02

1.6K 188 5
                                    

.
.
.
.
.
.
.


Mark mikir lagi. Ah, paling dia yang lupa atau Lucas Yang nambah-nambahin cerita.

Ting

Satu pesan muncul di handphone Yeri, setelah membacanya ia menatap satu-satu temannya. "Temanku sayangku cintakuu! Ntar pulang sekolah temenin gue ke club tari bentar ya? Ya ya yaa" pintanya.

"Lo mau ngapain?" Sahut Woojin trus makan lagi.

"Ini, gue di suruh ngambil selebaran gitu buat di photocopy. Bentar doang ih temenin ya?"

"Ramean gini?" Tanya Lucas sambil nyomot kentang goreng nya Yeri.

"Boleh, satu orang yang nemenin juga boleh, yang penting ada temennya gue" balas Yeri.

"Bilang aja lo takut" celetuk Mark ikutan nyomot kentang.

Yeri menghela napas, "Lo semua nggak tau apa, sama cerita gudang di sebelah ruang club gue?" Kini mata Yeri menatap tajam semua temannya.

Abis minum, Sohye nepuk pundak Yeri "Aku temenin deh" Yeri bersorak kemudian tertahan karena ucapan Sohye. "Santai aja, penghuninya nggak akan ganggu"

Mina yang sedang minum tersedak, "Sohye!" Sohye tak mengubrisnya, ia malah menatap Yeri dan tersenyum.

Yeri menelan ludah, senyum Sohye manis, tapi entah kenapa dia jadi takut sendiri.

Jihoon yang sedari tadi diam, menutup bukunya. "Jangan percaya cerita tahayul" ia melirik tangannya "Ayo ke kelas, bentar lagi masuk"

Semuanya berdiri, berjalan menuju kelas. Semua, kecuali Mina. Ia tertinggal di belakang, sibuk liatin bajunya yang kena noda.

Brak

Mina berhenti, lalu menoleh ke belakang asal suara itu ada. Melihat sekitar, tapi tak ada barang jatuh. Ia yakin bahwa itu suara dari belakang nya. Atau? Ini suara dari ruangan tepat di belakang kantin? Gudang itu?

Mina menepis pikirannya, dan entah kenapa suasana jadi dingin. Mina menghadap depan, ternyata teman nya sudah menghilang. Oke, dia di tinggalin.

🙄

Kini mereka memasuki tahun ke dua di senior high school, mereka sekelas lagi, karena cuma kelas mereka yang ambil peminatan sosial umum. Kelas mereka di lantai dua paling ujung, XI IPA 1.

Sayangnya masalah tempat duduk sekolah yang atur, jadi nggak bisa pilih sendiri. Kalau waktu kelas sepuluh Mark sebangku sama Lucas, sekarang Jihoon dan Woojin yang sebangku. Mark duduk sama Kangmin di baris kedua, di depan nya ada Jihoon Woojin. Lucas duduk di belakang pojok kiri bareng Dino.

Sohye duduk di depan dekat meja guru bareng Doyeon dan Mina duduk di baris ke tiga bareng Arin. Eh? Yeri sama siapa ya? Owalah dia duduk sendiri di depan Lucas. Sepertinya tahun ini Yeri bakal kesepian.

Karena ini hari pertama, jadi cuma perkenalan aja. Jam sebelas mereka udah boleh pulang.

Woojin sama Jihoon udah duluan keluar kelas, biasa ketua sama bendahara kelas di suruh ke ruang guru.

"Gue duluan ya, biasa orang penting jadi sibuk" seru Woojin lambai-lambaiin tangannya. Jihoon cuma senyum terus pergi keluar kelas.

"Sok penting lo!" Ujar Yeri, Woojin balas mencibir Yeri dari balik jendela.

Mina melambaikan tangannya, kemudian ia menyandang tasnya di depan biar noda di bajunya ketutupan. "Yer, gue nggak ikut nemenin lo ya, gue mau nyuci baju nih biar besok kering. Ah-Sohye! Gue pulang duluan nggak apa ya?" Sohye mengangguk.

"Okeokeee Minaa. Woy Mar-Cas! Lo nggak mau gitu nemenin gue sama Sohye?"

"Nggak. Gue mau pulang trus sleeping" balas Lucas.

"Sorry, gue udah di jemput" sahut Mark sambil mencari sesuatu dari tasnya. "Nih, lo pakai" kata Mark mendekati Mina dan memberinya sweater abu-abu.

Mina menerima nya, "Dari tadi napa. Btw makasiih" Mark ngacungi jempolnya. "Gue duluan! Babaiii"

Mina keluar kelas bareng Mark. Sadar dirinya di tinggal, Lucas Yang hendak menyusul Mark ditarik Yeri, "Mau kemana lo?" Yeri tarik kerah seragam Lucas dan menyeretnya pergi.

"Yeriii ikhlasin gue pergii" setengah teriak Lucas yang masih diseret. "Yer, gue masih mau life Yer. Yer Yer! Gue kecekek! Kehabisan napas! UHUK UHUKK" Lucas mencoba melepaskan tangan Yeri. Setiap ada yang lewat ia minta tolong.

"To-tolongin gue woy!"

"Help me pleasee"

"Somebody help meee"

"Diem lo kutil Onta!" Bentak Yeri dan menguatkan cengramannya. "JANGAN ADA YANG BERANI NOLONGIN DIA"

Astaga, dua makhluk ini emang nggak punya malu.

Sohye jalan paling depan, nggak mau liat dua temannya itu, malu-maluin! Untung aja di koridor belakang kantin sepi. Selalu sepi deh kayaknya. Nggak tau kenapa. Katanya sih gara-gara gedung kosong itu. Banyak cerita tak menyenangkan disana. Udah sepuluh tahun ke kunci.

Sohye menghela napas dan menoleh ke belakang, "Yeri, Lucas, kita udah sampai"

Yeri menatap sekitar, "Oh? Udah nyampe aja. Sohye tolong pegangin Lucas. Lo! Jangan kabur" Yeri menuding Lucas lalu mengeluarkan kunci dari tasnya. Segera ia buka pintu ruang club tari.

Krekk

Gelap banget, banyak debu lagi. Libur sabulan sih makanya debunya banyak gini. Ruangan nya luas, nggak heran sih. Setelah masuk Yeri belok ke kanan, ada pintu lagi di sana.

"Yuk masuk" ajak Yeri. Sohye masuk disusul Lucas yang megang tengkuknya.

"Ruang tari gini amat," ucap Lucas memandang sekitar. Matanya was was.

Yeri mengerutkan dahi, "Gini gimana?"

"So creepy, like a room yang disebelah," gudang maksud Lucas.

"Ruangan nya memang mirip, bahkan sama persis. Ya kan Yer?" Sohye lirik Lucas dan Yeri.

Yeri udah nemuin selebaran nya. "Nanti gue cerita, tapi di luar ya"

Ceklek

Pintu udah Yeri kunci. "Jadi apa story nya?" Tanya Lucas penasaran, padahal dia takut juga. Matanya melirik gudang itu.

Yeri tarik napas, "Hahh, jadi dulu gudang itu jadi ruangan club musik. Awalnya aman-aman aja, tapi lama-lama banyak kejadian aneh disana. Kalau kata kakel sih malam-malam suka ada bunyi piano-"



















Treengg

Yeri dan Sohye saling pandang. Lucas terdiam. Mereka tak ingin mengakui kalau itu adalah bunyi piano, tapi






























Treengg

Bunyi itu kembali terdengar, Yeri langsung lari secepat yang ia bisa. Sohye menyusul, Lucas masih terdiam, jujur ia takut tapi entah kenapa kakinya seakan lumpuh.

Dua detik kemudian Lucas lari karena ekor matanya menangkap sosok tangan di atas tuts piano rusak.

Seven Hunters | 99L✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang