7

687 79 8
                                    

Kami meninggalkan Eurwangni pagi-pagi sekali sehingga kami masih memiliki banyak waktu untuk menyempatkan diri sarapan bersama. Beruntung, jalanan tidak terlalu padat jadi kami tiba di Seoul tanpa harus merasa khawatir.

Honda Civic dua pintu milik Jongin berhenti di depan gerbang sekolah tepat pukul 8 pagi. Kami tiba tepat saat Guru Choi sedang menghukum para murid yang tidak memasukkan seragam mereka kedalam celana, dan aku tentu saja sudah melakukannya, karena aku tidak ingin mendapat hukuman di pagi hari.

"apa tidak apa-apa jika kau datang terlambat nanti?" Aku bertanya pada Jongin yang masih mengenakan baju bebas. Kami berkendara langsung dari Eurwangni menuju Sekolah dan sama sekali tidak mampir ke rumah masing-masing terlebih dahulu. Jongin menyunggingkan sebuah senyum kecil saat mendengar pertanyaanku,

"tidak apa-apa, cepat sana, nanti kau yang terlambat."

"baiklah kalau begitu, hati-hati dijalan. Ada banyak polisi yang sedang patroli di pagi hari seperti ini. Kau bahkan tidak punya SIM 'kan? bodoh!"

"tenang saja, wajahku ini wajah dewasa, jadi semuanya pasti akan baik-baik saja."

Aku mendengus, "ternyata kau sadar ya kalau kau itu keliatan tua?" aku terkekeh saat aku mencondongkan tubuhku ke kursi belakang untuk meraih tas punggungku. Cukup sulit untuk meraihnya mengingat jarak dari kursi depan ke kursi belakang sangatlah jauh –oke, aku berbohong, itu bukan karena jarak kursinya yang jauh tapi karena tanganku saja yang terlalu pendek, apa kalian puas?

Menyadari kesusahanku ini, giliran Jongin sekarang yang terkekeh, kurang ajar!

"dasar anak kecil" ledeknya sebelum dia mencondongkan tubuhnya untuk meraih tasku dari kursi belakang dengan mudah, namun, apa yang ada dipikiranku saat ini bukanlah tas punggung lagi melainkan tubuh Jongin yang kini hanya berjarak satu inci dengan tubuhku. Tidak ada diantara kami yang berniat untuk menjauh dari satu sama lain saat kami saling mengunci pandangan kami, sampai ahirnya, Jongin dengan secara perlahan mendekatkan wajahnya padaku.

Bibir penuh berwarna merah miliknya menyentuh bibirku dengan sangat lembut sebelum kemudian dia memagutnya, menghisapnya dan menguncinya seolah ingin menyatukan bibir kami dan tidak ingin melepasnya, lidah kami saling berbelit satu sama lain. Aku mengangkat satu tanganku untuk meraih tengkuknya dan memperdalam ciuman kami yang rasanya tidak bisa pergi lebih dalam lagi ini. Sementara itu, tangan Jongin menangkup kedua pipiku membuatku tidak bisa melepaskan diri (tidak seperti aku ingin lepas darinya juga).

Kami berciuman cukup lama sampai ahirnya aku merasa tidak ada lagi udara yang tersisa didalam paru-paruku. Aku harus melakukan sesuatu sebelum kami benar-benar tidak bisa menghentikan ini.

"Jongin…" Aku berbisik saat bibir kami masih bersentuhan satu sama lain. Aku menunggunya berhenti sesaat dan menatap wajahku sebelum aku bergerak mundur. Aku memberinya sebuah senyuman. Sebuah senyuman penuh makna yang datang jauh dari lubuk hatiku.

"Sebaiknya aku pergi sekarang."

Aku tidak tahu suara macam apa yang datang dari hatiku setelah itu, sebuah suara yang mencoba untuk membujukku. Karena aku hanya tahu bahwa saat aku menutup pintu mobil berwarna hitam ini, kisah antara Jongin dan Kyungsoo juga harus ikut tertutup.

"Kyungsoo!" Aku berhenti saat mendengar suara Chanyeol memanggilku, dia dan Jongdae sampai dihadapanku dengan napas tersengal-sengal. Sepertinya mereka melarikan diri dari hukuman Guru Choi.

"apa kabar berengsek?"

"baik berengsek, kau?" Chanyeol menjawab seraya sibuk mengeluarkan baju dari celananya. Jongdae juga melakukan hal yang sama.

"aku juga" Aku mengikuti mereka dan mengeluarkan bajuku juga. Rasanya tidak nyaman saja jika aku beda sendiri.

"Jadi apa yang terjadi? Kenapa Jongin mengantarmu kesini? Mobilnya ia parkirkan dimana sekarang?"

LOVE SICK (REMAKE) KAISOO VER.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang