Sakura's POV
.
Aku berjalan cepat, namun sedikit tertatih menuju lantai dua karena jam menunjukkan hampir pukul sepuluh siang, dan aku sudah membuat janji bertemu dengan seseorang yang menungguku saat ini.
Aku menyusuri koridor yang sudah sering aku lalui selama dua tahun ini. Aku berbelok ke kiri dan menemukannya berdiri di ambang pintu dengan melipat tangannya di depan dada.
Ia menatapku datar dan melepas lipatan tangannya sambil melihat jam tangannya yang terpasang di pergelangan tangan kirinya. Kemudian ia menatapku lagi dan aku dapat melihat kerutan di dahinya saat aku sampai di depannya dengan napas terengah-engah. "Kau terlambat," ucapnya, kerutan didahinya masih terlihat sambil melipat tangannya lagi di depan dada.
Aku mengernyit mendengar ucapannya. "Ini belum ada jam sepuluh," napasku tersenggal dan aku menelan saliva dengan susah payah. "jangan mengada-ada, Sasuke-kun."
Sasuke, orang yang sudah resmi menjadi kekasihku sejak dua tahun yang lalu hanya mengangkat bahunya. "Aku tidak mengada-ada." Gumamnya, ia menatapku sejenak dan mengalihkan perhatiannya ke kakiku. "Kakimu terkilir?"
"Tidak!" kecepatan menjawab ucapannya terlalu cepat Sakura, dan menjawab sambil menegakkan tubuhku dan merasakan kakiku nyeri bukan main, Sasuke masih menatap kakiku. Shannaro!
"Pembohong yang payah," gumannya sambil berjongkok dihadapanku, aku membelakak menatapnya sambil mundur sedikit ke belakang dan ia langsung memegang pergelangan kakiku sebelah kanan, aku tersentak saat dia menekannya. "jelas-jelas ini terkilir." Sasuke memijat pelan pergelangan kakiku dan aku menahan ringisan. "Dimana kau terjatuh?" tanyanya masih memijat –mijat pelan pergelangan kakiku.
"Aku tidak terjatuh," elakku, aku meringis saat Sasuke menekan letak nyerinyanya. "aku hanya tersandung saat menuju gedung." Sasuke mendesah masih memijat pelan pergelangan kakiku dan aku menikmati sentuhannya ini. Ia tidak membalas ucapanku dan hanya melakukan pijatan ringan di kakiku sampai aksinya ini dilihat banyak orang yang lalu lalang di gedung ini—Pipiku merona. "Sasuke-kun, ini sudah cukup, berdirilah." Pintaku, sambil sedikit menarik kakiku dari tangannya.
Kami masih menjadi objek tontonan sambil mereka berbisik.
"Sasuke-kun..." lirihku memohon, pipi dan telingaku memanas. Ia akhirnya berhenti memijat kakiku dan berdiri lagi dihadapanku. Aku berdeham, sambil mengalihkan pandanganku ke arah lain. "Terima kasih."
"Coba kau gerakkan," aku menatapnya, Sasuke masih menatap pergelangan kakiku. "coba gerakkan memutar, apa masih terasa sakit?"
Aku melalukan intruksinya, dan aku sedikit meringis. "Tidak terlalu sakit," gumamku.
"Jangan lupa beri salep setelah ini, kau tahu akhir pekan ini adalah hari istimewa dan kau membuat kakimu terkilir."
Aku mengembungkan pipiku, "Aku tidak bermaksud membuat kakiku terkilir." aku melirik Sasuke dan ia hanya tersenyum samar. Dasar, ia selalu menggodaku. "Bagaimana? Kita jadi bertemu dengan kedua mentor kita?"
Sekali lagi Sasuke melihat jam tangannya. "Mereka belum datang," ucapnya sambil menurunkan tangannya dan memasukkan ke dalam saku celana. "sepertinya mereka terlambat."
Aku mengangguk. Suasana di koridor semakin ramai, dan seperti yang kalian tahu. Aku saat ini berada di Universitas yang sama dengan Sasori-nii, aku masuk perguruan ini dua tahun yang lalu dan Sasuke menjadi pembimbingku karena aku mengambil Falkultas Kedokteran. Percaya tidak percaya, memang ini kenyataannya. Kami lebih sering bertemu akhir-akhir ini, karena memang ini berkaitan dengan laporan-laporan yang selalu diberikan dosenku. Lagipula ini permintaan dari salah satu mentor dan sekaligus dosen kami itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Love (END)
RomanceHaruno Sakura, gadis SMA yang selalu terkena sial yaitu : Terjatuh. Tapi bagaimana jika ke-sialan-nya ini membuatnya jatuh cinta dengan seorang pangeran es? Dan bagaimana dia menanggapi perhatian dari teman SMP-nya? Ke-sialan apa lagi yang akan dite...