Violet terheran-heran melihat tak ada satu pun anggota keluarga Pak Teguh yang menunjukkan wajah sedih.
Istri Pak Teguh bernama Bu Dhani, seorang perempuan berusia lima puluh lima tahun yang berwajah ketus.
Perempuan itu sama sekali tidak terlihat berduka mengetahui suaminya telah meninggal. Dia baru datang ke rumah sakit setelah Violet meneleponnya mengabarkan kematian suaminya.
Selama dua hari Pak Teguh dirawat, sekali pun Bu Dhani tidak pernah datang menjenguk. Bahkan yang mengantar Pak Teguh ke rumah sakit bukan anak atau istrinya, melainkan sopirnya.
Bu Dhani tidak menangis. Dandanannya full make up di waktu sepagi ini. Ekspresi wajahnya dingin dan kaku.
Selain Bu Dhani, dua anak Pak Teguh juga datang. Anak pertama seorang laki-laki berusia tiga puluh tahun. Dia juga tidak terlihat sedih, ekspresi wajahnya justru seperti menyimpan kemarahan.
Anak kedua seorang perempuan berusia dua puluh lima tahun. Dia pun tidak menangis. Sepertinya tidak betah berlama-lama di sini. Sebentar-sebentar mengecek ponselnya. Seolah dia dipaksa datang ke sini.
Sikap tidak bersahabat keluarga Pak Teguh itu membuat Violet ragu ingin menyampaikan pesan terakhir Pak Teguh. Tapi dia harus mengatakannya.
"Permisi, Bu Dhani. Saya Suster Violet yang tadi menelepon Ibu. Ada yang ingin saya sampaikan. Pak Teguh menyampaikan pesan untuk ibu dan anak-anaknya sebelum beliau wafat," ucap Violet sopan. Akhirnya dia memberanikan diri mendekati istri Pak Teguh dan bicara padanya.
Bu Dhani menoleh pada Violet. Keningnya berkernyit.
"Pesan apa? Saya nggak butuh pesan dari dia. Saya datang ke sini cuma pengin cepat-cepat bawa dia pulang dan dapat surat pernyataan kematiannya," katanya dengan suara sedikit ketus.
Violet menanggapi dengan sabar.
"Pesannya nggak banyak. Pak Teguh cuma bilang, tolong sampaikan permintaan maafnya pada istri dan anak-anaknya."
Violet tetap menyampaikan pesan itu walau Bu Dhani tampak enggan mendengarnya.
Bu Dhani menggerakkan ujung bibirnya hingga memberi kesan sinis.
"Dia cuma bilang begitu? Setelah dia bikin hancur keluarganya sendiri, sudah mau mati baru bilang maaf?"
Violet terhenyak, tak menyangka reaksi Bu Dhani akan seperti itu.
"Iya, Pak Teguh cuma bilang begitu, Bu. Sekali lagi saya ucapkan ikut berbelasungkawa. Permisi, Bu."
Violet pun menjauh. Walau istri Pak Teguh bersikap tak peduli, Violet lega sudah menyampaikan pesan yang dititipkan padanya.
Tugasnya sudah berakhir sejak empat jam lalu, tapi Violet masih berada di sini menunggu keluarga Pak Teguh datang supaya dia bisa menyampaikan pesan yang diamanahkan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka Sudah Mati (Judul awal : ROH) Telah Terbit Dan Akan Difilmkan
Terror#1 in horror/28/12/2018 Cerita ini awalnya dulu berjudul ROH, sekarang diganti menjadi MEREKA SUDAH MATI. SINOPSIS : Sejak pernah hampir tenggelam di sebuah danau di desa kakeknya dan ditolong sesosok pemuda misterius, Violet memiliki kemampuan tak...