Don't Kill Him!

658 45 10
                                    

Disclaimer: J.K Rowling

Warning: Founders Dark!AU, AR, no magic, boys love, girls love

=o^o=

.

Godric orang yang paling jahil di antara mereka berempat, terkadang jahilnya sudah tidak bisa ditolong lagi, saking isengnya dia. Godric bisa mengganti suasana yang pertamanya sangat tegang ataupun serius, menjadi cair seketika. Salah satu keahliannya memang, sampai terbawa-bawa ketika dia menjalani misi pembunuhannya.

"Tidak seru kalau membunuh dalam hening, Ro!"

Itulah jawaban Godric ketika Rowena bertanya mengapa Godric tidak membunuh korbannya dalam diam dan cepat, tidak banyak bicara.

"Tapi tetap saja lebih enak saat keadaannya sunyi, kan?" Rowena masih bertanya tentang hal itu, mengkerutkan dahi tak suka melihat cengiran menyebalkan pemuda tersebut.

Godric tertawa, "Kau saja kali yang menganggapnya enak, kau kan mematikan pasienmu saat mereka dalam pengaruh bius," jawab Godric santai, menjungkitkan kaki kursi ke belakang dan menaruh kakinya di atas meja.

"Jaga etikamu," Salazar memukul kepala Godric memakai bukunya, membuat Godric mengaduh dan menggerutu tak jelas, mau tak mau menurunkan kakinya. "Tapi yang dikatakan Godric ada benarnya, aku ragu kau bahkan akan membunuh kami ketika tidur," lanjut Salazar kemudian.

"Hmp, seperti aku mau saja melakukannya," tanggap Rowena ketus, menutup kamus kedokteran di pangkuannya.

"Dan aku ragu kau tak mau melakukannya, kau mungkin bisa menyuruh Helga menambahkan racun dalam makananku dan Godric," balas Salazar tajam, pura-pura memasang ekspresi curiga.

Rowena mendecak malas, "Diam atau kulempar kamus ini pada wajah sialanmu."

"Oh, begitu?"

Godric kemudian tertawa kencang melihat Rowena benar-benar melempar kamus tebal itu ke arah Salazar, pas di wajah pria bermarga Slytherin tersebut, tawanya baru mereda ketika Salazar menatapnya mengancam seusai merintih kesakitan.

"Dokter tak tahu diri."

"Hakim yang tak berkaca."

"Ada yang tahu di mana syalku?"

"Sy–apa?"

Ketiganya menoleh pada Helga yang mendadak muncul di belakang Godric, nampak bingung akan keberadaan syal kesayangannya. Rowena dan Salazar yang tadi sempat bertengkar kemudian bertukar pandangan bingung, serentak menggeleng pada gadis tersebut, sedangkan Godric hanya menahan senyum anehnya.

"Syal," Helga mengulang perkataannya khawatir, "syal yang dulu pernah Ro berikan padaku. Di mana?"

"Aku tak melihatnya, maaf," Salazar mengangkat bahu, dia memang tak tahu-menahu tentang hilangnya syal Helga. "Kenapa kau tak memakai syal milik yang lain dulu?"

Helga menggeleng, "Tidak, aku ingin syal pemberian Rowena! Karena syal itu pasti mengandung banyak cinta Rowena padaku!" Helga bersikeras, tampak ingin menangis.

"Kau tak mempengaruhinya dengan obat-obatan, kan?" bisik Godric ke Rowena, niatnya ingin bercanda tapi dia malah mendapat tatapan mengerikan dari Rowena.

"Shh, sayang, tak apa," balas Rowena menepuk-nepuk kepala Helga lembut, "coba kau cari di kamar Godric, pasti dia yang menyembunyikannya," saran Rowena dibalas anggukan Helga.

"Kenapa malah aku?" protes Godric keras, menggembungkan pipinya kesal.

Rowena menatap Godric nyalang, "Jangan pikir aku tak tahu kalau kaulah yang menyembunyikannya, mengingat kau yang paling sering berbuat ulah."

"Masuk akal," Salazar menimpali perkataan Rowena, "dia tak salah, 'Ric. Jika memang kau pelakunya, siap-siap saja, Helga akan membunuhmu."

Godric lalu tersenyum percaya diri, "Meski dia yandere sekalipun, dia takkan melukaiku hanya karena itu, lihat saja," ujarnya sombong.

Pria itu mendengus geli mendengar balasan Godric, "Dan kami," dia menunjuk dirinya dan Rowena, "sangat meragukannya."

"Huh? Kenapa?"

Tepat setelah Godric mengatakannya, dia berjengit kaget merasakan tepukan keras di bahunya dari belakang, memegang erat bahunya seakan ingin mematahkannya. Godric menoleh ke belakangnya tak yakin, was-was dan sedikit takut. Kembali berjengit melihat Helga kini memakai syal berwarna kuning dengan garis hitam miliknya sambil tersenyum manis, sangat manis.

Tapi auranya tidak.

"O-oh, hey Helga," sapa Godric nyengir gugup melihat pisau lipat yang mengkilap di tangan Helga, "jadi kau sudah men–"

"KEMARI KAU DASAR BRENGSEK!"

"H-HIIII MAAFKAN AKU!" Godric menjerit takut menghindari ujung pisau yang diayunkan Helga padanya berkali-kali, segera melompati sofa untuk kabur dari Helga yang mengamuk–Helga tetap mengejarnya tentu.

"JANGAN LARI!"

"K-KUBILANG MAAFKAN AKUU!"

"KAU MENYEMBUNYIKAN SYALKU YANG PALING ISTIMEWA!"

"AKU TAKKAN MENGULANIGNYA! AKU BERJANJI AKU TAKKAN–GYAAA! JAUHKAN PISAU ITU!"

"Dan karena itu jangan main-main dengan seorang yandere." Salazar mengangguk santai mendengar pernyataan Rowena, malahan membaca buku yang dia pegang.

"Jangan membunuhnya, Helga!" Tegur Salazar keras mendengar kerusuhan di dapur, "atau aku nanti menjebloskan Rowena ke penjara!"

"Kau takkan berani melakukannya, hakim sialan!" Rowena membalas kesal.

"HELGA–HELGA STOP! STOP! AMPUNI AKU!"

"NEVER, YOU SON OF A–"

Kadang kejahilan Godric yang di ambang batas bahkan bisa membuat Godric sendiri terbunuh, tapi tak pernah membuatnya jera sekalipun untuk berhenti melakukannya.

.

.

End

A/N: ini adalah salah satu chapter fanfic 'Everything Is Fine If You Pay Anything' saya yang saya publish di Fanfiction, di akun Fanfiction saya sudah ada beberapa chapter bertemakan Founders Dark!AU di mana bisa kalian lihat secara ringkas di atas. Helga seorang yandere di sini, kalau kalian tertarik baca lebih jauh, bisa berkunjung ke akun Fanfiction saya dan membacanya :D

Nantikan Chapter selanjutnya!

Love,

Hansel.

.

Omake

Hari itu berakhir dengan Helga yang memburu Godric untuk membunuh pemuda itu, sedangkan Salazar dan Rowena bertengkar sendiri tentang hal lain yang tak ada sangkut pautnya dengan kekasih mereka.

Berakhir Rowena yang mengobati Godric, Helga yang tersenyum senang, dan Salazar yang sibuk meminum kopi sambil membaca buku seperti semula.

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang