Chapter 7

311 11 0
                                    

Sakura's POV

.

.

Aku merasakan ada seseorang yang membelai rambutku, kemudian aku mendengar ia bergumam "Cepat sembuh."

Aku merasa dunia berhenti berputar saat mendengar suara itu, itu suara Sasuke-kun—ia membelai rambutku—aku kembali memimpikannya? Apa aku berhalusinasi lagi ? Aku mengabaikannya dan tetap membiarkannya membelaikanku, tapi kemudian belaian itu tiba-tiba tidak lagi aku rasakan, aku merasa sedih, sampai-sampai aku tidak mau membuka mataku—kalau benar aku hanya bermimpi, aku ingin merasakan belaian itu lagi—

Cukup lama aku berdiam diposisi tidurku, kemudian belaian itu datang lagi, aku ingin tahu apa ini mimpi apa benar-benar nyata, aku mencoba membuka mataku dan belaian dirambutku—pun berhenti, aku meyipitkan mataku yang masih berkunang-kunang karena efek aku tertidur, aku mengedipkan mataku berkali-kali dan semakin jelas sileut orang itu di mataku.

Aku membuka mulutku, "K-kau ..."

Orang itu tersenyum ke arahku, "Aku membangunkan-mu Sakura?" tanyanya.

"A ... Tidak, kau tidak membangunkanku." jawabku masih mengedipkan mataku berkali-kali, apa aku tadi bermimpi? Sungguh suara tadi benar-benar suara Sasuke-kun, tapi kenapa yang di hadapanku sekarang—

"Oi Toneri!" aku meneloh dan mendapati Ino berseru saat memasuki kamarku. "Kenapa kau meninggalkan kami di bawah, dasar!"

"Inooo ..." Matsuri memotong pembicaraan Ino. "Kau tidak lihat apa? Sakura sedang sakit, bisa-bisanya kau bersuara keras begitu."

"I-iya Ino-chan, Sakura-chan juga butuh ketenangan." Hinata ikut bicara masih seperti biasa dengan suara malu-malunya.

"Baik baik aku salah, aku minta maaf." jawab Ino sarkasme.

Aku bangun dan bersandar di sandaran kasur, Toneri berdiri dari duduknya, "Maaf, aku hanya penasaran dengan keadaan Sakura." jawab Toneri.

Ino mendekat ke arahku sambil mendengus, "Hei ... Forehead! Toneri khawatir denganmu seharian ini, sampai-sampai kami di tinggal, kau tahu sendiri-kan?" aku menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Dan ada apa denganmu? Kenapa kau tidak mengabari kami kalau kau sakit? Dan kenapa ponsel-mu susah sekali dihubungi?" Ino menyerbuku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku pusing.

Matsuri mendekat dan duduk di samping kananku, "Jangan dengarkan Ino, Sakura," ucapnya. "Padahal dia sendiri yang khawatir denganmu."

Ino melotot ke arah Matsuri, aku sudah terkikik geli melihat tingkah mereka. "Mana Gaara?" tanyaku, mengabaikan pertanyaan Ino.

"Dia ke Suna, karena ada urusan dengan keluarganya dan mempersiapkan acara ulangtahunnya di Villa keluarganya, dia minta maaf karena tidak bisa menjengukmu, dia bertanya kalau kau tidak bisa ikut acaranya, dia bisa memakluminya, dia juga sempat mengirim pesan, isi pesannya sama dengan apa yang aku ucapkan tadi." Matsuri menjawabku sambil memasang wajah sedih.

Aku tersenyum, "Aku datang Matsuri, aku sudah lebih baik sekarang," jawabku. "Lagipula aku tidak ingin melewatkan suasana Suna, aku sangat rindu kampung halamanku di sana."

Mereka kemudian tersenyum dan Ino kembali menatapku intens, "Jadi—ada apa denganmu? Kemarin kau baik-baik saja dan kenapa ponselmu tidak kau angkat-angkat saat kami mencoba menghubungimu?" Ino mendekat dan duduk di tempat Toneri tadi. "Kau benar-benar tidak ingin diganggu ya?"

"Bukan begitu," aku mendesah, "Ponselku hilang."

"Apa!" Ino beseru hampir seperti berteriak dan kami dibuatnya tutup telinga dan mata. "Maaf aku berlebihan, kenapa bisa hilang? Kau sudah coba cari? Kau sudah bilang ke orangtuamu? Kau menghilang—"

Falling in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang