" Hyuga Hinata.. aku menyukaimu.. jadilah pacarku "
Siang itu saat jam istirahat, seorang pria datang menghampiriku. Berdiri tepat didepanku dengan penuh percaya diri menyatakan cinta padaku.
Bruk
Kelas yang saat itu memang tengah ramai menjadi semakin ramai karna ulah pria ini. Terutama para gadis yang seketika membeku menatapku.
" Ah.. mm.. kurasa kau salah orang " ucapku mengalihkan.
" Iie "
" Mm.. kau tau.. disekolah ini ada beberapa orang bernama Hyuga Hinata "
" Tapi hanya kau yang memiliki surai lavender " senyumnya.
Astaga.
Aku tak bisa membantah lagi karna kenyataannya memang seperti itu.
" Hina..chan.. "
Aku melihat ke arah suara, begitu juga yang lain.
" Kalau kau sibuk aku bisa- "
" Aku sudah selesai " jawabku.
" O-oke "
" Permisi " ucapku berjalan melewati pria itu.
" Kau belum menjawab pernyataanku " ucap pria itu.
" Gomen " ucapku menunduk sesaat lalu pergi.
Aku berjalan keluar kelas bersama Ino menuju ruang OSIS.
" Apa yang terjadi Hina-chan? "
" Nande mo "
Ssrrtt
" Nah karna Hyuga-san sudah datang kita mulai rapat kita " ucap ketua Osis
Namaku Hyuga Hinata, 16 tahun, kelas 2 sekolah menengah. Aku tidak ikut kegiatan klub manapun karna tugasku sebagai wakil ketua osis sudah cukup menyita semua waktuku. Ditambah ketua osis kami-Nara Shikamaru-adalah ketua klub memanah dan harus beberapa kali absen karna kegiatan klubnya. Otomatis segala kegiatan di sekolah yang berhubungan dengan organisasi ku ambil alih selagi dia tidak ada.
" Baiklah rapat selesai, selanjutnya jika ada sesuatu katakan pada Hyuga-san karna aku ada kegiatan klub "
" Haaa..i.. "
Semua bersiap pergi meninggalkan ruangan.Tepat saat aku membuka pintu itu, beberapa gadis menghadangku.
" Kami ingin bicara " ucap mereka.
" Hina- "
Tanganku menahan Ino untuk diam dan membiarkan para gadis ini bicara.
" Apa hubunganmu dengan Sasuke-kun? "
" Kenapa dia menyatakan cinta padamu "
Aku hanya diam mendengarkan. Kau tau, sebenarnya ada lebih banyak lagi pertanyaan terlontar dari 5 oranggadis didepanku ini. Tapi ku coba untuk tetap diam dan berpura-pura mendengarkan ocehan mereka.
" Sebenarnya, aku bahkan tidak mengenal orang itu " ucapku.
" Uso " tepis mereka.
Mereka kembali memberondongku dengan pertanyaan mereka.
" Dengar, aku bahkan tidak tertarik memiliki 'hubungan' seperti yang kalian pikirkan "
Kini mereka yang diam, sedikit percaya meski masih ragu padaku.
" Hm? ada lagi? "
" Ba-baiklah.. kali ini kami percaya padamu "
" Aku hargai itu " senyumku.
Satu-persatu dari mereka pun pergi meninggalkanku.
" Oh astaga " ucapku menepuk dahi.
" Hina-chan.. Hina-chan.. " histeris Ino.
Apalagi sekarang.
" Uchiha Sasuke.. Uchiha Sasuke menyatakan cinta padamu.. benar? "
" Nah begitulah "
" Lalu.. lalu.. "
" Aku menolaknya "
" Kau.. "
" Cukup Ino, masih banyak tugas yang harus dikerjakan "
" Tapi Hina-chan aku- "
" Lakukan tugasmu sebagai sekertaris bukan tukang gosip "
Diruang Osis, berdua dengan Ino. Dia terus menekuk wajahnya, kesal.
" Berhenti membuat wajah seperti itu Ino "
" Datte.. "
" Arrgg.. " kesalku kini.
" Kau jahat Hina-chan.. kau menolak Sasuke-kun "
" Ha? "
" Kau tidak tau kan, banyak gadis diluar sana yang bahkan rela melakukan apapun hanya untuk mendapatkan perhatiannya "
" Salahku? "
" Harusnya kau menerimanya Hina-chan "
Ku letakkan pulpen ditanganku, menatap Ino tak percaya.
" Ino sepertinya kau perlu istirahat "
" Kau yang perlu istirahat Hina-chan "
" Oke "
Ku tutup buku itu dan beranjak dari tempatku. Hari ini semua orang benar-benar menyebalkan.
Hari sudah semakin gelap, aku kembali ke kelas dan mendapati pria itu sedang duduk di atas mejaku.
" Permisi " ucapku mengambil tasku.
" Aku menunggu jawabanmu "
" Aku sudah menjawabnya "
" Itu bukan jawaban "
Oh ya ampun.. apalagi sekarang.
Aku berdiri tegap didepan pria itu, merapikan suraiku dan bersiap bicara padanya.
" Dengar, aku tidak ada niat untuk memiliki hubungan romantis dengan siapapun- "
" Kau bahkan belum mencobanya " selanya.
" Tidak perlu.. aku tidak perlu mencoba apapun, terutama padamu "
Kami diam saling pandang penuh kebencian terutama aku.
" Haa..."
Ku hembuskan nafas panjang sebelum memulainya lagi.
" Aku menolak menjadi ke-.. ehem.. ke- "
" Kau bahkan tidak bisa mengatakannya dengan jelas "
" Bukan urusanmu "
Kami kembali diam.
" Aku menolak menjadi kekasihmu.. oke.. kuharap ini terakhir kalinya aku melihatmu "
Akupun berpaling dan beranjak pergi.
" Kau pasti akan jatuh cinta padaku " serunya.
" Coba saja " ucapku sebelum menutup pintu kelas dan pulang.
Hari ini benar-benar melelahkan.
~Skip~