan senang hati.

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, kuberikan semua barang yang kubawa kepada Junmyeon sementara aku sendiri kembali ke dalam gedung untuk mengambil barang yang lain.

"Uwaa, ternyata masih banyak yang harus dibawa? Dan dimana orang-orang? Kenapa kau melakukan ini sendirian?" Junmyeon bertanya saat kami mulai berjalan dari gedung F menuju aula olah raga dengan sinar terik matahari yang menyorot tubuh kami. Aku menyeka keringat di dahiku menggunakan lengan sebelum mejawab.

"Hanya beberapa yang bisa membantu, kebanyakan masih terjebak didalam kelas, yah kau tahu lah"

"Oh.. Kebetulan Guru Han sedang memberi tugas untuk dikerjakan di perpustakaan siang ini. Aku bisa tetap disini dan membantumu kalau kau mau"

"Apa maksudmu 'kalau aku mau'? Tentu saja aku mau!" Pekikku kelewat antusias.

Junmyeon berakhir dengan benar-benar membantuku di siang hari ini. Kami berdua bolak balik diantara dua bangunan itu. Sampai kemudian entah pada perjalanan yang ke-berapa kali, ponselku berdering menginterupsi kegiatan kami.

"Halo, Big Boss!" Suara Chanyeol menyapa.

"Ada apa?" Aku menghimpit ponselku diantara pipi dan bahu. Terlalu sibuk membawa sekotak penuh tamborin, saxophone dan beberapa mikrofon nirkabel yang perlu disediakan oleh klub kepada band-band yang akan tampil.

"Drumnya harus di tunning sekarang, bawakan kunci pas-nya!"
Si berengsek ini, selalu saja menyuruhku seenak jidatnya!

Aku mengreyitkan alis dan mejawab dengan kesal, "Nanti setelah ini, kami sudah terlanjur keluar dari ruang klub."

LOVE SICK (REMAKE) KAISOO VER.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang