-Tiga-

8.6K 365 19
                                    

"Oh Sehun adalah maknae di group kami, walaupun usia kami terpaut 3 tahun tapi aku paling dekat dengannya, selain karena roommate, Sehuniee juga sering mengikutiku kemana-mana, ia juga member paling setia dan dapat diandalkan."

Benar kata Suho, akhirnya Irene dan dirinya terbaring di kasur nyaman milik lelaki tersebut untuk mengobrol ringan tentang apapun.
Lebih banyak Suho sih yang bercerita tentang kehidupannya dan orang-orang disekitarnya. Termasuk menjelaskan siapa 'anak-anak' Suho yang sebenarnya pada Irene.

Irene hampir saja terlelap saking merdunya suara Suho terdengar ditelinganya dan bagaimana tangan besar Suho mengelus punggungnya naik turun dengan teratur.

Posisi meraka saat ini adalah Suho berbaring nyaman dengan tumpuan sebelah tangannya sebagai bantalan kepala, sementara Irene ia rengkuh dalam dekapan diatas dada bidangnya, kaki yang saling membelit membuat suasana kamar yang temaram semakin hangat.

Jadi, Suho sama sekali tidak berniat menyentuh Irene?

Let's wait and see.

"Kalau kamu sendiri? Adakah orang yang dekat denganmu sudah seperti saudara?"

Mendapati Irene yang terdiam cukup lama, Suho meralat pertanyaannya. Mungkin Irene belum bisa seterbuka itu dengannya.

"Umm, tidak usah dijawab jika kamu keberatan" ucap Suho kembali seraya mengusap pucuk kepala Irene dan memberikan kecupan pada rambut brunnete Irene.

Irene mendongak untuk mendapati tatapan keduanya saling terperangkap dimata masing- masing.

"Aku hanya tidak terbiasa dengan obrolan normal semacam ini, kamu mengertikan maksudku? Aku tidak pernah di booking untuk mengobrol tentang kehidupanku maupun klienku sebatas apa yang diketahui bersama. It's just.."

"Aku mengerti" Suho tersenyum hangat.

Tidak, Irene tidak mau berharap terlalu tinggi, ia bukan perempuan dengan posisi pantas menerima senyuman hangat seseorang seperti Suho. Ia juga tidak mau salah faham jika senyuman sejenis- biasa Suho ulas untuk para fansnya maupun wanita selain dirinya.

"Jadi, seminggu ini aku milikmu"
Irene mengingatkan kembali hubungan bisnis diantara mereka. Walaupun sebetulnya ia tidak pernah memusingkan digit saldo yang akan masuk ke rekeningnya sebagai bayaran atas 'jasa' yang ia berikan, ia biasanya terima beres seperti ketika manager Suho dan sang madam mencapai kesepakatan.

"Hmm" Suho masih nyaman menghirup wangi rambut Irene dan sesekali menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher gadis itu.

"Apa yang akan kita lakukan?"

"Apa saja, terserah kamu"

"Bagaimana kalau menemui anak-anakmu?" Irene tergelak untuk alasan yang ia pun tak ketahui.

Suho terpaku takjub dengan tawa riang pertama- tanpa beban yang ia dengar dari Irene. Andai setiap hari ia bisa mendengar alunan merdu tersebut-

"..jika kamu tidak keberatan dan mereka mau tentu saja." ralat Irene salah mengartikan kebisuan Suho sebagai suatu keengganan.

"Tidak, tentu saja aku tidak keberatan. Malah bagus kalian bisa saling bertemu. Besok bagaimana?"

Irene berfikir sejenak sebelum mengangguk mengiyakan tawaran antusias dari lelaki yang tengah ia dekap.

Ia suka dekapan hangat seperti yang Suho berikan, ia suka wangi feromon Suho yang maskulin, diatas semua itu ia suka moment kebersamaan mereka saat ini.

"Tapi hari ini kau hanya milikku, aku hanya ingin bermalas-malasan seperti ini bersamamu" Suho tersenyum lagi dan semakin merapatkan dekapannya pada tubuh mungil Irene, sampai keduanya terlelap dan memimpikan hal yang sama dalam buaian alam bawah sadar.

Between Bussy Scedule [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang