part 3

178 5 0
                                    

Karan membawa Amora masuk kedalam kamarnya, Amora menatap kamar bernuansa gothic didepannya kamar yang dilingkupi dengan tiga warna, hitam abu-abu dan putih. Ini kali pertama Amora masuk kedalam kamar seorang pria. Jadi, Amora sedikit takjub dengan kamar yang bersih dan terawat didepannya terlebih itu adalah kamar seorang pria. Tapi, rasa takjub itu ia singkirkan terlebih dulu karna rasa Marah sekaligus kesal sedang membuncah dihatinya ia menatap pemilik kamar yang berdiri didepannya.

"kau keterlaluan, bagaimana bisa kau melakukan ini! Kau bilang aku hanya menjadi kekasih pura-puramu saja. Tapi, lihat kau malah memperkenalkan aku pada keluargamu dan mengatakan bahwa aku adalah calon istrimu. Huh, yang benar saja aku tidak mau, pertama kau mengancam akan mengusirku dari hotel. Aku menuruti apa yang kau katakan menjadi keksih pura-pura untukmu. Tapi lihat, kau malah mengenalkan aku sebagai calon istrimu bahkan kau menambahkan bahwa kau tidak akan menikah selain denganku! Ah.. aku sungguh sudah gila! Bagai dengan liburanku? Bahkan aku kabur dari mama," Oceh Amora saat tiba dikamar Karan.

Karan duduk disofa menyandarkan tubuhnya dipunggu sofa yang empuk seraya memijat plipisnya yang terasa berdenyut mendengar perkataan Amora yang tampa berhenti. Karan menatap Amora yang tengah berjalan seperti setrika didepannya seraya menggigiti kuku jarinya.

"Kau! Kau mendengarkan aku atau tidak? Aku sedang bertanya padamu." Ucap Amora kesal, ia sungguh kesal dengan pria yang tengah duduk santai didepannya. "Pokoknya aku tidak ingin menikah denganmu!" Amora menegaskan ucapannya, Karan yang mendengar perkataan Amora menaikkan satu alisnya. Bagaimana bisa gadis didepannya menolak dirinya yang jelas-jelas menjadi rebutan para gadis diluaran sana.

"Heh,, kau pikir aku mau menikah denganmu?" Karan berdiri dari duduknya ia menatap tajam gadis didepannya seraya melipat tangan didada.

"Tentu saja, jika tidak kenapa kau malah mengenalkan aku pada keluargamu, dan bahkan kau mengatakan aku sebagai calon istrimu." Kata-kata Amora membuat Karan bungkam ia bingung bagai mana menjawab gadis didepannya ini.

"Kenapa kau diam?" Amora memicingkan matanya pada Karan.

"Apa! Kau seharusnya merasa bahagia karna aku Karan Aagastya mengakuimu sebagai calon istriku. Bahkan gadis diluaran sana berlomba-lomba untuk bisa menjadi istriku. " balas Karan

Amora mendengus "Dengar ya Mr. Karan Aagastya saya tidak peduli kalau gadis diluaran sana berlomba lomba untuk mendapatkan anda karna anda dan saya tidak saling mengenal. TIDAK SALING MENGENAL" ulang Amora

Karan menarik napasnya kasar gadis didepannya kini menggunakan bahasa formal padanya.

"Setelah tiga hari saya akan kembali keIndonesia saya tidak mau terjebak dalam pernikahan bersama anda. Jika itu terjadi saya yakin kehidupan saya tidak jauh berberda dari flim2 india yang sering ibu saya tonton, disiksa dan dianiayaya oleh keluarganya sendiri." Amora bergidik saat membayangkan dirinya disiksa oleh keluarga suaminya sendiri.

Karan melongo mendengar perkataan Amora, Karan bahkan tak habis pikir bagaimana bisa gadis didepannya ini memiliki pemikiran yang begitu dramatis bahkan membayangkan dirinya yang dianiayaya oleh keluarga suaminya.

Karan bahkan mentap tak percaya saat Amora melanjutkan kata-katanya. "Terlebih saat aku melihat nenekmu, dia seperti ingin menerkamku ih... itu sungguh mengerikan." Karan menatap Amora yang kembali bergidik dengan tatapan tak percaya Bukan karna Amora mengatakan bagaimana neneknya yang menatap Amora seperti ingin menerkam. Tapi, terlebih Karna Amora yang kembali berubah dengan bahasa non formalnya, Gadis didepannya begitu aneh bisa berubah dalam hitungan menit. Karan tau bagai mana sifat neneknya, neneknya tidak akan menganiyaya tapi akan menguji bagaimana calon yang Karan pilih dan sekarang Karan yakin neneknya tengah memikirkan apa yang akan dia lakukan untuk gadis didepannya ini.

MERE PYAARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang