"Aku pulang"
"Jangan berisik! Nanti dimarahin sama tetangga lagi karena suara besarmu"
Laki-laki yang lebih tua menggaruk tenguknya yang tidak gatal mendengar omelan dari sang adik. Dia mendekati adiknya itu dan duduk di sampingnya.
"Coba lihat Minhyung. Aku membawa makanan kesukaanmu"
Minhyung menoleh dan melihat kakaknya membawa ayam dan pizza kesukaannga. Kening Mark mengkerut karena seingatnya kakaknya itu belum gajian lagi.
"Dapat uang dari mana. Bukankah kau belum gajian? Kau tidak mencurikan untuk membelinya"
PLAK
Minhyung meringis dengan geplakan kuat dari kakaknya pada kepalanya. Dia mengelus dengan lembut rasa sakit yang mendera di kepalanya. Matanya melotot pada kakaknya yang tersenyum manis seperti tidak melakukan kesalahan apapun.
"Jangan melotot seperti itu. Aku mau mandi dulu. Kau bisa makan duluan tapi sisakan untukku"
"Aku akan menghabiskannya sendiri"
Kakaknya berbalik dan mendelik kesal ke arah Minhyung. Dia memberikan kepalan tangannya memperingati adik nakalnya itu.
"Aku akan menghabisimu nanti"
Sang kakak kemudian pergi ke buat membersihkan diri. Minhyung melirik kantongan yang berisi makanan kesukaannya itu. Dia masih merasa janggal kakaknya tiba-tiba membawakan makanan yang biasanya hanya hari gajian saja dia dapat membelinya.
"Dia juga tidak mungkin mencuri"
Namun Minhyung juga percaya pada kakaknya itu. Kakaknya orang yang baik dan tidak mungkin melakukan tindakan kejahatan hanya untuk kepuasaannya sendiri. Minhyung sangat mengenal kakaknya itu.
Selama beberapa menit Minhyung menunggu kakaknya selesai membersihkan diri. Makanannya sudah dia sajikan dan dia ingin makan bersama dengan kakaknya.
"Kau tidak makan?"
Kakaknya akhirnya selesai membersihkan diri. Sebuah handuk tersampir pada lehernya dan rambutnya itu masih basah.
"Keringkan rambutmu itu. Airnya mengenai ayamnya"
Minhyung menarik ayamnya yang tidak begitu jauh dari kakaknya yang dengan bodohnya menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan hingga air yang masih berada di rambutnya itu mengenai ayamnya.
"Berikan handukmu"
Minhyung mengambil handuk dari leher kakaknya dan mengeringkan rambut kakaknya itu. Terkadang Minhyung merasa dia lebih cocok jadi kakak. Dia lebih dewasa dibandingkan kakaknya itu.
"Minhyung sangat manis"
"Jangan mencubit pipiku"
Bukannya mendengarkan, kakaknya itu malah semakin semangat mencubit pipi Minhyung. Mungkin kakaknya gemas dengan tingkah adiknya yang begitu menggemaskan.
Minhyung selesai mengeringkan rambut kakaknya dan mereka berdua menikmati makan malamnya dengan tenang. Tidak ada yang berbicara dan sibuk pada makanan masing-masing.
"Kakek memintaku untuk melanjutkan sekolah di Kanada"
Minhyung memulai percakapannya. Dia menunduk tidak berani melihat kakaknya yang bereaksi seperti apa. Minhyung takut kakaknya akan marah dengannya.
"Benarkah itu. Aku senang mendengarnya. Apa kau menerimanya?"
Bukan kemarahan yang Minhyung dapat. Dia malahan mendengar suara kakaknya itu sangat bersemangat. Minhyung mengangkat kepalanya dan melihat kakaknya yang tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot ✔
FanfictionSeorang polisi yang memiliki hubungan khusus dengan seorang penjahat