ニ十三

70 19 0
                                    

Warning!!!
Typo bertebaran
Kalimat berbelit
Baper tingkat dewa.

Happy Reading guys!!!

Part Twenty three

Bukti


"Terimakasih, sudah mau mengarungi kegelapan ini
bersamaku"


"Woy Axel, sini!" teriak Dani. Ya, Dani, Axel, Mita dan Raina tergabung menjadi satu kelompok untuk membuat kliping dari kerajinan yang akan mereka buat. Apes bagi Raina dan Axel tentunya, tragedi Dera kejedot bola membuat mereka sedikit merenggang. Um, Mita pun mendapat apes karena harus satu kelompok bersama Dani.

Axel mendekat kearah ketiganya dengan tatapan datar. Lalu duduk disebelah Dani, posisi terjauh dari Raina.

"Jadi kita kan kudu beli bahan nih buat praktek, gimana kalo Axel sama Raina aja yang beli?" usul Dani.

"Nggak."

"Nggak."

Batin Dani menggeram Sial, kompak bener ni bocah_-

Mita diam karena tahu situasi sedangkan Dani mengheran.

"Loh, kenapa?" tanya Dani.

"Lo aja sama Mita." kata Raina.

"Gue sih oke aja, tapi coba lo tanya deh ke temen lo itu." sahut Dani menunjuk Mita.

"Iya deh iya, bawel!" balas Mita.

Bukan apa-apa, Mita hanya tak ingin memperkeruh keadaan.

"Yaudah, nanti pulang sekolah kita langsung beli bahan, dan Raina sama Axel pergi duluan ke rumah Raina. Gimana?" tanya Dani. Semuanya mengangguk.

"Sip, Raina, lo siapin tuh, laptop, cemilan, makanan, minuman dah." kata Dani semangat. Raina hanya mengangguk malas.

***

Raina benar-benar menyesal, sepertinya ia salah dengan mengusulkan agar Dani dan Mita yang membeli bahan. Karena justru suasananya lebih awkward. Raina duduk bersila di sofa ruang santai dan Axel hanya duduk di sampingnya. Apalagi dirumah hanya ada pembantu Raina. Keduanya diam sejak tadi.

"Lo marah sama gue?" tanya Raina akhirnya. Ia tak tahan dengan suasana canggung. Egonya kalah.

"Nggak." jawab Axel singkat. Raina mulai menyangkut pautkan Axel dengan tokoh fiksi di cerita yang dibacanya di novel-novel. Irit ngomong.

"Kan udah gue bilang, gue nggak sengaja, jangan marah ya?" Raina menoel-noel lengan Axel.

"Hm."

"Kalo ngomongnya masih satu kata, gue usir dari sini!" ancam Raina.

"Iya Raina." kata Axel.

Apa-apaan? Hanya nambah sekata.

"Ih, singkat banget!" Raina kesal.

"Itu udah dua."

"Yang ini tiga! Lanjutin!" kata Raina heboh.

Axel hanya berdecak. Raina kadang nggak jelas.

"Lo beneran marah ya sama gue? Padahal gue serius nggak sengaja." Raina menunduk.

Melihat reaksi Raina, Axel kelabakan. Ia bingung harus berbuat apa. Disatu sisi, ia percaya Raina tidak sengaja. Tapi di lain sisi, ia melihat dengan matanya sendiri ketika bola itu tepat menghantam kepala Dera.

After Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang