Bintang

597 49 3
                                    

Disclaimer: J.K Rowling

Warning: shonen ai

=o^o=

.

Pemuda itu duduk diam, dan tenang.

Mengadah ke luar jendela yang dibuka lebar, dia menatap kelamnya malam yang terhiasi ribuan gemerlap cahaya-cahaya kecil mengelilingi sang sabit yang bersinar terang di gelapnya langit. Ini sudah sangat larut, tapi rasa kantuk sama sekali tak menyerangnya, toh besok hari sabtu saja dan sayang sekali dia melewatkan pemandangan indah ini jika dia memaksakan dirinya tidur.

Pendengarannya menangkap suara dengkuran halus teman-teman sekamarnya yang kini terlelap di ranjang masing-masing, lalu memangku dagu dengan tangan kanan sembari melirik ke belakang sebentar, dia merasakan sesuatu tapi memutuskan menghiraukan perasaannya. Angin malam menerpa wajahnya yang tampan, dia menyungging senyuman tipis saat dinginnya angin mengenainya.

"Sirius."

Pemuda tersebut–Sirius terlonjak kaget mendengar seseorang memanggilnya dengan volume kecil tepat di telinganya, segera menoleh ke samping dan menemukan salah satu sahabatnya memandang Sirius bingung.

"Oh, Remus," sapa balik Sirius kemudian meski dia tahu Remus tidaklah menyapanya, tapi mau menegurnya.

"Kenapa kau belum tidur? Sekarang jam dua pagi, kau akan bangun terlambat kalau begini," sesuai dugaan Sirius, Remus mengujarkan tegurannya.

Sirius nyengir kecil, "Tenanglah, Moony, kita tidak ikut kunjungan Hogsmeade minggu ini, bukan? Santailah," balas Sirius menyuruh Remus ikut duduk dengan isyarat tangan. "Kau sendiri kenapa tidak tidur, hm?"

"Aku terbangun," jawab Remus singkat, akhirnya mengalah dan melihat ke luar jendela seperti yang Sirius lakukan tadi. "Apa yang kau lihat memangnya sedari tadi? Aneh rasanya kau bisa diam senyap seperti ini," ungkap Remus sedikit bosan.

Yang ditanya melamun sebentar, "Kau sudah bangun lama dan cuma melihatku begitu saja dari ranjangmu?"

Mendengar perkataan Sirius, rona merah menjalar cepat di pipi Remus. "Tidak penting," Remus memalingkan muka menyadari senyuman lebar Sirius, "jawab saja."

"Baiklah, baiklah kau menang," Sirius tertawa pelan menepuk kepala Remus, setelah itu dia kembali tersenyum. "Aku hanya memandangi bintang-bintang," Sirius cengengesan menjawabnya, sedangkan Remus membuang napas sedikit putus asa.

"Kau tidak bosan memangnya? Tumben?"

"Pertamanya aku bosan," Sirius membalas kecil, "tapi aku lalu melihat 'aku', jadinya yah," Sirius tak melanjutkan malahan nyengir lagi melihat raut kebingungan Remus.

"Apa maksudnya?" tanya Remus menaikkan sebelah alis heran.

"Kau tahu kan, namaku diambil dari bintang yang paling terang, dan aku tak sengaja menemukannya tadi," jelas Sirius tersenyum pada sahabatnya, "itu yang membuatku betah. Lagipula aku tak mengantuk," lanjut Sirius.

"Bintang Sirius ya," gumam Remus mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali, seolah baru tersadar sesudah Sirius menjelaskan, "tapi tetap saja kau harus tidur daripada tidak sama sekali sampai pagi."

"Ayolah," rajuk Sirius, "biarkan saja. Atau kau mau menemaniku dan 'aku' di sini?"

Remus terkekeh mendengarnya, "Oke."

Mendengar balasan yang diberikan pemuda di sampingnya, rasa senang langsung membuncah dalam dada Sirius, layaknya ingin keluar dan meletup bagai kembang api. Remus menyamankan duduknya sebentar, menatap langit malam yang memiliki banyaknya bintang bercahaya redup. Mau tak mau Remus menyetujui perkataan Sirius sebelumnya, dengan melihat pemandangan seperti ini saja telah membuatnya betah, apalagi dia menemukan bintang yang Sirius ucapkan tadi, bintang yang paling bersinar dari semua bintang, bintang yang bernama sama dengan Sirius.

"Sudah kukatakan," Sirius mendadak berujar, membuat lamunan Remus terpecah, "itu yang membuatku betah, dan kini kau ikut betah, kan?" tebak Sirius lalu tertawa ketika Remus menyikutnya karena tebakannya benar, "jadi tepat, eh?"

Remus memutar mata meski dia mengukir senyuman geli, "Ya ya ya," tanggapnya.

Sirius mengacak surai kecoklatan Remus, "Kau harus mengakuinya, Moony," canda Sirius merangkul Remus dibalas kekehan lagi.

"Aku mengakuinya tadi," Remus membiarkan pemuda itu memeluknya sekarang.

"Benarkah?" Sirius menarik hidung Remus gemas, disambut protesan pelan dari yang bersangkutan. "Acuh sekali pengakuanmu tadi," ujarnya kemudian melingkarkan tangan di pinggang kecil Remus, agak posesif.

Remus memutar mata sekian kalinya, "Aku tak mungkin mengatakan 'aku betah melihat bintang Sirius karena aku menyukai Sirius', kan?"

Entah mengapa, wajah kedua pemuda itu langsung merona, apalagi Remus yang mengatakannya sendiri merasakan pipinya sangat panas. Sirius tertawa kikuk, mengelus tengkuknya gugup sementara Remus ingin mengubur dirinya dalam-dalam di dekat Pohon Dedalu Perkasa. Mereka berakhir saling berdiam diri, agak canggung satu sama lain walau Remus menyumpah serapah dalam hati akibat kecerobohannya tadi.

"Well, uh," Sirius memutuskan bersuara, "bagaimana kalau kita tidur dan meminta James agar kita ikut kunjungan Hogsmeade minggu ini dan berkencan?"

"Apa?" Remus hampir saja gagal menahan pekikan kagetnya.

"Aku hanya bercanda," balas Sirius nyengir, "tapi kau mau, kan? Lumayan berkencan di akhir pekan loh."

Remus memukul bahu Sirius, tidak ingin mengetahui betapa merah wajahnya sekarang, "Sebaiknya kita tidur saja."

"Kemudian berkencan?"

"Sirius!"

"Ayolah, Moony? Sekali saja, ya? Mungkin kau bakalan suka kencan kita gitu."

"E-eh, uhm, baiklah–hanya sekali saja!"

"Percayalah kau akan suka dan meminta kencan lain!"

Dengan begitu, Sirius mengikuti Remus ke tempat tidur sembari bersiul riang sedangkan Remus masih mencoba menetralkan jantungnya yang berdegup kencang, meski dia juga menantikan kencan mereka nanti.

.

.

End

A/N: wahaha--saya berhasil bikin fanfic NOTP saya tanpa kendala kayak banting meja dulu xD SBRL memang unyu sih tapi saya lihat mereka sebagai bromance doang uwu beda cerita untuk RLSB yang memang OTP terkyut saya- 

Tetap nantikan chapter berikutnya!

Love,

Hansel.

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang