Part 15A (END)

7.6K 720 99
                                    

Haechan membuka matanya dengan perlahan. Samar-samar penglihatannya mulai jelas. Haechan melihat keseluruhan ruangan yang berwarna putih. Haechan mencoba menggerakkan tangannya, tapi ternyata itu susah. Kemudian Haechan sadar hidungnya terdapat selang udara. Melihat kondisinya yang sekarang Haechan tau jika dia berada di rumahnya sakit.

"M-ma..."

Renjun yang tertidur selama menjaga Haechan terbangun merasakan jari-jari Haechan. Renjun mengusap matanya dan membenarkan posisi duduknya. Renjun menatap Haechan antusias mengetahui Haechan mulai sadar.

"Syukurlah, kau sudah sadar Haechan. Aku akan memanggil dokter untukmu."

Renjun keluar dari ruangan dengan semangat. Dia bahkan tidak sadar dengan Haechan yang mencoba mengatakan sesuatu padanya.

"Kenapa kau di luar Renjun?"

Renjun menghentikan langkahnya melihat Jeno. Wajahnya penuh kebahagiaan yang mana membuat Jeno mengernyit heran.

"J-jeno itu—" Terlalu bahagianya membuat Renjun susah bicara. "Hae-haechan, Jeno."

"Ada apa dengan Haechan? Dia sudah sadar?"

Renjun mengangguk dengan semangat, "iya Jeno. Haechan akhirnya sadar. Aku akan memanggil dokter, kau masuklah jaga Haechan!"

Jeno tanpa menunggu perintah lagi langsung memasuki ruangan Haechan di rawat. Memang benar Haechan sudah sadar di dalam. Teman sesama polisinya sudah membuka matanya.

"J-jeno!"

Jeno mendekat dan meletakkan makanan yang dia beli sebelumnya buat dia sendiri dan Renjun.

"Akhirnya kau sadar Chan. Kami semua mengkhawatirkanmu. Syukurlah kau masih selamat."

Jeno mengamati kondisi Haechan yang masih sangat lemah. Tangannya masih bergerak dengan pelan.

"Dokter akan memeriksa keadaanmu Chan."

Renjun datang tidak lama kemudian dengan membawa dokter. Jeno menyingkir untuk memberikan sang dokter ruang untuk memeriksa Haechan.

"Aku akan memberitahu yang lain," bisik Jeno dengan pelan.

Renjun mengangguk setuju dan Jeno keluar dari kamar rawat. Renjun mendekati Haechan dan menggenggam tangan polisi itu dengan pelan.

"Bagaimana dengan kondisinya dokter?"

"Keadaan Haechan sudah lumayan membaik. Luka-lukanya sudah mulai memulih. Tapi kakinya masih tidak bisa digerakkan. Perlu waktu lama bagi Haechan untuk bisa menggerakkan kakinya lagi karena tulangnya patah."

Haechan memejamkan matanya mengetahui kondisi dirinya. Dia sudah membayangkan kondisi terburuk yang dialaminya. Mungkin saja nanti dia tidak bisa berjalan lagi.

"Nanti perawat akan mengganti selang udara dan infusnya. Haechan-ssi harus banyak beristirahat dulu. Jangan bertanya banyak hal pada Haechan-ssi!"

"Baik dokter."

Dokter keluar setelah selesai memeriksa kondisi Haechan. Renjun masih menggenggam tangan Haechan sejak tadi.

"Aku senang kau bisa selamat Chan."

Haechan tidak mendengarkan Renjun. Pikirannya sedang melayang ke lain hal. Haechan sedang memikirkan seseorang yang berada di sampingnya saat berada di dalam mobil.

"M-mark!" kata Haechan dengan begitu pelan. Jika saja Renjun berada dalam jarak yang jauh maka dia tidak akan bisa mendengarnya.

"M-mark!" kata Haechan kembali seolah-olah sedang memanggil kekasihnya.

Love Shot ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang