十九

88 17 0
                                    

Warning!!!
Typo bertebaran
Kalimat berbelit
Baper tingkat dewa.

Happy Reading guys!!!

Part Nineteen

Alena

"Layaknya hubungan pohon dengan sang tanah
Meskipun seseorang menebang sang pohon hingga
mereka terpisahkan
Akan tetap ada sisa kenangan bersama mereka
yang kan tertinggal dari pohon dengan sang tanah."
~~Akar


"Mita!" seru Raina. Ia rela berlari untuk mengejar sahabatnya itu. Sebenarnya badannya masih sakit, namun ia tahu, hati Mita lebih sakit sekarang.

Raina menghampiri Mita yang duduk diam memandang langit diatasnya. Ia tengah berada di rooftop.

"Tenang Mita, tadi Dani cuma salah ngomong. Tujuannya baik kok." Raina duduk disamping Mita. Mita menghela nafas.

"Gue nggak marah sama Dani. Gue cuma.. Malu. Gue cewek tapi kelakuan gue minus banget. Gue nggak lembut, cerewet, suka mukul, suka bolos, bego, malu-maluin." Mita menunduk. Raina mengusap punggung sahabatnya itu.

"Lo kira cuma lo? Gue juga kali." Kekeh Raina, memberi jeda "Tapi Mit.. Sejelek apapun kita, kita tetaplah kita. Jangan jadi orang lain karena mau dihargai. Cukup lo jadi Mita yang gue kenal, itu lebih baik daripada lo jadi orang lain." Raina kembali menjeda.

"Bukankah lo tadi juga bilang sama bu Dewi gitu? Mita yang gue kenal nggak suka patah semangat kayak gini." Raina mengelus punggung tangan Mita yang berdarah.

"Apa selama ini gue berlebihan?" tanya Mita lirih.

"Nggak. Yang penting itu emang sifat alami lo. Nggak dibuat-buat. Gue suka lo yang apa adanya. Mita yang slengean, jelek, bego, cerewet, bandel, gila, malu-maluin. Tapi, gue sayang." Raina tersenyum. Mita melirik Raina.

"Gue.. Bingung Raina." bisik Mita.

"Kenapa hm?" tanya Raina lembut. Seperti seorang kakak pada adiknya.

"Gue mau berubah. Gue nggak mau gampang emosi."

"Kontrol aja. Jangan dengerin kata orang. Nggak penting. Fokus aja ke diri lo. Buat orang-orang yang udah ngomongin lo nyesel dengan ucapan mereka." Mita terdiam mendengar ucapan Raina padanya.

"Astaga, lo kenapa sih?! Sok insyaf gitu. Otak lo udah berfungsi lagi? Jangan deh, ntar gue bego sendirian." kata Raina berusaha membuat Mita tersenyum.

Berhasil! Mita tersenyum walau tipis. Ia merengkuh tubuh Raina. Nyaman. Pelukan Raina selalu seperti itu. Menenangkan dan nyaman.

"Jangan sedih." bisik Raina sambil mengusap punggung Mita. "Ntar tambah jelek." lanjut Raina sambil terkekeh.

"Sialan!" Mita mengurai pelukannya dan segera menoyor kepala Raina. Mita kembali. Raina tersenyum.

"Kuy lah ke kelas. Pelajaran bahasa Inggris. Bu Rini kan? Udah satu jam pelajaran kita bolos, masuk yuk. Kita kerjain bu Rini." celetuk Raina.

"Ayo aja." Mita berjalan mendahului Raina. Raina masih diam ditempat.

Ternyata pikirannya salah. Tentang hidup Mita yang sempurna. Sahabatnya juga tertekan, namun ia sangat mahir menutup lukanya. Mungkin ia akan belajar pada Mita nanti. Pikiran Raina kini melayang-layang.

Sadar telah ditinggal Mita, Raina buru-buru keluar rooftop dan menuruni tangga. Lalu memasuki kelasnya bersama Mita yang ternyata menunggunya di depan pintu.

After Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang