Challenge Accepted!

758 57 26
                                    

Disclaimer: J.K Rowling

Warning: boys love, french kiss alert

.

=o^o=

.

Semua orang tahu kalau Godric Gryffindor, sang singa dari Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry, duelis terbaik dari ketiga Founders yang menggunakan pedang sebagai senjata andalan, dan sebagai Master Ramuan yang berpengaruh di Hogwarts maupun tempat lain, tidak lain adalah seorang bottom. Lelaki itu mungkin bisa melakukan segalanya, tapi berhadapan dengan Salazar Slytherin–yang notabene ialah kekasihnya–saja membuatnya salah tingkah.

Jangan salahkan Godric, salahkan penampilannya yang berbeda dari laki-laki lain sejak lahir. Orang yang mahir bermain pedang atau senjata apapun itu pasti memiliki bentuk tubuh yang atletik dan bagus, tapi tidak dengan Godric, tidak. Badannya kecil, ramping, tak terlalu berisi, bahkan perutnya memiliki garis perut yang rata, tidak ber-abs seperti Salazar. Ditambah surai merah kecoklatannya yang kini sepanjang tengkuk, mata bulat beriris merah rubi yang menampilkan semangat tiada akhir, pipi chubby yang menggemaskan untuk dicubit dan bibir tipis sewarna kelopak mawar.

Godric tak menginginkan fisik tubuhnya seperti ini, dia ingin seperti Salazar yang bertubuh tegap dan tinggi, badan berisi yang dilengkapi perut ber-sixpack, berwajah tampan–Godric mau tak mau mengakui Salazar memang tampan–dengan mata tajam beriris hijau pucat serta bersurai perak pendek sedikit berantakan. Godric iri pada Salazar! Bagi Godric, Salazar sangat top-ish sekali daripada dirinya yang bottom.

Sisi enaknya menjadi kekasih Salazar, Godric suka diperhatikan dan kadang dimanja oleh pria bermarga Slytherin itu, meski tak jarang Salazar mengejeknya. Sisi tak enaknya? Godric harus berjinjit tinggi-tinggi hanya untuk mencium Salazar, Salazar is so damn tall than him! Godric selalu menyumpah serapah jika Salazar sudah menyinggung tinggi badannya, sekali lagi ditekankan; Godric tak menginginkan fisik tubuhnya seperti ini! Bloody hell, bahkan tinggi Rowena saja hampir menyamainya.

Tapi Godric yakin, Helga merasakan apa yang dia rasakan. Sesama bottom harus mengerti satu sama lain akan penderitaan masing-masing dengan pasangan mereka, tentunya.

Hari ini Godric berjalan-jalan di dekat Danau Hitam untuk melepaskan penat setelah seharian penuh berada di kantornya memeriksa esai para murid. Menendang kerikil-kerikil yang ada di tepi Danau Hitam malas, suasana sore tak membiarkan siswa-siswi menolak berada di sini, menikmati matahari yang setengah tenggelam. Setidaknya itu yang Godric lakukan jika saja dari kejauhan, kedua sahabat wanitanya tak memanggilnya.

"Godric!" Panggil Helga melambai riang padanya.

"Hei kalian berdua," sapa Godric tersenyum pada Rowena dan Helga sebentar, "ada apa?"

"Kau mau tantangan?" tanya Rowena yang sejak tadi menyungging smirk jahil di wajah cantiknya, Helga ikut menarik sudut mulutnya ke atas meski sedikit berkedut karena menahan tawa.

Godric curiga, "Tantangan apa?" dia ragu pada tantangan yang dimaksud Rowena, wanita cerdas itu pasti memiliki niat tersembunyi bersama Helga.

"Well," jawab Rowena sambil melebarkan smirk miliknya, membuat Godric tambah curiga, "kami tantang kau, untuk bisa menjadi dominan Salazar."

Godric mengetahuinya. 

Dia tahu kedua wanita itu menyembunyikan niat tertentu mereka sedetik setelah mereka bilang ingin memberikannya tantangan!

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang