Red

989 103 5
                                    

Disclaimer : J.K Rowling

Warn : Yaoi, Ficlet, dan untuk model mereka Miza mengambil dari buatan artist bernama Sepia Harusame (dari pic yang Miza pasang di chapter ini bila kalian mau tahu)

=o^o=

.

.


Salazar tidak mengerti kenapa Godric suka sekali warna merah, tapi dia bisa memaklumi Rowena yang menyukai warna biru dan Helga yang menyukai warna kuning, karena dirinya juga suka warna hijau.

Tapi dia tak pernah tahu kenapa Godric sangat suka merah, oke, memang warna merah itu berarti berani, tapi terlihat sedikit girly –menurutnya.

"Godric," panggilnya saat pria berambut merah itu melewatinya.

"Ya?"

"Kenapa kau suka warna merah?"

Godric diam sebentar, berpikir. Lalu menggendikkan bahunya, "Suka saja, kenapa?" tanya balik Godric dengan santai.

Salazar facepalm di tempat, lalu memilih meninggalkan Godric yang rautnya cengo.

"Do i make a mistake?" tanya Godric entah pada siapa.

Helga yang mendengar percakapan kedua temannya hanya bisa tertawa, sedangkan Rowena tersenyum maklum –sedikit iba sebenarnya pada Salazar karena harus mengurusi makhluk polos seperti Godric.

=o^o=

Tengah hari sudah lewat, kini bergantikan menjadi sore hari, cahaya oranye itu mengenai tubuh tegap Salazar yang berjalan menuju Aula untuk persiapan makan malam.

"Sore, Sir," sapa salah satu murid padanya sambil tersenyum lebar.

Salazar hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Dia terus berjalan lurus, pintu Aula mulai terlihat di depan matanya, tapi langkahnya berhenti seketika saat tak sengaja mendengar nama Godric disebutkan. Salazar menoleh untuk mencari sumber suara itu, dan menemukan tiga murid perempuan berbincang ria tentang Godric.

Salazar memutuskan untuk menguping sebentar.

Gadis pertama berseru riang, "Kalian tahu? Aku pernah melihat Professor Ravenclaw menggoda Professor Gryffindor, wajahnya menjadi memerah seperti rambutnya!"

Gadis kedua menyahut. "Aku juga pernah melihat Professor Hufflepuff melakukan itu padanya."

"Bukankah wajah Professor Gryffindor terlihat manis?" ujar gadis ketiga.

"Benar! Benar! Setiap ada yang menggodanya, pasti dia akan blushing! Itu sangat menggemaskan!"

"Kyaa! Aku tahu itu!" Dan begitu seterusnya.

Salazar menatap aneh ketiganya, dia memang pernah melihat wajah Godric memerah –sering malah, tapi dia tak pernah meneliti (?) wajah merah Godric sedetail itu.

Pria itu pun memilih untuk masuk ke Aula karena makan malam akan dimulai, lalu duduk di tempatnya seperti biasa. Rowena dengan tenang duduk di samping kirinya sembari mendengar ocehan penuh semangat Helga.

Tapi tidak ada Godric di sana.

"Rowena, di mana Godric?"

"Entahlah, aku tak tahu," jawab Rowena membuat Salazar mendesah kecewa, "khawatir padanya, eh? Salazar."

"Diamlah," balas Salazar, "Helga kau tahu di mana Godric?"

"Sepertinya aku tadi melihatnya sedang menuju ke menara Astronomi," ujar Helga, suara cempreng Helga memang membuatnya terganggu kadang, tapi informasi yang diberikan Helga selalu bisa membantunya.

Salazar membuang napasnya kesal, lalu beranjak berdiri.

"Mau kemana?"

"Tentu saja menyeret orang itu agar tidak melewatkan makan malam." Salazar bisa mendengar kikikan Rowena dan Helga saat dia pergi.

Salazar berjalan cepat ke arah menara Astronomi berada, Godric terkadang suka melewatkan makan malam dengan berbagai alasan ketika Salazar menginterogasinya.

Salazar membuka pintu menara dengan pelan dan tanpa suara, di depannya kini ada sosok pria yang membelakanginya sambil menumpukan kedua tangannya pada pembatas, menahan berat tubuhnya sendiri agar tak terjatuh karena terlalu condong ke depan.

Dia kemudian bergerak ke tempat Godric dengan senyap.

"Godric."

"Merlin! Salazar jangan mengagetiku!" Godric berprotes ria pada Salazar yang mengabaikannya, lalu menggerutu pelan.

"Kenapa kau ada di sini?"

"Ingin tenang saja."

"Kau sedang memikirkan sesuatu?"

"Aku-tidak! Dan jangan menggunakan legillimensi padaku."

"Aku bahkan belum melakukannya."

Godric sweatdrop sebentar. "Berarti kau memang berniat untuk melakukannya."

Salazar mendengus, "Katakan padaku apa yang ada di pikiranmu," ujar Salazar mulai tambah mendekat dengan Godric yang kini terlihat salah tingkah.

"Err, dari siang aku kepikiran, apa rambutku ini sangat mencolok? Dan apa warna mataku ini terlihat aneh?"

"Huh?" Salazar benar-benar tak menyangka Godric menanyakan itu padanya, iris hijau jernih tajamnya menatap manik merah seperti rubi milik Godric yang melihatnya penuh dengan keingintahuan.

"Jawab saja, Salazar. Aku ingin mendengar pendapatmu."

"Apa yang membuatmu bertanya seperti itu?"

Godric diam sebentar, Salazar masih setia menunggu. "Well," ujarnya memulai, "aku tak sengaja mendengar pertengkaran dari asramamu dan asramaku.."

Ah, harusnya Salazar tahu itu.

"..lalu, beberapa anak dari asramamu mengejekku, dan kau tahulah bagaimana dengan anak-anak yang menempati asramaku, mereka membelaku terus. Tapi saat anak-anak dari Slytherin mengatakan bahwa rambutku ini sangat jelek dan mencolok, lalu mataku ini sama anehnya dengan rambutku, dan mereka pun terdiam, aku jadi kepikiran."

Salazar sontak tertawa keras mendengarnya, membuat Godric menatapnya horror.

"A-ahaha! Aku tak pernah tahu kau bisa kepikiran dengan hal seperti itu!"

"Oh ayolah, ini tidak lucu!"

"Maaf saja, bagiku iya." Salazar mengembangkan seringainya melihat wajah cemberut Godric.

Godric membuang wajahnya dari Salazar, "Jadi, bagaimana menurutmu?"

"Menurutku yah," gumamnya sebentar. "Rambutmu tidak terlalu mencolok," lanjutnya kemudian, "malah bagus dengan wajahmu." Perkataan selanjutnya dengan volume yang sangat kecil hingga Godric tidak dapat mendengarnya.

"Benarkah?" tanya Godric bersemangat saat Salazar menganggukkan kepalanya, "lalu mataku?"

"Matamu indah, tentu saja, sangat bagus." Entah kenapa Salazar ingin menggoda Godric untuk melihat reaksinya, mungkin dia sedikit memikirkan perkataan tiga gadis itu. "Aku sangat menyukainya, kau tahu? Karena terlihat cantik di wajah manismu," ujarnya kemudian mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah Godric.

Godric memerah seketika mendengarnya, tapi tidak menolak ciuman kecil yang diberikan Salazar di bibir tipisnya. Aah, sepertinya Salazar akan menyukai warna merah, mulai sekarang.

.

.

End

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang