XXVI. Sini

581 67 4
                                    

Untuk berjaga-jaga, sebelum masuk ke restoran, Seungyoon kembali mengenakan maskernya. Sementara Rose meminjam topi Seungyoon dan mengangkat turtle neck yang dipakainya untuk menutupi setengah wajahnya.

Ketika sampai di pintu restoran, seorang pelayan telah menyambut mereka.

"Selamat datang. Apakah Anda sudah reservasi?"

"Belum. Apa masih ada tempat di ruang VIP?"

"Masih, mari saya antar."

Pelayan itu pun mengantar mereka menuju ke lantai dua. Di lantai tersebut, pelayan mempersilakan mereka untuk masuk ke sebuah ruangan.

Ruangan VIP itu tidak terlalu besar. Di dalamnya, hanya ada satu meja dan dua kursi. Namun, ada balkon kecil yang dapat diakses dari ruangan itu.

"Ini buku menunya. Jika sudah siap pesan, silakan tekan tombol di dekat meja Anda. Saya permisi dulu."

Setelah pelayan pergi meninggalkan mereka berdua, Seungyoon dan Rose pun langsung membuka buku menu yang telah diberikan. Hanya ada satu buku menu, sehingga mereka harus melihatnya berdua. Seungyoon melihat menu dengan posisi terbalik karena ia duduk di hadapan Rose.

"Oppa, apa kau suka tuna?" tanya Rose.

"Suka."

"Kalau pesan Pizza Tuna Mayo bagaimana?"

"Boleh, pesan saja."

"Apa aku boleh pesan pasta juga?"

"Boleh, sayang...."

"Horeee! Oppa mau pasta juga?"

"Tidak, aku pesan tambahan salad saja."

"Minumnya?"

"Coca-cola."

Setelah berdiskusi, Rose segera memencet tombol di dekat meja untuk memanggil pelayan. Tidak berapa lama, seorang pelayan pun masuk dengan membawa catatan.

"Apakah sudah siap pesan?" tanya pelayan itu.

Rose pun memberitahukan pesanan mereka satu per satu untuk dicatat. Usai mencatat, pelayan kembali memastikan pesanan mereka. Kemudian, pelayan itu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Oppa..." kata Rose.

"Hmm? Ya?" balas Seungyoon sambil menggenggam kedua tangan Rose yang sibuk mengetuk-ngetuk meja.

"Nggak, nggak jadi," kata Rose lagi.

"Yah, jadi dong. Aku mau tau kamu mau bilang apa."

"Nggak, nggak usah..."

"Usah, deh...."

"Nggak, nggak mau..."

"Mau, deh...."

"Ih, nyebelin!"

Bukannya menjadi sebal dengan perkataan Rose, Seungyoon malah mencubit hidung Rose.

"Aduhhh, kan sakit lagi," protes Rose.

"Oh, iya, aku ingat!" Seungyoon tersenyum.

Ia pun bangkit dari duduknya. Kemudian, merunduk untuk mendekatkan wajahnya dengan wajah Rose.

"Yang ini sakit, kan?" ujar Seungyoon sambil mengusap lembut bibir Rose dengan ibu jarinya.

Jarak mereka begitu dekat, sehingga ketika Seungyoon berbicara, Rose dapat merasakan hangat hembusan nafas Seungyoon.

Pandangan Rose kini terpaku pada bibir yang jaraknya sudah begitu dekat dengan bibirnya. Namun, si pemilik bibir itu belum juga kembali bergerak.

"Jadi, aku harus gimana?" tanya Seungyoon.

"Cium..."

"Di sini?"

Cup! Seungyoon mengecup kening Rose.

"Bu...kan."

"Oh, sini?"

Cup! Seunyoon mengecup pipi kiri Rose.

"No..."

"Sini?"

Seungyoon menyentuh bibir Rose dengan bibirnya. Kelopak mata Rose pun mulai merapat. Tidak tega melanjutkan keusilannya, akhirnya Seungyoon benar-benar menempelkan bibirnya pada bibir Rose.

Mula-mula, dikecupnya perlahan bibir itu. Kemudian, Rose mengikuti temponya dengan membalas dengan lembut. Tangan Rose pun berusaha meraih rambut Seungyoon, menariknya ketika ciuman mereka semakin dalam.

Sementara tangan Seungyoon menahan tengkuk Rose untuk menjaga posisi mereka sambil sesekali memintal rambut Rose dengan jemarinya.

Kemudian, Seungyoon melepaskan bibirnya dari bibir gadis itu.

"Udah, ya, nanti kamu keburu kenyang, lho! Hehehe," kata Seungyoon terkekeh.

Rose terdiam. Dalam hatinya agak kesal karena sesungguhnya ia masih rindu dengan Seungyoon. Tapi, ia tetap menerima alasan Seungyoon yang tidak masuk akal itu.

Maknae's Love Story ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang