PBM #4

730 68 4
                                    

        Lilian

Lokasi                         : Meja bundar elite

Situasi                         : Vira belum datang. Albert membawa friend baru. Orang

Korea, katanya.

Sekilas pandang        : Ganteng. Wajahnya tirus berlekuk, seperti artis kebanyakan

deadline. Tingginya ideal buat French kiss. Tubuhnya sedang, cukup tonned yang bisa jadi indikasi cowok ini intim dengan gym. Kemeja putihnya membalut badannya dengan sempurna. Ah, dengan kulit ivory-nya yang terawat begini, kemeja Giordano pun tampak seperti Giorgio Armani yang sekarang dia dikenakan.

            He looks okay. But something feels quite off about this guy. Dari tadi, dia tak berhenti memandangiku. I mean I AM flattered, but this is getting awkward. Super awkward!

            "Woi, Li!" panggil Jojo. "Vira belum ada kabar? Kok jam segini belum nongol juga?"

            "Rempong amat sih, Jo. Kayak daddy-nya Vira aja! Belum, Om, belum ada kabar..." Handphone-ku tiba-tiba berbunyi. "Oh, hang on a minute. Dia tahu kita omongin kali, ya. Ini ada message dari Vira." Jemariku bergerak lincah membuka pesan dari Vira. "Yaaah, guys! Vira nggak bisa datang, nih. Kemalaman jalan dari rumah sakit, katanya."

            Kontan kedua temanku menengok arloji. Yeah, baru juga jam delapan lewat. Weird. Berarti ada hal lain yang membuatnya lelah. Mungkin, ada cowok yang terus-terusan melihat ke arah dia juga, seperti makhluk sipit yang duduk di depanku ini?

            "Bertoli! For goodness sake! Teman lo bisa disuruh lihat ke arah lain nggak, sih? Apa ada tanduk unicorn tumbuh di jidat gue makanya dia lihatin gue terus?" cerocosku, tidak tahan juga akhirnya.

            Sementara Jojo terbahak-bahak. Albert lebih memilih menahan diri. Daniel terlihat salah tingkah, wajahnya memerah.

            "Dan Daniel ini, Lilian sayang, bisa bahasa Indonesia," jelas Albert, berusaha setengah mati mengontrol ekspresi wajah. Useful information, unfortunately too little too late. Aku melotot, dengan panik mencoba mengingat-ingat omongan apa yang keluar dari mulutku.

            "Kenapa nggak bilang dari tadi!" desisku sambil melotot. How the hell am I suppose to know dia bisa bahasa kita kalau makhluk ini sama sekali tidak bersuara sejak datang? Aku baru ingat tadi aku terang-terangan bilang dia ganteng di awal perkenalan kami! Oy.

            Viraaaa! Why aren't you here tonight???

***

PERKARA BULU MATA - Nina AddisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang