Seventeen

4.8K 472 6
                                    

Pria itu sedikit terkejut ketika siraman air itu ia terima. Membuatnya kini membuka matanya dan tersadar dari pingsannya. Kedua matanya kini mengernyit ketika cahaya lampu mulai masuk ke dalam penglihatannya. Lalu pandangannya terhenti pada seseorang yang baru saja menyiram wajahnya. Masih tak terlalu terlihat jelas di penglihatannya bagaimana rupa sosok itu.

"Dimana ini?" Lirihnya. Menatap pada sosok itu yang kini berbalik membelakanginya dan beranjak menjauh. Ia tak tahu apa yang dilakukan sosok yang ia lihat sebagai gadis. Melihat dari bentuk tubuhnya yang sedikit lebih kecil. Namun merasa tak asing dengan sosok itu pula.

Lalu ingatannya membawanya pada apa yang terjadi pada dirinya. Membuatnya kini menatap dengan amarahnya pada sosok gadis itu.

"Siapa kau?" Terdengar jika ia pada puncak amarahnya. Belum lagi, ia baru menyadari jika tubuhnya kini benar-benar diikat dengan cukup kuat. Membuatnya sedikit memberontak hanya untuk memberitahu pada sosok itu bahwa ia perlu dilepaskan.

"Lepaskan aku. Siapa kau dan dimana ini?"

"Tenanglah, Taehyung."

Suara itu. Taehyung mengenal suara itu. Dan keterkejutannya semakin bertambah ketika mendapati sosok itu kembali berjalan mendekat padanya.

"Wae? Kau terkejut?"

"Jennie? Apa maksud semua ini?"

Gadis itu tak langsung menjawabnya. Hanya kini mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan layarnya pada Taehyung. Membuat atensi pria itu kini beralih pada ponsel itu.

Disana. Ia melihat Jisoo. Terbaring di atas sebuah tempat tidur dengan kedua matanya yang tertutup. Pria itu bahkan tak tahu, kamar siapa yang sedang gadis itu tempati.

"Kurasa, ini sudah cukup."

Jennie menjauhkan kembali ponselnya. Memasukkan kembali pada tempatnya.

"Apa yang kau lakukan? Dan apa maksud dari semua ini?"

"Kupikir, kau cukup pintar untuk menyadari semuanya saat ini."

Taehyung terdiam. Kini mulai mencoba untuk mengerti apa yang baru saja Jennie katakan. Raut wajahnya kini mulai terkejut. Membuat sebuah senyuman tipis tampak di wajah gadis itu.

"Kau, kau bersama Jungkook..."

Jennie hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman. Menarik satu buah kursi kayu yang ada di dekat sana agar ia bisa duduk berhadapan dengan Taehyung.

"Aku tidak tahu jika kau cepat sekali mengerti. Kau tahu? Sedikit lelah harus berpura-pura menjadi teman Jisoo dan dirimu."

"Apa salah Jisoo padamu? Dia tak punya sahabat yang lebih baik selain dirimu. Tapi apa sekarang yang kau lakukan padanya? Melakukan semua ini dengan Jungkook? Kau gila, Jennie."

"Aku memang gila."

Suara gadis itu meninggi. Dengan raut wajah seolah yang kini menahan tangisnya. Dan melihat itu semua, Taehyung yakin jika Jennie melakukan semua ini pastilah memiliki sebuah alasan.

Jungkook dan Jennie adalah dua orang yang tak saling mengenal. Begitulah seingatnya. Pertama kali mereka bertemu ketika Jisoo mengenalkan Jennie pada dirinya. Bahkan Jennie sama sekali belum pernah bertemu dengan semua teman-temannya yang lain. Taehyung bahkan sampai saat ini tak mengira jika Jennie juga ikut dalam masalah ini.

"Kau tak tahu apapun. Jadi jangan pernah bersikap seolah kau tak adil disini. Aku yang paling merasa tak adil disini."

Gadis itu masih membentak. Seolah meluapkan emosinya yang sudah lama ia pendam.

"Lepaskan Jisoo. Dia tak tahu apapun."

"Kau pikir aku mau melepaskannya? Dialah penyebab aku menjadi seperti ini. Mengikuti semua apa yang Jungkook suruh. Menjadi temannya dan seolah aku adalah orang yang paling dipercaya bagi Jisoo."

Taehyung semakin tak mengerti. "Apa maksudmu?"

"Aku menyukai Jungkook. Tapi dia menolakku dan mengatakan jika dia begitu mencintai Jisoo. Dan satu-satunya cara agar dia mau menerimaku adalah dengan semua ini. Mengikuti apa saja yang dia perintahkan."

Taehyung terkejut. Tentu saja. Satu lagi fakta ia ketahui saat ini. Sial, ia bahkan tak pernah berpikir jika Jennie juga akan ikut dalam masalah ini. Pria itu menatap pada Jennie disana yang masih dalam emosinya. Melawan Jennie haruslah dalam kondisi tenang. Karena gadis itu sedang dalam keadaan dimana dia tak akan mau mendengarkan perkataan orang lain sebelum tujuannya tercapai.

"Jennie, dengarkan aku. Aku bisa membantumu jika yang kau inginkan adalah Jungkook. Bukan dengan cara seperti ini kau melakukannya. Jisoo bahkan sudah menganggapmu sebagai saudara kandung. Apa kau benar-benar tega menghancurkan persahabatan kalian hanya karena masalah ini?"

"Sudah kukatakan kau tak tahu apapun. Dan jangan ungkit masalah itu lagi padaku."

Dan selanjutnya adalah Jennie yang mengeluarkan kembali ponselnya. Menelpon seseorang disana.

"Hmm. Cepat kemari." Dan panggilan itu berakhir bersamaan dengan Jennie yang berlalu dari sana.

"Jennie, dengarkan aku. Kau harus lepaskan Jisoo. Dia tak tahu apapun."

Tapi seolah tuli, bahkan Jennie tak mendengarkan ucapan-ucapan Taehyung yang terus saja meyakinkannya. Namun tetap, gadis itu tak akan pernah merubah apa yang sudah ia lakukan sampai sejauh ini.

.

.

"Tidak perlu takut seperti itu. Karena kita akan bersenang-senang malam ini."

Jisoo semakin dibuat takut ketika ucapan itu terdengar olehnya. Melihat langkah Jungkook yang kini mendekat padanya. Membuatnya berjalan mundur karena ketakutannya.

"A-Apa yang kau lakukan? Menjauh dariku. Atau aku akan berteriak sekarang."

"Berteriaklah sekeras yang kau mau, sayang. Jika perlu, berteriaklah ketika aku memasukimu dengan keras nanti."

Jisoo semakin ketakutan karena ucapan itu. Dan lebih sial baginya karena langkahnya harus terhenti ketika ia bisa merasakan jika tempat tidur yang ada di kamar itu kini telah dibelakangnya. Membuatnya terpekik dan jatuh terduduk di atasnya.

Dan kesempatan itu tak dilewatkan Jungkook. Mendorong gadis itu agar berada di tengah ranjang dengan dirinya yang kini berada di atas tubuh Jisoo. Mengunci gadis itu dalam kuasanya.

"Lepaskan aku. Apa yang ingin kau lakukan?"

"Kau pikir apa? Kau tak tahu berapa lama aku menunggu untuk bisa berada disini bersamamu? Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja?"

Dengan perlawanannya, Jisoo berusaha untuk melepaskan diri dari Jungkook yang bahkan tak mengendurkan genggamannya pada kedua tangannya. Dan semakin membuatnya frustasi karena kedua tangannya kini dengan mudahnya diikat oleh sebuah kain yang bahkan Jisoo tak tahu kapan Jungkook mengambilnya. Mengikatkanya pada kepala ranjang. Semakin membuatnya terlihat tak berdaya.

Gadis itu masih mencoba melawan. Bahkan ketika kedua tangan besar itu kini mencoba untuk membuka satu persatu anak kancing kemeja yang ia kenakan. Jisoo menggeleng. Bahkan tanpa bisa ia tahan, sebulir airmata jatuh begitu saja membasahi pipinya.

Keadaannya saat ini tampaklah tak berdaya. Belum lagi seluruh tenaganya seolah terkuras habis karena perlawanannya yang terus menerus. Dirinya seolah terlihat sangat pasrah dan membuatnya menambah kembali buliran airmatanya.

Taehyung.

Hanya nama itu yang terus ia gumamkan dalam hatinya. Berharap pria itu akan datang dan menyelamatkannya. Namun mengingat kembali apa yang Jungkook tunjukkan padanya, ia bahkan menganggap mustahil jika pria itu akan datang kemari.

Gadis itu terkesiap ketika Jungkook mengcengkram wajahnya. Menghadapkannya dengan pria itu yang membuat Jisoo menutup matanya karena tubuh atas pria itu terpampang dihadapannya.

"Kau harus mengingat malam ini, Jisoo. Malam dimana akhirnya aku akan menjadikanmu milikku."


--To Be Continued--

dear, love ❌ vsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang