Chapter 13

440 14 0
                                    

Sasuke's POV

Aku tidak bisa menjelaskan kebahagiaan yang terjadi pada diriku yang di sambut dengan seorang yang aku—sendiri tidak menduga—kalau ia akan menghampiriku ke Takigakure hanya, ah bukan sekedar hanya. Ini benar-benar membuatku ingin melompat dan berteriak "Aye" karena ia mengungkapkan perasaannya padaku, tapi tentu saja hal itu tidak aku lakukan karena aku bisa menahan gejolak senangku.

Dan malam ini benar-benar puncak kecanggunganku dengan Sakura, karena ternyata Itachi tidak di dalam kamarnya. Ia meninggalkan kami sendirian di rumah.

Sendirian.

Sakura yang terlihat sekali gugup, sebenarnya aku iya. Tapi ingat, aku sudah terlatih memasang ekspresi biasa saja. Tapi dalam hati aku gugup bukan main, setelah acara makanku yang tertunda akibat ucapannya yang menyatakan perasaan cintanya padaku dan ini membuat perutku kembali merasa terpilin karena senang.

Sakura pamit membereskan perabotan makan dan masakan. Aku memutuskan untuk membiarkannya sendiri, aku tahu ia gugup dan aku akan memberinya ruang untuk bernapas. Begitu juga denganku. Aku bernapas lega setelah sampai di ruang keluarga. Sialan baka aniki, aku tahu ia sengaja melakukan ini.

Aku menemukan kertas di meja dan sebuah kalung. Aku mngernyit memandang kalung ini, bukankah kalung ini yang aku belikan untuk Sakura. kenapa ada di sini?

Aku membuka surat dan ternyata ini surat dari Itachi.

Ini kalung yang kau berikan ke Sakura, awalnya Sakura ingin mengembalikannya padamu melaluiku. Tapi karena masalah kalian sudah selesai kurasa kau bisa memberikannya kalung ini padanya. Dan oh, aku memberikan privasi ke kalian berdua, aku pergi ke rumah kakek. Jangan macam-macam dengan adik iparku, otouto. Semoga berhasil.

Itachi sialan.

Seharusnya aku tahu, ia sama saja dengan Sasori dan Shion. Ingin mempermainkan kami berdua. Aku mengangkat kalung berbandul Sakura ini. Jadi, Sakura hampir mengembalikan kalung ini kepadaku lagi. aku mendesah lega karena masalah ini benar-benar selesai, akan kuberikan lagi padanya nanti dan akan kupasangkan sendiri ke lehernya dan melihat pipinya merona ke arahku.

Tapi apa yang harus kulakukan sekarang? Itachi benar-benar sudah merencanakan hal ini, membuatku berduaan dengan Sakura selama semalaman? Yang benar saja.

Apa yang harus kulakukan setelah ia selesai dengan urusannya?

Aku mendesah. Aku juga seorang pria dan umurku sudah delapan belas tahun, jelas hormonku sedang naik-naiknya, tapi aku tidak mau melakukan hal lain yang membuatku menjadi remaja di luaran sana.

Makin dipikirkan aku menjadi pusing dan berdebar tidak karuan, aku menyalakan TV. Mencari-cari saluran yang bagus, sialnya aku tidak membawa DVD untuk aku tonton. Malam semakin larut dan acara di TV pun tidak ada yang bagus kecuali iklan. Aku tetap menontonnya untuk mengurangi kegugupanku. Dan saat aku ingin mengganti saluran TV, listrik tiba-tiba mati bersamaan dengan teriakan Sakura di dapur.

Spontan aku berlari, tidak, aku hanya berjalan tertatih menuju dapur. Aku meraba-raba dinding mencari keberadaan Sakura.

"Sakura..." panggilku, masih meraba-raba dinding. "Kau dimana?"

Terdengar suara berisik di arah dapur. "Aku di sini, bisa cepat kemari?" suaranya terdengar bergetar. Kurasa dia ketakutan dan aku buru-buru menyusulnya.

"Apa kau bawa ponsel?" ucapku lagi.

"Tidak, ponselku di meja makan tadi."

Sial. Kalau begini aku tidak tahu dimana dia, ponselku juga di meja ruang keluarga tadi, aku buru-buru kemari karena Sakura berteriak. Harusnya aku tidak gegabah seperti ini dan memperkirakan hal ini terjadi, tiba-tiba saja listrik mati begini. aku memang diberitahu kakek tentang keadaan rumah ayah dan ibu yang kadang listriknya sering mati. Tapi selama aku tinggal di sini, baru hari ini listriknya mati dan ini benar-benar waktu yang kurang tepat karena Sakura ada di sini bersamaku. Hanya kami berdua.

Falling in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang