4

1K 136 8
                                    

BOOM!

Efek suara dari speaker milik Jongin bergema di telingaku. Aku merasa terhina karena terus menerus kalah dari game ini. Dilayar tertulis kalimat 'game over'. Berkali-kali aku membanting stick ini sebagai pelampiasan rasa frustasi.

Xbox bodoh. AI1-nya curang. Kabelnya pasti rusak. Aku terus menyalahkan apapun atas kekalahanku sambil tiduran di karpet, aku kehabisan ide tentang apa yang bisa aku lakukan selanjutnya.

Kemudian Hp ku berdering, aku menatap handphoneku yang tergeletak di sofa. Sebagian dari diriku merasa malas untuk menjawab panggilan dari siapapun itu, tapi disisi lain aku juga takut kalau suaranya mengganggu pemilik kamar ini. Nanti dia terbangun. Jadi cepat-cepat aku meloncat dan men-slide layarnya.

"Apa, brengsek?" Itu Chanyeol.

"Kenapa kau tidak berangkat sekolah hari ini?! Aku dihukum oleh Pak Han, sekarang aku harus memunguti sampah di kantor guru setiap sore." Suara Chanyeol meraung-raung diseberang sana, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain tertawa.

"Kok bisa?"

"Aku sedang ngobrol dengan Yixing, pakai gaya chatting-kertas2. Karena kalau di estafet, sampainya terlalu lama, jadi aku lempar saja kertasnya. Tapi pas sekali saat itu Pak Han menoleh dan melihatku." Tolol. Rasakan itu. Aku tertawa seperti maniak dalam hati (karena kalau keras-keras nanti Jongin bisa terbangun).

"Kau pikir aku bodoh, kan? Dasar sialan" Apa-apan dia? Kenapa mengomel padaku "Jadi sekarang kau ada dimana? Aku butuh bantuanmu untuk memunguti sampah-sampah ini" Jadi pada dasarnya, Chanyeol sama sekali bukan hawatir padaku atau sejenisnya, dia hanya memerlukan seseorang untuk membantunya. Wow, teman sejati yang luar biasa.

"Aku sedang ada perlu"

"Perlu apa? Atau kau masih bersama Wendy sejak kemarin?" Otak Chanyeol memang selalu berpikir hal-hal yang jorok. Kalau dia disini, sudah kupukul kepalanya menggunakan sepatu All star-ku.

"Cabul" Kata itu adalah yang paling sopan digunakan untuknya. Tapi belum sempat aku mendengar Chanyeol menjawab, aku mendengar suara Jongin merintih.

"Dingin... dingin... "

"Kyung! Kau sedang bersama siapa?" Gila, pendengarannya setajam anjing. Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan semua ini, "Yeol, aku harus pergi"

"Hng, dingin... " Suara Jongin terdengar semakin lirih.

"YAK DO KYUNGSOO! Kau sedang bersama siap-"

"Sampai jumpa Yeol. Dah!" Aku memotongnya dan segera menutup telepon lalu segera bergegas meraih remote AC dan menaikkan suhunya menjadi 30 derajat celsius supaya udaranya jadi sedikit lebih hangat. Setelah itu aku menghampiri Jongin yang sedang bergelung di kasur dan memeriksa keadaannya.

Nampaknya dia benar-benar kedinginan. Genggaman tangannya pada selimut terlihat sangat erat sekali. Bibir dan seluruh tubuhnya juga terlihat gemetaran.

Walaupun aku gagal dalam pelajaran kesehatan, tapi aku cukup tahu kalau ini merupakan tanda-tanda orang demam. Aku mulai panik karena aku tidak pernah merawat orang sakit sebelumnya. Hal pertama yang coba kulakukan adalah menempelkan tanganku di dahinya dan, astaga! Panas sekali!

Aku jadi semakin panik. Aku berjalan kesana kemari cukup lama sebelum ahirnya mendapat ide untuk meminta tolong seseorang guna memeriksanya. Saat aku akan berjalan ke arah pintu, Jongin tiba-tiba saja menarik tubuhku sehingga aku terjatuh di pelukannya.

Apa? PELUKANNYA?!

"H-hei!" Aku terkejut lalu berusaha memberontak saat lengan yang terasa hangat ini mengelingkar di tubuhku. Si brengsek Jongin ini menarik dan mengunciku didalam dekapannya. Dia memelukku dengan erat sekali. Aku mencoba untuk lepas dari pelukannya, tapi si brengsek ini tidak mau melepaskanku. Bukankah dia sedang sakit? Tapi kenapa tenaganya kuat sekali?

LOVE SICK (REMAKE) KAISOO VER.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang