XVIII. Dorm

728 84 5
                                    

"Binnie, sedang apa di sini?" Seungyoon mencoba bertanya dengan tenang.

"Aku? Dorm grupku baru pindah ke sini. Kami tinggal di tower sebelah sana!" ungkap Binnie sambil menunjuk pada tower di dekat lapangan basket.

"Tower C? Dorm Winner juga di sana," balas Seungyoon.

"Oh, ya, benarkah? Kalau begitu kita tetangga ya, Sunbaenim. Hmm, apakah Blackpink juga tinggal di sana?" tanya Binnie pada Rose.

Rose yang mulai merasa tidak nyaman dengan kehadiran Binnie tetap berusah tenang. Walaupun dalam hatinya kesal karena waktunya bersama Seungyoon terganggu, ia mencoba tetap tersenyum.

"Yaa, tapi dorm Blackpink ada di tower A," jawab Rose sambil tersenyum.

"Benarkah? Wah, sayang sekali ya..." ucap Binnie.

Apa? Sayang sekali? Rose berusaha menerka maksud ucapan Binnie. Apakah itu sindiran atau Binnie berusaha menjatuhkan mentalnya.

Kemudian, Binnie kembali berkata, "Kalau begitu, ayo kita kembali ke dorm kita, Sunbaenim," ajak Binnie sambil menatap Seungyoon dengan mata berbinar.

Dorm apa? Dorm kita? Rose semakin memanas. Tidak cukup sampai di situ, Rose melihat Binnie menggandeng tangan Seungyoon untuk beranjak pergi dan melambaikan tangan.

"Sampai jumpa lagi, Rose!" kata Binnie dengan nada ceria.

Menjengkelkan. Kata itulah yang pantas menggambarkan pemandangan yang dilihat Rose. Binnie menarik tangan Seungyoon pergi dengan semaunya. Tapi, Seungyoon pun tidak menolak dan hanya bungkam.

Rasa jengkel itu pun kemudian berubah jadi rasa kecewa.


Malam hari, ketika sedang asik menonton serial Netflix bersama Lisa di ruang tengah, Rose mendapat banyak pesan di ponselnya.

*TRIING, TRIING, TRIING*

"Duh, Chaeyoung, dari siapa sih, tuh? Berisik tau," kata Lisa kesal karena merasa suara ponsel Rose mengganggu konsentrasinya menonton TV.

"It's probably spam. Sorry...." kata Rose.

Tanpa melihat ke layar ponselnya, Rose yakin bahwa pesan-pesan itu dikirim oleh Seungyoon. Namun, ia sama sekali tidak berniat untuk melihatnya. Rose hanya menggapai ponselnya untuk mengaktifkan tombol "mute", sehingga ponselnya berhenti bersuara.

Lalu, ia duduk bersandar di pundak Lisa. Matanya menatap layar TV di depannya, tapi pikirannya masih membayangkan kejadian tadi—mulai dari kejadian yang membuatnya bahagia hingga kejadian yang membuatnya kecewa.

Harusnya hari ini berhenti sampai kejadian di taman saja, pikir Rose. Atau harusnya kami kembali ke dorm lebih cepat agar tidak bertemu dengan orang itu....

Maknae's Love Story ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang