Part 9

5.3K 738 117
                                    

"Aku mau tau keadaan Jaemin?

Jeno menatap lekat pada Renjun yang duduk di depannya. Sahabatnya itu rela datang ke apartemennya hanya karena ingin tahu keadaan anggota kelompoknya saja. Tidak ada maksud lain lagi.

"Dia baik, kau datang ke sini hanya untuk itu?"

Renjun menggigit bibir bawahnya. Renjun ingin bertanya banyak hal tapi rasanya lidahnya kelu untuk bergerak.

"Renjun"

"Kenapa kau melakukan semua ini Jeno? Kau rela menangkap Jaemin yang sudah berkorban banyak untukmu"

Renjun tahu jika Jeno sangat ambisius dengan pekerjaannya. Hanya saja Jeno sudah berlebihan. Tidak ada lagi Jeno yang dulu dia kenal.

"Aku tidak memaksanya untuk berkorban. Dia sendiri yang mau melakukannya. Dia yang telah bertindak bodoh"

"Jaemin melakukan semua itu karena dia mencintaimu Jeno. Dia rela melakukan apa saja demi dirimu. Tapi kau malah menyakitinya, apa tidak ada sedikit saja perasaan untuk Jaemin? Kau hanya menganggap Jaemin sebagai alatmu"

Jeno tidak menjawab apapun. Matanya memancarkan ketidaksukaan dengan apa yang Renjun sampaikan.

"Aku tidak peduli mau dia mencintaiku atau tidak. Aku tidak memiliki perasaan yang sama sepertinya. Dia sendiri yang masuk perangkap"

Renjun sangat sedih dengan perubahan tingkah laku Jeno. Kenapa anak itu sampai berubah gila seperti sekarang ini? Dulu Jeno tidak seperti sekarang. Jeno penuh dengan perasaan. Menghargai semua orang yang baik padanya.

"Kenapa kau berubah seperti ini Jeno? Aku sampai tidak mengenalimu lagi. Aku ingin Jenoku yang dulu kembali"

Renjun dengan berani menyentuh pundak Jeno. Kemudian Renjun semakin mendekatkan dirinya dan mengistirahatkan kepalanya di dada Jeno yang sudah lama tidak dia rasakan. Mereka berdua sama-sama sibuk dan ego keduanya itu sama-sama tinggi.

"Renjunie"

Tangan Jeno terangkat untuk mengelus surai Renjun. Jeno merasa hatinya menghangat bisa merasakan kembali tubuh mungil sahabatnya dalam dekapannya.

"Aku ingin Jenoku yang dulu"

Tanpa sadar Renjun meneteskan air matanya. Tubuhnya bergetar seiring dengan isak tangisnya yang semakin keras. Jeno semakin mendekap tubuh mungil Renjun dan memberikan beberapa kali kecupan ke puncak kepala lelaki manis itu.

"Bisakah kau kembali seperti dulu?"

Jeno merasa lidahnya kelu untuk menjawab permintaan Renjun. Jeno tidak bisa berjanji karena dia sangat mencintai pekerjaannya. Mungkin Jeno akan berubah jika Renjun juga melakukan sesuatu untuknya.

"Jika aku mau melakukannya apa kau juga mau melakukan sesuatu untukku?"

Renjun yakin keinginan Jeno pasti tidak akan jauh dari yang namanya Boss. Itu sudah sangat pasti jika melihat ambisi anak itu.

"Aku tidak akan memintamu seperti Jaemin. Aku hanya ingin kau keluar dari sana dan tinggallah bersamaku"

Keinginan yang sederhana tapi sangat susah untuk dicapai. Apa Renjun bisa keluar dari Boss?

🍁🍁🍁

Haechan hanya bisa cemberut melihat layar ponselnya yang menampakkan potret kebersamaan Mark dengan Chenle dan Jisung di Kanada. Haechan mau juga ikut ke sana. Dia ingin menghabiskan waktu bersama Mark.

"Menyebalkan. Pasti sengaja pamer denganku. Awas saja kalau pulang nanti"

Haechan meletakkan ponselnya dengan perasaan kesal. Jika dia melihat ponselnya terus maka rasa iri dan kesalnya semakin besar. Lebih baik Haechan kembali berkutat dengan tugas-tugasnya yang masih banyak.

Love Shot ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang