2.2K 213 8
                                    

"Baechu-ya,"

Panggilan itu. Irene tersentak saat Sehun menyebut panggilan untuk Irene yang diberikan oleh Sehun sedari mereka kecil.

"Wae-wae gereu, Sehun-ssi?" Irene berusaha bertanya dengan nada bicara senormal mungkin. Ia tetap harus berpura-pura tidak tahu akan panggilan tersebut.

"Eoh? A-ani. Hanya teringat kekasihku" aku Sehun.

Ucapan Sehun membuat hati Irene berdenyut nyeri. Ingin rasanya ia mengaku sekarang juga. Namun, Irene masih diliputi rasa bersalah dan juga ia takut Haera akan berbuat macam-macam.

"Kau, punya kekasih?" Tanya Irene pada Sehun yang sedang menatap lurus kearah pohon besar di hadapan nya. Sehun mengangguk sebagai jawaban.

"Sayangnya, ia kehilangan ingatan nya" Sehun menunduk sedih mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu itu.

"Ah, maaf" Irene menahan air matanya yang telah mengumpul di pelupuk matanya. Sungguh, Irene amat sangat merasa bersalah pada Sehun. Namun, anehnya mengapa Sehun tidak mengenali Irene sedari awal mereka bertemu?

"Ehm, tidak apa. Aku sedang berusaha melupakannya" Irene terpaku mendengar ucapan Sehun. Apa benar ia berusaha melupakan Irene? Irene tahu, ia tidak punya hak untuk melarang Sehun melupakan nya. Ada rasa sesak yang menyeruak di hati Irene.

Tes

Air mata Irene jatuh. Ia segera memalingkan wajahnya kesamping untuk menghapus air matanya.

"Kau kenapa?" Irene memalingkan muka nya kembali ke arah Sehun. "Kau menangis?" Irene menggeleng.
Secara tiba-tiba, tangan Sehun terulur untuk menghapus air mata Irene.

"Jangan menangis" meski terdengar dingin dan datar, di ucapan Sehun tersirat kekhawatiran nya terhadap Irene.

"Gwenchana?" Irene mengangguk sambil tersenyum canggung. "Ah maaf, aku hanya tidak bisa melihat wanita menangis" Sehun berucap setelah mengetahui Irene yang langsung canggung ketika Sehun mengusap air matanya.

Irene mengangguk paham. "Tidak apa-apa" ujarnya sambil tersenyum. Kali ini senyuman manis yang membuat jantung Sehun berdetak dua kali lebih cepat.

"Apa kau masih ingin disini, atau ingin kembali ke kamar?" Tanya Sehun. "Ehm, aku ingin beristirahat sebentar" Sehun mengangguk kemudian membantu menaikan Irene ke kursi roda nya.

"Kajja"

*****

Hari ini adalah hari ke 3 Irene terbaring di rumah sakit. Ia masih butuh istirahat karena tenaga nya benar-benar terkuras minggu-minggu ini.

Tok Tok Tok

Pandangan Irene yang tadinya ke arah buku yang sedang ia baca beralih ke arah pintu bercat putih yang diketuk oleh seseorang.

Kriet

Pintu putih tersebut terbuka. Menampakkan dua sosok wanita dan tiga laki-laki. Pastinya mereka adalah sahabat dari Bae Irene.

"Irenee!" teriak Wendy dan Seulgi yang kemudian berlalu memeluk Irene. Ketiga lelaki yang berdiri dibelakang mereka hanya tersenyum kecil lalu duduk di sofa panjang yang tersedia di ruang rawat Irene.

"Aduh, aku tidak bisa bernafas!" Seulgi dan Wendy terkekeh pelan sambik melepas pelukan erat mereka di tubuh Irene.

"Bagaimana? Sudah merasa membaik?" Tanya Wendy sambil duduk di pinggiran ranjang sebelah kanan Irene.

"Iya, sudah sehat kan ibu cantik?" Timpal Seulgi sambil tertawa kecil. "Haha bisa saja kalian berdua. Aku sudah merasa lebih baik kok. Besok aku sudah diizinkan pulang oleh dokter" Wendy dan Seulgi mengangguk setelah mendengar penuturan Irene.

Cold Boss [HUNRENE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang