十七

101 16 3
                                    

Warning!!!
Typo bertebaran
Kalimat berbelit
Baper tingkat dewa.

Happy Reading guys!!!

Part Seventeen

Masa lalu Raina

"Anggep aja masa lalu kayak makam
Ingat kenangan baiknya, jangan jeleknya
Jangan dilupakan! Karena mereka adalah bagian dari diri
kita yang udah mati:)"

"Raina, turun!"

Raina berdecak. Selalu saja. Pasti saat ia sedang asik bermain PS, mamanya selalu memanggilnya. Dengan malas, ia turun ke lantai bawah. Rasa malasnya hilang seketika saat melihat seseorang yang sangat ia rindu.

"PAPAAAAAAAAA!!!" Raina berteriak sambil berlari menuju papanya. Ia sempat terjatuh, namun ia kembali bangkit dengan cepat. Rasti hanya geleng-geleng melihat kelakuan putrinya itu.

Raina memeluk Ghani erat. Ghani pun membalas pelukan itu sambil membelai rambut Raina. Raina tak tahu dan tak mau tahu kenapa papanya bisa kembali seperti ini. Ia sudah lama merindukan kasih sayang papanya. Sejak lima tahun terakhir.

"Papa apa kabar? Ah ya ampun, Raina kangen banget dipeluk papa. Papa tau nggak? Tiap hari Raina tuh doa sama Allah, kalo suatu hari nanti, papa bakal sayang sama Raina lagi. Nanti kita jalan-jalan berdua ya, Pa? Mama sama abang nggak usah diajak, ngganggu. Oh ya pa, nanti kita mampir ke rumah nenek ya? Kita makan mangga lagi, ntar Raina yang manjat deh. Eh kalo kesana, ajak Mita juga. Eh iya, Raina udah kelas dua belas loh. Ntar Raina bakal lulus, trus kuliah, trus kerja, abis itu nikah deh. Eh Raina masih jomblo deng hehehe." Raina berbicara panjang. Ralat. Sangat panjang.

"Dek, nggak capek ngomong cepet gitu? Abang aja sampe nggak paham kamu ngomong apaan." kata Rayyan.

"Bodo yang penting papa paham kan?" Raina menatap Ghani penuh harap.

"Iya." Ucapnya halus seraya mengelus kepalanya lembutm

"Tuh kan, emang abang tuh otaknya yang nggak sampe, jadi nggak paham." Raina meledek.

"Dek.." tegur Rasti.

"Mama sama abang nyebelin ah. Yuk pa, kita pergi." Raina menarik tangan Ghani.

"Papa kamu butuh istirahat sayang. Sana kamu belajar! Udah kelas dua belas kok main mulu, lama-lama mama buang PS kamu!" ancam Rasti.

"Ih mama! Eh pa, duduk yuk, Raina capek berdiri terus." Mereka duduk di sofa ruang keluarga.

Sudah lama ia merindukan momen seperti ini. Keluarga yang lengkap. Mama, papa, abang. Tapi.. Kenapa papanya banyak diam? Tidak seperti biasanya.

"Raina, papa mau ngomong." kata Ghani dengan nada serius. Rasti, Raina dan Rayyan langsung menengok ke arah Ghani.

"Kenapa pa?" tanya Raina. Entah benar atau tidak, Ia punya firasat buruk, sangat buruk!

"Kamu kenal Leo Putra Anggara kan?" tanya Ghani. Raina diam sesaat.

"I-iya pa. Kenapa ya?" tanya Raina gugup.

"Minggu depan, kamu tunangan sama dia." lontar Ghani. Semuanya terkejut. Terutama Raina. Apa maksudnya ini?

"Pa..?" Raina mematung, benar-benar tidak percaya.

Hei! Apakah ini hanya kebetulan? Bagaimana bisa orang yang—ia hindari agar—tidak ia temui lebih dari setahun, bisa datang kembali dengan status sebagai tunangannya—ups, calon tunangan.

After Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang