Part 19. Spineless

284 17 13
                                    

Datang juga, masih adakah yang menunggu?.

Oke, tinggal beberapa chapter lagi. so tunggu endingnya aja, ya walaupun gak cepet-cepet banget sih, akhir- akhir ini suflo kurang menambahkan adegan sweet jadi di chapter berikutnya suflo janji.

Dan jangan lupa vote dan comment, tolong hargai suflo, love you.

**





Hana Pov

"sudah?"

"apa kau yakin, ini tak apa-apa?" aku mendengus jengah, tanpa basa-basi lagi mendorongnya beserta tas besarnya untuk keluar dari kamar ini. aku juga sempat melihat refleks tubuhnya yang menegang, seberapa buruk yang dilakukan si wojin keparat itu padanya?.

Kugerakan kakiku lebih cepat untuk berganti posisi didepan seolbi, sesaat mengetahui wojin berdiri didepan pintunya, menyenderkan tubuhnya lalu tersenyum kecil.

"aku akan membawanya kerumahku" acuhku sambil mengibas-ngibaskan tanganku agar dia menjauh, dia sempat terkikih sebentar.

"dan atas ijin siapa itu, Bae hana" ucapnya dengan nada rendah, tentu aku tau resiko apa yang mungkin akan kuterima mengingat wojin tak main-main kalau menyangkut seolbi. tapi yah, mana mungkin dia membunuku, iyakan?, atau memang dia akan membunuhku cih what ever.

"aku tak butuh ijin darimu" desisku, langsung menarik tangan seolbi lalu segera mungkin berjalan pergi dari sini, seolbi sendiri dari tadi hanya diam mengekoriku. Kurasa wajahnya sedikit memucat, dan tangannya cukup dingin saat kugenggam.

Saat kami sudah cukup jauh, seolbi dengan tiba-tiba menarik tanganya lalu menatapku dengan linangan air mata. Lho, kenapa dia menangis? Oh astaga dia sangat merepotkan.

"wojin kelihatan sangat marah, memang sebaiknya aku tak pergi" cicitnya yang berhasil membuatku naik pitam.

"KAU INI IDIOT ATAU APA!!!" oke, aku benar-benar marah menyadari kebodohannya, Apa dia itu memang sebodoh ini?. aku mendengus lelah, dan dia menunduk dalam karnanya, what the fuck, aku baru menyadari punya teman sejenisnya ini sangat menguras tenaga.

"sudahlah, aku tau kau tipe gadis bodoh. Tapi aku tanya, apa kau suka disana? Ingin terus tinggal disana?"

Dia mengeleng kecil sebagai jawaban pertanyaanku.

"lalu apa kau juga tak pernah terpikir untuk kabur dari sana?"

Dia terdiam, dan aku tau kalau jawabannya dari reaksinya yang mengigit bibir bagian bawahnya.

"kalau begitu apa masalahmu?, sudah kubilang aku akan membantumu. bukankah itu yang kujanjikan dulu"



.



.



.



"kau bisa tinggal disini selama yang kau mau" ucapku sambil mendudukan diri dikasur king size kamar tamuku yang sempat ia tinggali beberapa waktu lalu.

"terimana kasih, aku tak tau harus berbuat apa untuk membalas semua kebagikanmu" tuturnya pelan, sepertinya dia bersungguh-sungguh soal berterima kasih.

Menyedihkan, aku menolongnya karna dia sangat menyedihkan.

"kau tak perlu berbuat apa-apa, aku tak meminta balasanmu" clotehku acuh, selanjutnya menghela nafas. Memberikan dia sebotol air minum yang kusimpan dari dalam tas kecilku, kelihatnya dia kehausan dan kelelahan. setelah dia mengucapkan terima kasih dan berusaha membuka tutup botol minumnya aku memutuskan bertanya sesuatu padanya .

BECAUSE I'M BAD GIRLWhere stories live. Discover now