Part 2

12.5K 1.1K 104
                                        

"Jadi kenapa kau berada di apartemenku Lee Jeno"

Jeno seorang polisi sama seperti Haechan menatap lekat kepada laki-laki di depannya ini.

"Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak mengikuti para penjahat gila itu?"

Laki-laki di depan Jeno itu seperti tidak peduli dengan ucapan Jeno. Dia malah asik menggambar sesuatu pada kertas putih. Jeno berdecak kesal melihat laki-laki tersebut yang mengacuhkannya.

"Aku bicara denganmu Huang Renjun"

Renjun mendelik kesal dengan polisi sepantaran Haechan itu. Dia membereskan peralatan menggambarnya karena dia jadi tidak ada mood buat menggambar lagi. Semua itu berkat kedatangan Jeno yang tiba-tiba saja ke apartemennya.

"Aku selalu melarangmu untuk mengikuti penjahat itu tapi kau tidak mendengarkanku. Kenapa kau itu keras kepala sekali Huang Renjun? Gimana kalau nanti kau berhasil ditangkap polisi? Kau itu tidak khawatir dengan orang tuamu?"

Renjun bosan mendengar ceramahan Jeno yang selalu sama saja setiap dia berkunjung ke apartemennya. Kenapa mulut sialan itu tidak diam saja tanpa mempedulikan apa yang Renjun lakukan.

"Kau itu tidak ada hal lain kah yang ingin disampaikan selain kata-kata membosankanmu itu. Aku sudah muak mendengarnya setiap kau berkunjung kemari. Lebih baik kau pergi saja dari pada mengganggu waktu berhargaku"

Jeno mengepalkan tangannya mendengar pengusiran secara langsung oleh Renjun. Bagaimana bisa Renjun yang Jeno kenal selama ini berubah hanya beberapa bulan saja setelah dia bergabung dengan kelompok penjahat brengsek yang menjadi buronan polisi?

"Aku mengatakan ini semua demi kebaikanmu sialan. Orang tuamu selalu menanyakan kondisimu padaku. Mereka khawatir padamu"

Renjun ingin tertawa mendengar kata orang tuanya yang menghkwatirkan dirinya. Renjun tidak akan percaya dengan hal tersebut. Kedua orang yang telah memperlakukannya seperti boneka mainan itu tidak ada memiliki rasa khawatir sama sekali.

"Berhenti berbohong Jeno. Mereka tidak ada rasa khawatir sama sekali padaku. Mereka hanya ingin memperalatku saja"

Jeno bodoh memang. Renjun sudah tidak percaya lagi dengan kedua orang tua yang disebut dengan ayah dan ibu itu. Bagi Renjun dia sudah tidak memiliki orang tua lagi.

"Jika begitu bagaimana denganku? Kau tidak percaya juga dengan perasaan khawatirku selama ini?"

Jeno menggenggam kedua tangan Renjun dan menatapnya dengan pandangan penuh keyakinan akan rasa khawatirnya selama ini.

"Aku percaya akan hal itu tapi maaf saja aku tidak bisa berhenti Jeno"

Renjun sudah jatuh terlalu jauh dalam dunia kejahatan. Tidak ada lagi kata berhenti untuk melakulannya terlebih lagi sampai keluar dari kelompok Boss yang selama ini telah membuat Renjun merasa dihargai dalam usahanya.

Tidak seperti keluarganya sendiri yang tidak memiliki rasa penghargaan itu. Mereka tidak pernah menghargai Renjun atau pun mengerti dengan apa yang Renjun inginkan selama ini. Yang mereka lakukan hanya memperalat Renjun seperti boneka.

Renjun sejak kecil sudah menyukai seni dan dalam dirinya memang mengalir jiwa seni tersebut. Tapi kelauarganya tidak pernah sedikit pun menyukainya. Kedua orang tua Renjun akan menyita barang-barang milik Renjun yang berbau hal seni. Sengaja memasukkan Renjun ke perguruan tinggi tentang hukum agar bisa seperti ayahnya yang seorang pengacara terkenal di China maupun Korea.

Tapi nyatanya semua itu tidak membuat Renjun melupakan seni yang disukainya. Malahan membuat Renjun semakin suka dan tertantang untuk bisa melawan orang tuanya.

Love Shot ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang