Jojo
"Helooow!"
Suara itu!
Spontan kepala gue terangkat, menemukan mimpi buruk gue baru saja melenggang masuk ruangan. Damn. Beneran nih baru jam empat? Ngapain Si Gila ini sudah nongol di sini?
Tanpa dipersilakan, Lilian langsung duduk macam bos di kursi depan gue. Gue menatapnya curiga, bisa menebak pidato apa yang akan keluar dari mulutnya.
"Whatcha doing?" tanyanya manis, meski matanya jelalatan menginspeksi meja berantakan gue.
"Pertanyaan yang benar adalah: Loe ngapain di sini?"
"Ih, galak banget, sik! You don't miss me at all?" Dia mengerucutkan bibir. Maksudnya biar imut, kali, sayangnya jurus ini nggak pernah mempan di gue. Sebenarnya, dia juga tahu itu. Jadi, either Lilian sengaja melakukan ini untuk ganggu gue, atau kepalanya baru kepentok sesuatu yang bikin dia amnesia kronis.
"Vira nyuruh lo ke sini, kan?" tembak gue langsung dengan masam. Nggak ada gunanya mengabaikan dia, apalagi mengusirnya tanpa menimbulkan kehebohan di kantor. Satpam depan perlu gue kasih wedgie, seenaknya membiarkan makhluk kayak begini nyelonong masuk.
"Of course not, dummy. Vira malah minta gue duduk manis di kantor."
Gue memutar bola mata. Bukan Lilian namanya kalau disuruh langsung nurut.
"Jadi, kapan lo punya keberanian buat menghadapi Vira?" todongnya tanpa kedip.
"Li, please, gue lagi sibuk!" gue protes keras.
"Well, then, honey pie, you better answer it quick. Semakin cepat lo jawab, semakin cepat juga gue pergi dari sini." Sambil bersenandung pelan, dia mengeluarkan cermin kecil dan lipstik dari tas, lalu mulai mewarnai bibir.
Gue cuma bisa memandanginya dengan nanar. Cewek ini memang terkenal punya 1001 wujud. Hari ini, dia memilih nongol di depan gue sebagai kudis yang nggak bisa digaruk.
Dengan langkah seperti ditebengi gajah, gue berjalan lunglai ke arah pintu dan menutupnya. Ketika kembali duduk, Lilian sudah selesai memenorkan bibir. Sekarang dia duduk manis, memangku tangan di pangkuan, tersenyum hingga mata sipitnya semakin hilang.
Asli nyebelin.
"Gue..." Gue menelan ludah. "Gue nggak tahu harus gimana."
"That, I know. Tiga minggu lo hilang dari peredaran is enough to confirm that. Bukan hanya dari Vira, tapi juga dari Albert dan gue. Norak, tahu. Ngilangnya lo itu norak." Dia cemberut. "Gue kan teman lo, Jo. Of course, it's only natural that I got worried."
"Justru itu masalahnya, Li. Lo dan Vira, kalian itu sahabat gue."
"Jadi, itukah jawaban resmi lo?" pancing Lilian. Sesaat gue hanya bisa diam.
"Gue nggak tahu." Suara gue terdengar kalah dan lelah. "Gue sayang Vira, Li. Beneran! Kalau ada manusia di dunia ini yang paling ngerti gue, gue yakin namanya Vira Asmara. Tapi, ya sudah, perasaan gue hanya sebatas sahabat."
"Jadi, itukah jawaban resmi lo?" ulang Lilian seolah barusan gue cuma buka-tutup mulut tanpa suara macam ikan mujair. Kali ini, Lilian berkeras mendapat peneguhan karena dengan sabar dia melihat gue tajam.
![](https://img.wattpad.com/cover/157190038-288-k83425.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PERKARA BULU MATA - Nina Addison
RomanceJojo sedang seru menceritakan perjuangannya menjadi branch manager sementara Vira tekun mendengarkan, memandangi wajah cowok yang telah jadi sahabatnya selama belasan tahun itu. Lalu... entah di detik keberapa, sesuatu bergeser. Klik. Dunia sekelili...