Tumbang

1.2K 133 3
                                    

Pagi ini di sekolah.

" Ohayo.. senpai.. "

Arrgg.. sambutan yang tak pernah ku harapkan. Ku acuhkan dia dan berjalan menuju kelasku.

" Sasuke-san..sasuke-san..matte Sasuke-san.. "

Aku berhenti sesaat, berbalik dan melihat Lee-kun dibelakang dia.

" Lee-kun? "

" Gomennasai Hyuga-san aku sedang mengejar Sasuke-san "

" Hm? "

" Senpai boleh aku mencibut pipimu " sahutnya tiba-tiba.

Lavenderku membulat seraya memberi isyarat awas saja kalau berani.

" Ji-jitsua.. ada beberapa proposal yang harus Sasuke-san cek dan beri persetujuan " keluh Lee-kun.

Aku kembali melotot menatapnya tajam.

" Ha-i.. ha-i.. "

Dia mengambil beberapa tumpukan kertas yang dibawa Lee-kun, membalik halaman dengan cepat lalu memberi cap.

" Dia bahkan tidak membacanya " gumamku memalingkan wajah.

" Aku tidak perlu membacanya dua kali kan " bisiknya.

Deg

Aku langsung sedikit menjaga jarak dengannya.

" A-arigatou Sasuke-san " senyum Lee-kun bersiap pergi.

Kejadian serupa tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, tapi berkali-kali. Semua anggota Osis selalu kesulitan meminta persetujuan ataupun menemuinya.

Sebaliknya, disaat semua orang kesulitan mencarinya, aku bahkan tak butuh waktu lama untuk bertemu dengannya.

Karna kau tau, dia melekat padaku. Mengikutiku kemanapun aku pergi.

Bukannya aku senang melihatnya mengekor padaku, tapi aku lelah mengusirnya setiap waktu. Dan memilih mengacuhkan keberadaannya disekitarku.

" Dia selalu menghilang Hyuga-san " keluh mereka.

Aku menunjuk jendela disampingku tempat dia duduk sembari minum susu instan.

" Sasuke-san.. apa yang kau lakukan disini? "

Dia sudah duduk disini mengawasiku yang sibuk merapikan mading. Tapi aku hanya diam dan mengacuhkan mereka.

" Sasuke-san ada beberapa- "

" Mendokusai " potongnya.

Aku langsung menyipitkan mataku menatapnya dengan tajam.

" Ups.. sepertinya aku membuat senpai-ku marah "

Dia bangkit dari tempatnya dan mengambil kertas itu. Tapi seperti yang sudah-sudah, dia hanya membaliknya sekilas lalu seenaknya memberi cap.

" Hey.. baca dengan teliti " ucapku.

" Sudah " ucapnya santay.

" Kau hanya membaliknya sekilas "

" Memang begitu caraku membaca "

" Uso "

Aku mendekat padanya dan mengambil kertas ditangannya. Membacanya dengan seksama lalu melontarkan pertanyaan padanya.

" Proposal apa ini? "

" Tentang festival budaya bulan depan "

" Kelas berapa? "

" 2-A "

Dan banyak pertanyaan lain yang semuanya sukses dijawab dengan sempurna bahkan detail.

" Ada lagi? " ucapnya.

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang