XXXIV. Mark

720 62 6
                                    

"Ugh... ah, Chaeyoung...."

Seungyoon kembali berusaha untuk bicara dan mengatur napasnya.

Namun, Rose belum berhenti mencium leher Seungyoon. Ia seakan tidak peduli dengan panggilan Seungyoon. Ia pun berusaha memperkecil jarak mereka dengan berpindah duduk di atas pangkuan Seungyoon.

Jemarinya pun semakin aktif mengacak-acak rambut Seungyoon.

Meskipun cukup menikmatinya, Seungyoon merasa ada amarah yang ingin diluapkan oleh Rose. Oleh karena itu, ia berusaha mengumpulkan tenaganya untuk menghentikan gadis itu.

Dengan kedua tangannya, Seungyoon memegang bahu Rose hingga bibir Rose lepas dari lehernya.

"Chaeyoung-ah... ayo bicara," ajak Seungyoon.

"I left my mark!" kata Rose sambil menunjuk bagian leher yang sejak tadi menjadi fokus sasaran bibirnya.

"Ah, aku mengerti. Apa tadi kau kesal dengan Jennie?" tanya Seungyoon dengan hati-hati sambil merapikan rambut Rose yang menutupi wajahnya.

"Tentu. Aku kesal sekali, padahal Unnie tau kalau Oppa pacarku! Terus, kenapa Oppa juga diam saja dan tidak berusaha menghentikannya? Apakah kalian sudah melakukan macam-macam yang aku tidak tahu? Kenapa Jennie Unnie bisa tertarik dengan Oppa?" Rose mengeluarkan isi hatinya yang kemudian diikuti dengan tangis.

Seungyoon masih diam. Ia memutuskan untuk menenangkan Rose terlebih dahulu. Ia mendekap gadis itu dan menepuk-nepuk punggungnya sesekali agar ia tenang.

Namun, Rose justru menangis lebih kencang. Air matanya mulai membasahi kemeja yang dikenakan Seungyoon.

"Huwaaaa... kenapaaaa...." teriak Rose kesal.

Cup!

Tanpa Rose duga, Seungyoon mencium pipi kiri Rose. Rose mulai berhenti menangis.

Lalu, ia berkata, "Jangan cium akuuu."

"Kenapa?" tanya Seungyoon.

"Hiks, ada air mataku. Apa pipiku terasa asin?" Tanya Rose lugu.

"Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha," Seungyoon tertawa terbahak-bahak.

"Jangan tertawa. Aku serius. Jangan cium aku," kata Rose lagi.

"Iya, asin," kata Seungyoon sambil mencubit pipi Rose.

Mendengar jawaban Seungyoon, Rose menjadi gelagapan dan buru-buru menghapus air mata dari kedua pipinya.

"Kenapa buru-buru sekali menghapusnya? Sudah selesai menangis?" tanya Seungyoon dengan nada meledek.

"Sudah!"

"Berarti sudah boleh dicium?" tanya Seungyoon.

"Tidak. Aku tidak mau," kata Rose dengan nada datar sambil memalingkan wajahnya dari Seungyoon.

"Lalu, aku harus bagaimana? Pacarku menolak dicium, tapi ia duduk di pangkuanku...."

Rose mulai merasa malu. Sejenak ia lupa bahwa saat ini ia sedang duduk di pngkuan Seungyoon. Ia pun mulai menarik diri untuk kembali duduk di bangku sebelah Seungyoon. Namun, dengan sigap Seungyoon mencegahnya.

"Tidak apa. Di sini saja sambil dengarkan penjelasanku," kata Seungyoon.

Rose tiba-tiba merasa canggung karena nada bicara Seungyoon terdengar serius. Selain itu, ia belum pernah seberani ini untuk duduk di pangkuan seorang laki-laki. Entah apa yang ada di pikirannya tadi ketika ia berani-beraninya duduk di sini dan meninggalkan kiss mark yang masih terlihat sangat merah di leher Seungyoon.

"Aku akan berusaha jujur denganmu. Aku tahu Jennie bersikap aneh padaku, tapi aku tidak begitu paham dengan sikapnya. Kemarin malam, ia juga menghubungiku...."

"Apa? Kemarin malam? Kemarin malam kan Jennie Unnie tidak pulang ke rumah. Apa ia bersama Oppa semalaman?" tanya Rose dengan nada suara yang meninggi.

"Tunggu, aku belum selesai...."

Sambil berusaha melanjutkan ucapannya, tangan Seungyoon mulai menyentuh bagian paha Rose yang tidak tertutup dengan celana jeansnya. Ia merabanya dengan lembut, tapi Rose tidak peduli. Ia lebih peduli mendengar kelanjutan penjelasan Seungyoon.

"Jadi, Jennie menghubungiku semalam. Sepertinya ia mabuk, lalu minta dijemput. Setelah kujemput, ia menolak untuk diantar ke dorm. Akhirnya, aku menemaninya tidur di mobil...."

Tiba-tiba Rose menghentikan gerak tangan Seungyoon yang dari tadi menyentuh pahanya. Tanpa pikir panjang lagi, Rose pun langsung pindah ke tempat duduk di sebelah Seungyoon.

"Chaeyoung, sayang...." Seungyoon berusaha meminta perhatian Rose kembali.

"Tidak usah dilanjutkan kalau keterlaluan," pinta Rose.

"Tidak, tidak! Kami tidak melakukan apa-apa! Aku bersumpah!" kata Seungyoon panik.

"Apa perkataan Oppa bisa dipercaya?" tanya Rose sambil menunduk. Ia tidak punya keberanian untuk mencari kebenaran dari raut wajah atau tatapan mata Seungyoon.

"Aku tidak memaksamu, tetapi aku telah menyampaikan semuanya dengan jujur," ungkap Seungyoon.

"Ok, selanjutnya aku hanya perlu penjelasan dari Jennie Unnie," kata Rose.

Mendengar jawaban itu, Seungyoon pun segera meraih tangan Rose untuk mengecupnya.

"Terima kasih, Park Chaeyoung. Sekarang, ayo kuantar pulang."

Maknae's Love Story ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang