ニ十五

69 16 0
                                    

Warning!!!
Typo bertebaran
Kalimat berbelit
Baper tingkat dewa.

Happy Reading guys!!!

Part Twenty Five

Axel Pergi

"Percayalah
Orang tua adalah orang yang paling mengerti kita
Sejauh apapun kita mengelak
Keputusan mereka pasti yang terbaik untuk kita"

Aroma antiseptik menyeruak menusuk indra penciuman. Suasana ruangan itu terasa mencekam. Bukan karena adanya kehadiran sosok astral atau apapun itu, namun karena penantian akan sesosok yang tengah tertidur lelap. Semua orang mengharapkan sang putri tidur untuk segera membuka matanya kembali.


"Maaf Rain." Rayyan mengelus tangan Raina yang terbebas dari selang.

"Maafin abang. Abang gagal lindungin Raina. Maaf ya?" ia mengecup punggung tangan adiknya itu.

"Udah Rayyan, ini bukan salah kamu. Emang akhir-akhir ini Raina bandel nggak diminum obatnya." Rasti menenangkan Rayyan.

"Ini gara-gara papa! Dia nggak tau kalo Raina hampir depresi mikirin dia! Apa mama tau? Banyak temen Raina yang ngomongin ini itu di belakang Raina. Rayyan tau, tapi Raina sama sekali nggak peduli soal itu, tapi sebagai kakak Rayyan peduli." Kesah Rayyan ia luapkan.

Rayyan bukanlah tipe kakak yang masa bodoh dengan apa yang dialami adiknya. Dibalik kesibukannya itu, ia kadang juga menyelidiki sang adik lewat sahabatnya, Mita. Tentu tanpa Raina ketahui.

"Udah udah.. Kamu pulang sana, bawain bajunya Raina sekalian." Rayyan mengangguk lalu mengecup singkat dahi Raina.

Rayyan keluar dari ruangan dan mendapati Axel yang berada di kursi tunggu.

Axel bangkit dari duduknya "Gimana kon-"

"Mending lo pulang dulu." potong Rayyan.

Axel memandang kecewa dengan pria di depannya, namun ia tahu, ia juga sadar diri, jika ini juga bagian dari kesalahannya. Baiklah, ia bisa kembali lagi besok.

"Yaudah, salam buat Raina." Axel melengang pergi. Rayyan keluar dari RS lima menit setelah Axel meninggalkan gedung serba putih itu.

***

Axel memandang hampa pintu besar di hadapannya. Bak cenayang, ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya kala ia melewati pintu besar itu.

Axel menghela napas panjang, ia siap menerima konsekuensi apapun itu.

"AXEL!!"

Tepat sekali! Bagai sebuah kebetulan, hal yang sebelumnya ada di dalam kepalanya kini benar-benar nyata terjadi. Bukan sambutan hangat, melainkan bentakan dahsyat yang menyambut kepulangan Axel.

"DARIMANA KAMU JAM DUA BELAS BARU PULANG?!" Arya masih membentak. Sinta hanya diam menatap kasihan Axel.

Ya, sepulangnya ia dari RS, Axel tidak langsung menuju rumahnya, ia hanya memacu ninja hijaunya kemanapun ia inginkan. Alhasil, ia harus menebalkan telinganya.

After Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang