Ӝ for you

1.4K 85 0
                                    

Satu Minggu kemudian.

Satu minggu sudah berlalu begitu saja, tak disangka hari ini adalah hari dimana pernikahan itu terjadi. Selama seminggu ini Sasuke juga tak pernah datang berkunjung. Pria yang dulu datang dan sekarang menghilang. Eh tunggu! Bukannya aku yang mendatanginya? Atau dia?

Yang bener mana ni?

Haha.. Padahal aku mendekati hanya ingin membuat dirinya tenang dan bahagia. Dan usahaku berhasil dia bahagia, mendapatkan cintanya...

Dan aku...

Jomblo...

Huaaaaaaa.........!!!!

Aku sedih ....aku sedih terus menjadi jomblo di cari nyamuk...

Siapa yg mau sama aku ni...hiks...

Ok ok enggak boleh terus meratapi menjadi jomblo.

Jomblo itu bahagia..

Enggak ada ngganggu.

Enggak ada yang nungguin.

Ok ok yang merasa jomblo jangan tersinggung karena...

Kita sama...hiks

"Sakura! Cepetan turun." Nii-chan mulai lagi.

Kami-sama semoga nasib ku akan menjadi lebih baik.

"Jidaaatt!!!"

"Iya!" Itu bibir atau toa sih!

.

🌺🌸🌼

.

Dan akhirnya aku datang di acara pernikahan ini. Hufft~ kenapa aku tak semangat sama sekali.

Semangat donk Sakura!

Semangat!

Aku duduk diantara pengunjung di gereja, kepalaku menengok bergerak-gerak melihat mempelai pria dengan jas hitam berdiri tegap, aku bisa membaca ekspresinya saat ini tanpa perlu melihat wajahnya kakinya bergerak gelisah menunggu sang mempelai wanita yang tak kunjung-kunjung datang.

"Sabarlah Sasuke." Gumamku sedikit terkikik saat mendengar ketukan sepatunya yang bergema pada gereja. Pria yang akan menjadi seorang suami ini tidak sabaran sekali.

Mataku terpejam, tangan ku terkepal menempel dada. Aku berdoa semoga dia bahagia dengan pilihannya.

Amin.

Puk!

"Eh?" Mataku terbuka seraya tepukan yang diberikan pada pudakku. Kepala ku menoleh dan,"eeeeeh.....-" Suaraku melengking, andai saja pria di hadapan ku ini tidak mendekap bibirku mungkin kami akan menjadi pusat perhatian di dalam gereja ini.

Tanpa melepaskan tangannya dari bibirku Orang yang sudah sangat aku kenal menarik ku keluar dari tempat pernikahan. Aku memberontak dan akhirnya terlepas dari kungkungan pria ini.

"Sasuke!"

"Hn."

Ya, dia Sasuke dia Uchiha Sasuke!

"K-kalau kau di sini, la-lalu siapa yg di pelaminan?"

"Ha?" Tangannya kembali masuk pada saku celana. Wajahnya mengkerut kayak lipetan baju. "Maksudmu apa, Sakura?"

"Bu-bukannya kau yang menikah?" Sepintas wajahnya semakin mengurut kayak keripik yang enggak ngembang waktu di goreng tapi tidak mengurangi ketampanannya sama sekali.

"Kau tidak apa-apa Sakura?" Dia kembali bertanya.

Eh, tunggu. Yang salah pengertian ini siapa?

Aku atau

Aku-eh dia?

Dia menarik nafas panjang lalu seketika wajahnya kembali serius.

"Sakura."

"Y-ya." Ya ampun kenapa aku gugup.

"Aku ingin mengatakan sesuatu."

"Katakan." Jantungku berdetak kencang. Ok, aku benar-benar gugup sekarang.

"Kau salah memakai sepatu..pffft!!"

"Ha????" Apa! Wajahku tertunduk dan benar, kaki kananku memakai sepatu merah dan yang kiri berwarna ungu. WTF!

Aku malu sekali!!
Lihat sekarang wajah si bungsu uchiha ia mati-matian menahan tawanya saat ini. Bahagianya dirimu ya, melihat teman mu malu.

"Ok ok..." Dia mulai menenangkan dirinya.

Aku tertunduk malu, wajah ku memerah sempurna. Aku hendak beranjak pergi dari tempat tatapi tangan pria bungsu ini menahan ku lagi.

"Jangan pergi."

Apa?!apa maksudnya? Dia ingin aku tidak pergi. Lalu ia ingin aku mati karena malu di sini.

"Sakura menikahlah dengan ku." Ucapannya semakin membuatku kaku di tempat.

"Jangan bercanda, Sasuke!" Gumamku masih tertunduk. Dengan perlahan aku memutar tubuh menghadap dirinya.

"Aku tidak bercanda. " Ia mengambil kantong plastik yang entah dari mana datangnya. "Aku melamar mu dan aku pastikan aku tidak akan menolak ini karena..." Ia tersenyum," Kau sangat membutuhkanya sekarang."

Ok aku kembali mengamati wajahnya sepertinya tuan ini bukan tersenyum lembut tatapi tersenyum mengejek ku. Liat yang ia bawa, ini bukan sebuah cincin permata yang indah dihiasi dengan beberapa berlian ataupun sebuah buket bunga yang mahal malainkan sebuah sepatu yang lebih tepatnya sandal jepit bewarna merah sederhana.

Aku tersenyum kesal mataku terpejam. "Terimakasih."

"Pffft!"

"Kalau mau ketawa ketawa aja." Ucapku mengambil sandal itu tatapi kembali ia tarik. Ih ini anak mau ngelamar aku atau mau ngajak berantem sih!

"Biar aku yang pakaikan."

Seperti cerita sebuah dongeng Cinderella yang kehilangan sepatunya dan akhirnya di temukan oleh pangeranya.

Pret! Enggak ada namanya begitu disini. Bagi kalian itu sangat romantis tapi aku tidak.

Ia berdiri dan langsung memelukku.

"Terimakasih."

"Aku belum menerima mu bego." Ucap ku masih pada posisi.

"Tapi kau telah menerimaku sekarangkan. "

Aku terkikik, tangan ku yang mengangkut akhirnya bergerak membalas pelukannya.

"Pede banget ya."

"Hn."

And
(Tamat)

Wah selesai akhirnya maaf semua aku terlalu laaaaaaammmmaaaaaaaaaa!!!!
Up.
Karena saya emang baru dapet ide untuk ngelanjutin tadi.
Dan sekarang ceritanya pendek lagi ..,😅🙏🙏🙏🙏🙏🙏

By: Risma Agustin

Deadly Diseases Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang